Pembenihan Ikan Lele Dumbo

b. Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang harus dikeluarkan seiring dengan perubahan produksi, bertambah ataupun berkurangnya volume produksi. Biaya variabel akan mengalami perubahan jika volume produksi berubah. Biaya variabel yang sangat berpengaruh dalam usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele dumbo adalah biaya pakan. Biaya variabel yang dikeluarkan untuk masing – masing skenario berbeda baik skenario 1, 2, 3 ataupun 4. Biaya variabel yang dikeluarkan oleh Pokdakan Jumbo Lestari pada skenario 1 dan 2 yang dihasilkan dari Indukan berupa biaya pakan untuk indukan keong dan buatan, pakan untuk benih lele berupa cacing sutera, PD 1 Tepung Pelet, PD 2 Carambol dan PD 3 Pelet, biaya untuk pengelolaan kolam yang terdiri dari biaya untuk pemakaian listrik, pupuk kandang, kapur dan obat – obatan. Biaya yang dikeluarkan untuk skenario ke 3 berupa biaya pakan untuk benih dan pengelolaan kolam. Skenario ke 4 berupa biaya pakan untuk pembesaran dan pengelolaan kolam. Sementara untuk skenario 5 berupa biaya pakan untuk benih 1-2 cm sampai dengan lele ukuran konsumsi. Adapun rincian biaya variabel untuk keempat skenario tertera pada lampiran 4, 5, 6, 7 dan 8. Analisis Laba Rugi Analisis laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan usaha dalam 4 tahun yang disesuaikan dengan umur proyek. Komponen laba rugi terdiri dari penerimaan, biaya operasional, biaya penyusutan, dan biaya lain diluar usaha serta pajak penghasilan usaha. Rincian perhitungan laba, dimana perhitungan rugi laba akan berpengaruh terhadap pajak penghasilan usaha yang secara otomatis akan mempengaruhi hasil perhitungan cashflow. Hasil perhitungan laba rugi menjelaskan skenario 1 diperoleh rata – rata penerimaan selama 4 tahun yaitu sebesar Rp 53 872 614.00 skenario 2 diperoleh rata – rata penerimaan selama 4 tahun yaitu sebesar Rp 63 697 336.27, skenario 3 diperoleh rata – rata penerimaan selama 4 tahun yaitu sebesar Rp 49 582 939.88 , skenario 4 diperoleh rata – rata penerimaan selama 4 tahun yakni Rp 67 380 617.80 dan skenario 5 diperoleh rata – rata penerimaan selama 4 tahun yakni sebesar Rp 86 340 816.79 . Analisis Kelayakan Finansial Kriteria kelayakan yang digunakan untuk menilai kelayakan investasi yaitu Net Present Value NPV, Net BC Rati, Internal Rate Return IRR dan Discounted Payback Period DPP. Persentase Discount Rate DR dalam analisis kelayakan menggunakan 7 karena disesuaikan dengan bunga deposito bank BRI. Sementara, untuk pajak atas penghasilan yang dibebankan kepada pengusaha lele yaitu 15. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial pada Skenario 1, Skenario 2, Skenario 3 Skenario 4 dan Skenario 5 Pada usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele dumbo pada skenario 1, skenario 2, skenario 3 dan skenario 4 layak untuk dilaksanakan. Tetapi untuk melihat usaha mana yang paling menguntungkan untuk dilaksanakan dapat dilihat pada tabel 12 mengenai perbandingan hasil kelayakan finansial di masing – masing skenario Tabel 12 Perbandingan hasil kelayakan finansial pada Kelima Skenario Kriteria Investasi Hasil Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Skenario 4 Skenario 5 NPV Rp 49 845 856.08 69 804 029.38 47 115 864.49 87 714 729.03 130 930 011.17 Net BC 1.88 2.24 1.96 2.53 3.25 IRR 45.36 59.76 50.01 68.78 96.05 DPP 5.49 4.18 5.17 3.12 2.30 Tabel 12 menunjukan perbandingan dari empat skenario yakni Skenario 1 pembenihan yang dimulai dari indukan untuk menghasilkan benih 12 cm, Skenario 2 pembenihan yang dimulai dari indukan untuk menghasilkan benih 1-2 cm dan 12 cm, Skenario 3 pembenihan yang dimulai dari 1-2 cm untuk menghasilkan 12 cm, Skenario 4 pembesaran ikan lele dengan input benih 12 cm dan skenario 5 pembesaran ikan lele dengan input benih 1-2 cm. Pada tabel tersebut dapat dilihat nilai NPV, Net BC, IRR dan DPP usaha yang paling layak terdapat pada skenario 5 yakni usaha pembesaran ikan lele dengan NPV sebesar 130 930 011.17 yang artinya jumlah manfaat bersih selama umur bisnis lebih besar dari 0 sehingga usaha tersebut dikatakan layak. Di samping itu, nilai Net BC sebesar 3.25 dimana untuk 1 rupiah biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas produksi menghasilkan manfaat sebesar 3.25 per satuan input, sehingga dilihat dari Net BC skenario 5 dinyatakan layak. Besaran IRR juga lebih besar dari opportunity cost of capitalnya DR yaitu 96.05 sehingga menurut IRR, skenario 5 dinyatakan layak. Begitu pula dengan Payback Period sebesar 2.30 yang mengartikan investasi dapat kembali selama kurun waktu 2.30 tahun. Analisis kelayakan per skenario ini menunjukan bahwa pembenihan memang menguntungkan, akan tetapi pembesaran lebih menguntungkan dibandingkan sektor pembenihan. Kondisi inilah yang menyebabkan banyaknya pembudidaya yang beralih ke sektor pembesaran dikarenakan keuntungan yang diperoleh lebih besar dan risiko yang diterima lebih kecil. Siswanto 2007 menyatakan bahwa nilai NPV yang besar belum tentu optimal dalam penggunaan input – inputnya. Oleh sebab itu, digunakanlah analisis lanjutan berupa optimalisasi usaha dengan menggunakan zero-one integer linear programming. Analisis Pemilihan Kombinasi Skenario Optimum pada Usaha Ikan Lele Dumbo dengan Zero-One Integer Linear Programming Model pemrograman integer digunakan untuk menghasilkan penyelesaian optimal bilangan bulat, pada dasarnya ini juga merupakan analisis pasca optimal pemrograman linear. Istilah Integer Programming mencakup dua teknik analisis dalam menghasilkan penyelesaian optimal yaitu dengan metode bilangan bulat dan dengan bilangan biner 0 dan 1 sehingga teknik ini sering dikenal sebagai zero-one programming. Zero one integer linear programming biasa digunakan dalam menghadapi persoalan investasi. Adapun 5 pilihan investasi yang akan menghasilkan NPV beragam yaitu: a. Pembenihan lele 12 cm dengan menggunakan input indukan Skenario 1 b. Pembenihan lele 12 cm dan 1-2 cm dengan menggunakan input indukan Skenario 2 c. Pembenihan lele 12 cm dengan menggunakan input 1-2 cm Skenario 3 d. Pembesaran lele konsumsi dengan menggunakan benih 12 cm Skenario 4 e. Pembesaran lele konsumsi dengan menggunakan benih 1-2 cm skenario 5 Adapun data Net Present Value, kebutuhan kas untuk penggunaan input – input di masing – masing skenario tertera pada tabel 13. Dalam penelitian ini, dihadapkan pada persoalan untuk memilih kombinasi investasi antara pembenihan dengan pembesaran. Dmialam hal ini, Net Present Value akan menjadi kriteria utama untuk menentukan ngan depilihan. Oleh karena itu, NPV total harus menjadi tujuan yang hendak dimaksimumkan. Dengan demikian, fungsi tujuan dalam penelitian pembenihan dan pembesaran lele dumbo ini adalah: Maks 49.85X 1 + 69.80X 2 + 47.12 X 3 + 87.71X 4 + 130.93X 5 Tabel 13 Hasil perhitungan NPV dan penggunaan input pada Kelima Skenario Uraian Satuan Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Skenario 4 Skenario 5 NPV Juta Rp 49.85 47.12 72.39 87.71 130.93 Investasi Juta Rp 118,81 118,81 101,98 101,08 111.88 Pakan Indukan a.Keong Kg 1 178.15 1 178.15 b.Buatan Kg 2 438.41 2 438.41 Pakan Benih a.Cacing Sutera Takar 9 937.69 9 937.69 b.PD1 Kg 553.66 553.66 149.49 149.49 c.PD2 Kg 2 669.48 2 141.54 720.76 720.76 d.PD3 Kg 6 322.18 5 071.86 1 706.99 1 706.99 Pakan Pembesaran - a. Pelet L1 Kg - 1 345.40 1 479.94 b.Pelet L2 Kg - 2 186.99 2 405.69 c. Pelet L3 Kg - 9 737.26 10 710.98 d.MG Pelet Kg 0 31 254.44 34 379.88 Luas Kolam M 2 436.785 432 352 500 788 T. Kerja Orang 3 3 4 4 4 Pupuk Kandang Kg 5 228.44 5 171.16 4 213.54 4 213.54 4 213.54 Berhubung kas yang tersedia pada setiap tahun terbatas, maka kebutuhan kas dari investasi yang akan dipilih tidak boleh melebihi jumlah kas yang tersedia. Di dalam penelitian ini akan menentukan kombinasi investasi mana yang akan dipilih. Antara kombinasi skenario 2 dan 5, skenario 1 dan 4, skenario 2 dan 4, atau skenario 3 dan 4. Dengan demikian, setiap skenario mempunyai kesempatan untuk dipilih dan tidak dipilih. Keputusan semacam ini dikenal dengan dichotomous decision atau Yes or No decision. Sehingga digunakanlah pemrograman linear integer 0-1 untuk menmbuat keputusan. Sementara untuk variabel NPV dijadikan input di LINDO. Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah memaksimumkan Net Present Value yang nantinya diperoleh dari mengkombinasikan antara 2 investasi yaitu antara X 1 dengan X 4 , X 2 dengan X 4 , X 2 dengan X 5 dan X 3 dengan X 4 . Diantara keempat pilihan kombinasi tersebut akan dipilih 1 kombinasi yang memberikan NPV paling optimum. Hasil analisis LINDO pada Lampiran 18 menunjukan kombinasi investasi yang paling optimal terdapat pada investasi skenario 2 yang dikombinasikan dengan skenario 5. Adapun skenario 2 berupa pembenihan dengan input indukan untuk menghasilkan benih 1- 2 dan 12 cm, sementara untuk skenario 5 berupa pembesaran dengan input benih 1-2 cm untuk menghasilkan lele ukuran konsumsi. Kombinasi skenario 2 dan 5 menghasilkan NPV optimum dilihat dari value yang bernilai 1. Skenario 2 menghasilkan NPV sebesar 69.80 juta dan skenario 5 sebesar 130.93 juta yang terlihat dari nilai reduced costnya. Kombinasi skenario 2 dan 5 menghasilkan NPV optimum sebesar 200.73 juta rupiah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa integrasi antara pembenihan dan pembesaran lele jauh lebih menguntungkan dibandingkan secara terpisah. Integrasi yang optimum dimulai dari input berupa indukan untuk menghasilkan lele ukuran 1-2 cm dan 12 cm yang kemudian digunakan sebagai input bagi pembesaran. Integrasi ini dapat membuat Pokdakan Jumbo Lestari, tidak lagi bergantung pada pasokan input benih 1-2 cm, akan tetapi Pokdakan ini dapat lebih mandiri dengan membudidayakan sendiri indukannya untuk menghasilkan output akhir berupa lele konsumsi. Adapun penjelasan mengenai hasil objection function value yang tertera di software LINDO yaitu: 1. Objective Function Value Nilai yang tertera pada Objective Function Value merupakan solusi optimal dari fungsi objektif. Solusi optimal yang tercapai pada kombinasi antara skenario 2 dan 5 yang dilihat dari nilai X 2 =1 dan X 5 =1 sementara X 1 , X 3 dan X 4 bernilai nol sehingga menghasilkan NPV yang optimum sebesar 200.73 juta rupiah. 2. Slack or Surplus Variabels Surplus yang tertera pada kendala 1 berupa investasi masih tersisa 19.31 juta rupiah, kendala 2 pakan keong masih tersisa 21.85 Kg, kendala 3 pakan buatan untuk indukan tersisa 61.59 kg, kendala 4pakan cacing sutera masih tersisa 62.31 takar Sementara untuk kendala 5 berupa PD 1 tepung pellet masih tersisa 296.85 kg, kendala 6 berupa PD 2 carambol masih tersisa 637.69 kg, kendala 7 berupa PD 3 Pelet masih tersisa 3 221.15 kg, kendala 8 berupa Pelet L1 masih tersisa 20.06 kg, kendala 9 berupa Pelet L2 masih tersisa 94.31 kg, kendala 10 berupa Pelet L3 masih tersisa 789.02 kg, kendala 11 berupa MG Pelet masih tersisa 620.12 kg, kendala 12 berupa luas kolam yang belum termanfaatkan masih tersisa 30 m 2 , kendala 13 berupa tenaga kerja telah termanfaatkan secara keseluruhan, dan kendala 14 berupa pupuk kandang masih tersisa 615.29 kg. Nilai sisa di masing – masing kendala membuktikan bahwa tidak semua input digunakan dan masih terdapat nilai sisa di masing – masing input pada saat strategi produksi yang optimal. 3. Dual Prices Harga dual menunjukan kontribusi kenaikan keuntungan bila kapasitas suatu input dinaikan. Dual prices untuk semua input bernilai nol, sehingga mengindikasikan bahwa meskipun input – input tersebut dinaikan 1 unit, keuntungan tidak akan meningkat. Hal ini disebabkan karena pada strategi optimal pun, penggunaan input belum termanfaatkan semua, sehingga bila kapasitas input ditingkatkan akan sia – sia saja. Lebih lanjut, harga dual sangat berkaitan erat dengan nilai slack bahkan ada hubungan yang jelas antara harga dual dengan nilai slack. Bila dual berharga nol, slack atau