penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun yaitu saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua. Untuk mempelajari pertumbuhan
suatu varietas tertentu pemakaian model matematika sangat membantu sekali dalam memberikan Gambaran yang baik tentang kurva pertumbuhan. Selanjutnya
dikatakan bahwa diameter tanaman merupakan parameter yang mempunyai arti yang penting, khususnya untuk pemakaian volume kayu, sering dipelajari baik
pertumbuhan maupun sebarannya. Selain variasi umur variabel lain seperti bidang dasar, jumlah tanaman perhektar, tinggi rata-rata tegakan, keterbukaan tajuk dapat
juga dipakai sebagai penduga pertumbuhan dan hasil suatu vaietas.
F. Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur TPTJ
Menurut Manan 1993, silvikultur adalah ilmu, seni dan praktek menghasilkan dan memelihara hutan dengan menggunakan pengetahuan silviks
untuk memperlakukan hutan serta mengendalikan susunan dan pertumbuhannya. Sedangkan menurut Matthew 1989, Sistem silvikultur didefinisikan sebagai
suatu proses dimana hasil panen hutan diambil dan diganti oleh hasil panen yang baru menghasilkan produk tegakan yang unik. Selanjutnya Soektjo 2005
menyatakan bahwa Sistem silvikultur adalah suatu proses akibat dari tindakan silvikultur yang Sistematis dan dirancang serta diterapkan pada tegakan sepanjang
hidupnya. Dalam mendorong tercapainya kondisi hutan yang mampu berfungsi secara
optimal, produktif serta dikelola dengan efektif dan efisien Departemen Kehutanan akan mengembangkan Sistem silvikultur intensif dalam pemanfaatan
sumber daya hutan. Silvikultur adalah cara-cara penyelengaraan dan pemeliharaan hutan serta penerapan praktik-praktik pengaturan komposisi dan pertumbuhan
Departemen Kehutanan 2004. Sistem TPTJ adalah regime silvikultur hutan alam yang mengharuskan
adanya tanaman pengkayaan pada areal pasca penebangan secara jalur, tanpa memperhatikan cukup tidaknya anakan yang tersedia dalam tegakan tinggal.
Sistem silvikultur TPTJ didefinisikan sebagai sistem silvikultur hutan alam yang mengharuskan adanya penanaman pada hutan pasca penebangan secara jalur
dengan jarak tanam 5 meter dalam jalur 25 meter antar jalur. Pelaksanaan sistem silvikultur TPTJ di HPH PT. Suka Jaya Makmur SJM, Kalbar didasarkan pada
SK Menteri Kehutanan No. 201Kpts-II1998 tentang pemberian HPHTI dengan Sistem Tebang Pilih dan Tanam Jalur sebagai kelanjutan pengusahaan hutan daur
kedua. Penerapan sistem silvikultur TPTJ dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas hutan dengan cara membangun hutan tanaman
produktif. Kegiatan pembinaan hutan dalam sistem TPTJ melitputi pengadaan bibit, penanaman, pemeliharaan dan perlindungan yang dilakukan secara
berkesinambungan Suparna dan Purnomo 2004. Selanjutnya Suparna dan Purnomo 2004 menyatakan bahwa melalui
penerapan TPTJ ada beberapa hal penting yang dapat dicapai, antara lain yaitu : 1.
Peningkatan produktivitas dalam pengertian bahwa dengan penurunan batas diameter te
bang ≥ 40 cm maka produksi kayu per ha yang akan diperoleh menjadi lebih besar. Melalui sistem TPTJ, areal bekas
tebangan TPTI dapat dibudidayakan tanpa harus menunggu selama 35 tahun dan untuk tebangan berikutnya produksi kayu dapat diperoleh
baik dari hasil tanaman dalam jalur tanam maupun dari jalur antara. 2.
Penurunan limit diameter tebangan menghasilkan ruang tumbuh yang memungkinkan bagi penanaman jenis meranti di dalam jalur.
3. Melalui penanaman dalam jalur, kegiatan pemeriksaan tanaman di
lapangan akan lebih efisien, murah dan mudah. 4.
Menigkatnya penyerapan tenaga kerja sekitar hutan melalui program penanaman dan pemeliharaan yang dilakukan secara intensif.
5. Pengamanan areal hutan alam bekas tebangan dari perladangan
berpindah dan perambahan karena secara hukum adat ada penghormatan terhadap areal yang sudah ada kegiatan penanamannya.
6. Menggunakan bibit dari jenis terpilih sehingga produktivitasnya
meningkat. 7.
Keanekaragaman hayati tetap dijaga dengan adanya jalur antara. Dalam sistem TPTJ yang kemudian dikenal dengan nama TPTI Intensif,
pembuatan jalur tanam dan jalur antara dilakukan secara berselang seling. Pada tahap awal penanaman, jalur tanam dibuat selebar 3 meter yang merupakan jalur
bersih dan bebas tajuk, sedangkan jalur antara selebar 22 meter yang merupakan tegakan alam. Jarak tanam awal adalah 5 meter x 25 meter. Sistem TPTJ
diberlakukan sejak tahun 1999, namun mulai tahun tanam 2004 terjadi perubahan jarak tanam menjadi 2,5 meter x 25 meter.
Secara garis besar kegiatan sistem silvikultur TPTJ dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Tahapan kegiatan sistem Tebang Pilih Tanam Jalur
No Kegiatan
Waktu 1
Penataan Areal Kerja T-2
2 Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan
T-2 3
Pembukaan Wilayah Hutan T-1
4 Pengadaan Bibit
T-1 5
Penebangan T
6 Penanaman
T+6 bulan 7
Pemeliharaan T+1,2,3,4,5
8 Perlindungan Hutan
Terus-menerus
Keterangan : T = waktu penebangan
Ketika sistem TPTJ ini dimulai dilaksanakan pada tahun 1999, terdapat 16 jenis meranti yang diprioritaskan untuk ditanam dalam jalur tanam, yaitu
dintaranya Shorea leprosula, Shorea parvifolia, Shorea macrophylla, Shorea johorensis, dan lain-lainnya. Penanaman dengan 16 jenis ini berlangsung hingga
tahun 2001, namun mulai tahun 2002 hanya terdapat 3 jenis meranti andalan untuk kegiatan penanaman, yaitu Shorea leprosula, Shorea parvifolia, dan Shorea
johorensis karena terbukti ketiga jenis tersebut tumbuh lebih baik dibandingkan beberapa jenis meranti lainnya.
Mengingat jenis meranti adalah jenis gap opportunist dimana cahaya merupakan faktor pembatas bagi awal pertumbuhannya maka terjadi modifikasi
terhadap lebar jalur tanam dari 3 meter menjadi 10 meter. Pada tahun 1 pemeliharaan tanaman dilakukan pelebaran jalur tanam sebesar 1 meter yaitu 50
cm kesebelah kiri dan kanan jalur sehingga jalur tanam berubah dari 3 meter menjadi 4 meter. Pada tahun II pemeliharaan tanaman, jalur tanam diperlebar lagi
2 meter yaitu 1 meter kekiri dan kanan jalur sehingga menjadi 6 meter. Pada tahun III pemeliharaan tanaman kembali terjadi pelebaran jalur tanam sebesar 4 meter
yaitu 2 meter kiri dan kanan jalur sehingga menjadi 10 meter. 12
III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Suka Jaya Makmur adalah salah satu perusahaan yang tergabung dalam Alas Kusuma Grup dan bergerak dalam kegiatan Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Kayu Pada Hutan Alam UPHHK-HAHak Pengusahaan Hutan Alam HPH- Alam. Berdasarkan keputusan Mentri Pertanian No.521KptsUm81979 tanggal
13 Agustus 1979, jo. No.803KptsUm111980 tangal 4 November 1980 jo.No. 310KptsUm51982 tanggal 5 mei 1982, Kepada PT Suka Jaya Makmur telah
diberikan Hak Pengusahaan Hutan HPH atas areal seluas ± 294.000 Ha, yang terletak diprovinsi Kalimantan Barat.
Berdasarkan persetujuan perbaharuan Hak Pengusahaan Hutan Alam dari Menteri Kehutanan dan Perkebunan, HPH PT Suka Jaya Makmur di bagi menjadi
dua HPH yaitu: HPH Alam PT Suka Jaya Makmur Unit I dengan SK No. 860Kpts-II1999 tanggal 12 Oktober 1999 seluas 95.646 Ha dan HPH Alam PT
Suka Jaya Makmur Unit II dengan SK No.861Kpts-II1999 tanggal 12 Oktober 1999 dengan luas 75.649 Ha. Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri
Kehutanan No.106Kpts-II2000 tanggal 29 Desember 2000 HPT PT Suka Jaya Makmur Unit I dan Unit II digabung menjadi satu yaitu HPH PT Suka Jaya
Makmur yang selanjutnya disebut Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu IUPHHK PT Suka Jaya Makmur dengan luasan 171.340 Ha.
Dalam melaksanakan kegiatan pengusahaan hutan Di PT. Suka Jaya Makmur, Menerapkan lebih dari satu sistem silvikultur yaitu Sistem Silvikultur
Tebang Pilih Tanam Indonesia TPTI dan Sistem Tebang Pilih Tanam Jalur TPTJ.
B. Letak dan Luas