Biaya Tetap Biaya Investasi
X
2
dengan X
4
, X
2
dengan X
5
dan X
3
dengan X
4
. Diantara keempat pilihan kombinasi tersebut akan dipilih 1 kombinasi yang memberikan NPV paling optimum.
Hasil analisis LINDO pada Lampiran 18 menunjukan kombinasi investasi yang paling optimal terdapat pada investasi skenario 2 yang dikombinasikan dengan skenario 5.
Adapun skenario 2 berupa pembenihan dengan input indukan untuk menghasilkan benih 1- 2 dan 12 cm, sementara untuk skenario 5 berupa pembesaran dengan input benih 1-2 cm
untuk menghasilkan lele ukuran konsumsi. Kombinasi skenario 2 dan 5 menghasilkan NPV optimum dilihat dari value yang bernilai 1. Skenario 2 menghasilkan NPV sebesar 69.80
juta dan skenario 5 sebesar 130.93 juta yang terlihat dari nilai reduced costnya. Kombinasi skenario 2 dan 5 menghasilkan NPV optimum sebesar 200.73 juta rupiah. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa integrasi antara pembenihan dan pembesaran lele jauh lebih menguntungkan dibandingkan secara terpisah. Integrasi yang optimum dimulai dari input
berupa indukan untuk menghasilkan lele ukuran 1-2 cm dan 12 cm yang kemudian digunakan sebagai input bagi pembesaran. Integrasi ini dapat membuat Pokdakan Jumbo
Lestari, tidak lagi bergantung pada pasokan input benih 1-2 cm, akan tetapi Pokdakan ini dapat lebih mandiri dengan membudidayakan sendiri indukannya untuk menghasilkan
output akhir berupa lele konsumsi. Adapun penjelasan mengenai hasil objection function value yang tertera di software LINDO yaitu:
1.
Objective Function Value Nilai yang tertera pada Objective Function Value merupakan solusi optimal dari fungsi
objektif. Solusi optimal yang tercapai pada kombinasi antara skenario 2 dan 5 yang dilihat dari nilai X
2
=1 dan X
5
=1 sementara X
1
, X
3
dan X
4
bernilai nol sehingga menghasilkan NPV yang optimum sebesar 200.73 juta rupiah.
2. Slack or Surplus Variabels
Surplus yang tertera pada kendala 1 berupa investasi masih tersisa 19.31 juta rupiah, kendala 2 pakan keong masih tersisa 21.85 Kg, kendala 3 pakan buatan untuk
indukan tersisa 61.59 kg, kendala 4pakan cacing sutera masih tersisa 62.31 takar Sementara untuk kendala 5 berupa PD 1 tepung pellet masih tersisa 296.85 kg, kendala
6 berupa PD 2 carambol masih tersisa 637.69 kg, kendala 7 berupa PD 3 Pelet masih tersisa 3 221.15 kg, kendala 8 berupa Pelet L1 masih tersisa 20.06 kg, kendala 9 berupa
Pelet L2 masih tersisa 94.31 kg, kendala 10 berupa Pelet L3 masih tersisa 789.02 kg, kendala 11 berupa MG Pelet masih tersisa 620.12 kg, kendala 12 berupa luas kolam
yang belum termanfaatkan masih tersisa 30 m
2
, kendala 13 berupa tenaga kerja telah termanfaatkan secara keseluruhan, dan kendala 14 berupa pupuk kandang masih tersisa
615.29 kg. Nilai sisa di masing – masing kendala membuktikan bahwa tidak semua
input digunakan dan masih terdapat nilai sisa di masing – masing input pada saat
strategi produksi yang optimal. 3.
Dual Prices Harga dual menunjukan kontribusi kenaikan keuntungan bila kapasitas suatu input
dinaikan. Dual prices untuk semua input bernilai nol, sehingga mengindikasikan bahwa meskipun input
– input tersebut dinaikan 1 unit, keuntungan tidak akan meningkat. Hal ini disebabkan karena pada strategi optimal pun, penggunaan input belum
termanfaatkan semua, sehingga bila kapasitas input ditingkatkan akan sia – sia saja.
Lebih lanjut, harga dual sangat berkaitan erat dengan nilai slack bahkan ada hubungan yang jelas antara harga dual dengan nilai slack. Bila dual berharga nol, slack atau
surplus berharga tidak nol. Sebaliknya, bila dual berharga tidak nol, nilai slack atau surplus berharga nol.
Sementara itu, hasil output LINDO juga menyediakan informasi yang digunakan untuk analisis sensitivitas atau what if analysis. Adapun output yang terdapat di dalam
LINDO yaitu : Tabel 14 Nilai sensitivitas kombinasi scenario usaha dengan LINDO
Variabel Koefisien
Batas Peningkatan Batas Penurunan
X
1
49.849998 0.000000
INFINITY X
2
69.800003 INFINITY
69.80003 X
3
57.090000 0.000000
INFINITY X
4
87.709999 0.000000
INFINITY X
5
130.92999 INFINITY
130.92999 Sensitivtas nilai RHS tersedia tiga bagian yaitu current RHS, allowable increase
dan allowable decrease. Current RHS menjelaskan input yang tersedia dalam usaha pembenihan dan pembesaran lele dumbo. Allowable increase dan allowable decrease yaitu
peningkatan atau penurunan kapasitas input yang dapat mempengaruhi keuntungan usaha pembenihan dan pembesaran lele dumbo. Nilai RHS menunjukan bila kapasitas dinaikan
ataupun diturunkan berapa saja, tidak akan mengubah keuntungan. Hal ini dikarenakan kombinasi skenario 2 dan 5 sudah pada kondisi optimum dibandingkan dengan dua
skenario lainnya. Sementara itu, untuk analisis sensitivitas objective coefficient ranges menjelaskan bahwa kombinasi 1 dan 4 atau 2 dan 4 atau 3 dan 4 dapat terpilih bila hasil
NPV nya melebihi kombinasi 2 dan 5. Adapun pengujian seberapa besar skenario 2 dan 5 dapat tergantikan oleh kombinasi skenario yang lain dilakukan dengan menggunakan
analisis switching value untuk melihat persentase volume output atau harga output dapat dinaikan serta biaya pakan dapat ditekan agar kombinasi skenario 2 dan 5 dapat tergantikan.
Analisis Pascaoptimal
Kombinasi optimal yang dipilih berdasarkan hasil zero-one integer yaitu kombinasi skenario 2 dan skenario 5 dimulai dari indukan sampai menghasilkan lele ukuran
konsumsi. Namun, dari hasil uji sensitivitas objective coefficiect ranges yang terdapat pada software LINDO, skenario 1, 3 dan 4 sangat sensitive. Bila skenario 1, 3 dan 4 untuk
volume output, harga output dinaikan ataupun biaya pakan dapat ditekan maka kombinasi skenario 2 dengan 5 dapat digantikan. Skenario 1 dan 3 dibandingkan dengan skenario 2,
sementara skenario 4 dibandingkan dengan Skenario 5. Penentuan batas minimal volume output, harga output dan biaya pakan dapat diuji dengan menggunakan analisis switching
value. Hasil analisis switching value dapat dilihat pada tabel 15.