5 bar, Kalteng, Kalsel dikenal dengan nama pantung. Ada tiga macam pohon
jelutung, dua macam tumbuh di rawa berwarna putih dan hitam, dan satu macam tumbuh di pegunungan berwarna merah
Siaran Pers Dephut, 2004. Pohon jelutung dapat disadap sepanjang tahun, produksi lateks per pohon
tergantung pada ukuran pohon dan cara penyadapannya. Sedangkan mutu lateks jelutung tergantung pada jenis pohon jelutung yang disadap serta perlakuan dan
teknik penanganan pascapanen yang diterapkan. Dyera costulata menghasilkan lateks sekitar 2,5 kg lebih banyak dari Dyera laxiflora yang hanya menghasilkan
0,5 kg lateks. Di Kalimantan dari satu pohon pantung rata-rata dapat menghasilkan lateks jelutung sebanyak 50 kgpohontahun. Penyadapan
dilakukan pagi hari supaya lateks yang dihasilkan berjumlah banyak dan tidak membeku Siaran Pers Dephut, 2004.
Pengembangan jelutung mempunyai prospek yang baik karena kedua jenis produk pohon jelutung getah dan kayu memiliki banyak manfaat. Kayu jelutung
berwarna putih kekuningan, bertekstur halus, arah serat lurus dengan permukaan kayu yang licin mengkilap. Sifat kayu jelutung tersebut sangat baik digunakan
sebagai bahan baku industri mebel, plywood, moulding, pulp, patung dan pencil slate. Getah jelutung dapat digunakan sebagai bahan baku permen karet, isolator
dan soft compound ban. Pasar kayu jelutung di dalam negeri relatif baik, hal ini disebabkan oleh kebutuhan bahan baku industri pencil slate yang mencapai
180.670 m3 per tahun Bastoni dan Lukman, 2004.
2.2. Colchicine
Kolkisin C
22
H
25
O
6
N merupakan alkaloid yang diekstrak dari biji dan umbi tanaman Colchicum aurumnale Linn Suryo, 1995. Rumus kimia dari
senyawa ini adalah C
22
H
25
O
6
N, warnanya kuning pucat dan biasanya akan berubah bila terkena cahaya. Colchicine tersedia dalam bentuk bubuk, dapat larut
dalam air, ether dan benzene, sangat aktif dalam konsentrasi rendah. Konsentrasi colchicine yang digunakan bersifat sangat kritis, konsentrasi yang beragam
menyebabkan pengaruh yang beragam juga Eigsti dan Dustin, 1957. Colchicine dapat digunakan untuk menginduksi poliploidi Eigsti dan
Dustin, 1957. Poliploidi adalah organisme yang mempunyai lebih dari dua set
6 kromosom atau genom dalam sel somatisnya. Beberapa ciri tumbuhan poliploidi
antara lain, inti dan isi sel lebih besar, daun dan bunga bertambah besar, dan dapat terjadi perubahan senyawa kimia termasuk peningkatan atau perubahan pada
macam atau proporsi karbohidrat, protein, vitamin atau alkaloid Poespadarsono, 1988.
Poliploidi pada tumbuhan dapat terjadi secara alami atau buatan. Poliploidi yang sengaja dibuat menggunakan zat-zat kimia tertentu, salah satunya adalah
colchicine. Zat kimia ini paling banyak digunakan dan efektif karena mudah larut dalam air Suryo, 1995. Jauhariana 1995 menyatakan bahwa konsentrasi
colchicine yang digunakan bervariasi dari 0,0006 sampai 1,0 dengan lama perendaman 1-6 hari, tergantung jenis benihnya. Benih yang lambat berkecambah
umumnya memerlukan waktu yang lama. Pada umumnya colchicine efektif pada kadar 0,01-1,0 Jauhariana, 1995.
Tanaman poliploid memiliki pola pertumbuhan, ciri morfologi, anatomi, genetik, fisiologi, dan produktivitas yang berbeda dibandingkan dengan tanaman
diploidinya. Umumnya kenampakan tanaman dan produktivitasnya lebih baik, sehingga secara ekonomis lebih menguntungkan Burns, 1972.
Burns 1972 mengungkapkan adanya ciri morfologi yang berbeda pada tanaman poliploid dibandingkan tanaman diploidnya. Pada tanaman poliploid,
jumlah kromosom yang lebih banyak menyebabkan ukuran sel dan inti sel bertambah besar. Sel yang berukuran lebih besar menghasilkan bagian tanaman
seperti daun, bunga, buah maupun tanaman secara keseluruhan yang lebih besar. Kepekaan terhadap perlakuan colchicine berbeda diantara spesies
tanaman, oleh karena itu baik konsentrasi maupun waktu perlakuan akan berbeda untuk setiap spesies, bahkan untuk bagian tanaman yang berbeda, konsentrasi dan
waktu perlakuan akan berbeda pula. Untuk tunas, pemberian colchicine dapat berupa larutan yang ditetes atau agar yang dioleskan setiap 2 atau 3 kali seminggu
dengan konsentrasi 0,5 sampai 1,0 Poespodarsono, 1988. Eigsti dan Dustin 1957 juga mengemukakan bahwa tunas pembelahan
yang paling efektif untuk diberi perlakuan colchicine konsentrasi rendah adalah pada tahap akhir profase. Benang gelendong biasanya muncul tidak lama setelah
lenyapnya dinding inti, tetapi dengan hadirnya colchicine, benang gelendong tidak
7 terbentuk. Bila pembelahan sel telah mencapai anaphase, colchicine pada
konsentrasi tinggi dapat menghentikan gerakan kromosom serta memusnahkan benang gelendong. Kromosom yang telah berpisah, bercampur kembali dan
terbentuklah sebuah nukleus. Colchicine menghambat pembentukan benang-benang spindel pada tahap
profase, menghambat pembelahan inti, pemisahan kromosom, pembentukan anak sel dan secara efektif menghentikan proses pembelahan, karena itu keberadaan
colchicine menyebabkan kromosom tidak dapat terbagi menjadi dua anak sel yang baru sehingga mengakibatkan jumlah kromosom dalam sel tersebut menjadi dua
kali lipat. Dengan konsentrasi yang cukup, benang-benang spindel yang telah terbentuk pada tahap anafase dapat dihancurkan Eigsti dan Dustin, 1957.
Pemakaian colchicine secara umum ada dua cara, yaitu : 1. Mengoleskan atau meneteskan larutan colchicine pada bagian tanaman yang sedang
meristematika atau sering juga disebut dengan “drop method”, 2. Diberikan dalam bentuk campuran agar yang dibalutkan pada bagian tanaman yang
meristem, disebut juga “agar kapsul method” Soetarso, 1978 dalam Jenimar, 1988.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu