mean- st. deviation -mean + st. deviation = 194.16- 233.96
Sedang 69 orang
63 mean
– st. deviation = 194.16 Rendah
22 orang 20
Jumlah Subjek 108 orang
Ket:
Well-being karyawan PT. Intan Havea Industry berada pada level sedang
.
4.2 Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh informasi mengenai pengaruh kepuasan kerja terhadap well-being karyawan. Variabel yang diduga mempengaruhi well-
being karyawan adalah kepuasan kerja. Selanjutnya dari analisis regresi berganda diperoleh nilai R sebesar 0.331. Dengan
nilai R tersebut, menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu kepuasan kerja memiliki keeratan hubungan dengan wellbeing karyawan sebesar koefisien korelasi r = 0.331.
Koefisien korelasi r sebesar 0.331 dengan p=0.000 p0.01 menunjukkan adanya hubungan antara kedua variabel, hasil penelitian juga menunjukkan adanya hubungan
positif antara kepuasan kerja dengan wellbeing karyawan, dimana semakin tinggi kepuasan kerja maka semakin tinggi pula wellbeing karyawan, begitu juga sebaliknya.
Dengan demikian, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima. Hal tersebut diatas sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa
kepuasan kerja memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap tingkat wellbeing karyawan. Beberapa penelitian menunjukkan hubungan yang positif antara kepuasan
kerja dengan kesejahteraan subjektif. Judge dan Locke dalam Russel, 2008 menemukan hubungan saling mempengaruhi antara kepuasan kerja dengan kesejahteraan subjektif
pada perawat. Penyebabnya adalah kesejahteraan yang dirasakan oleh individu mempengaruhi mereka dalam mengumpulkan dan merecall informasi tentang pekerjaan
mereka. Individu yang bahagia cenderung menyimpan, mengevaluasi, dan merecall informasi dengan cara yang berbeda dibanding dengan individu yang tidak bahagia. Di sisi
lain, kepuasan kerja juga mempengaruhi tingkat kesejahteraan seseorang karena pekerjaan adalah sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan seseorang dan mereka
menghabiskan sebagian besar waktunya di situ.
Berdasarkan hasil korelasi antara variabel bebas dengan wellbeing, diketahui bahwa variabel kepuasan kerja berhubungan positif dengan wellbeing karyawan.
Berdasarkan hasil analisis korelasi dapat diketahui bahwa kepuasan kerja memberikan kontribusi sebesar 10 terhadap well-being karyawan. Sisanya sebesar 90 dipengaruhi
oleh faktor lain yaitu faktor demografi status pernikahan, jenis kelamin dan pendapatan, kepribadian, dukungan sosial, dan pengalaman hidup.
PT. Intan Havea Industry merupakan salah satu perusahaan yang menerapkan praktik hubungan kerja kontrak sesuai dengan Pasal 59 UU No.13 Tahun 2003, yang
menyatakan bahwa apabila suatu pekerjaan berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan maka penggunaan tenaga kerja
kontrak dapat dilakukan. PT. Intan Havea Industry saat ini memproduksi sarung tangan dan proses produksinya dominan ditangani oleh karyawan kontrak, yakni sebesar 55.
Bekerja merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dengan demikian, karyawan tidak akan menolak untuk bekerja, walaupun berada dalam status
karyawan kontrak, selama mereka masih mendapatkan gaji untuk memenuhi kebutuhannya.
Karyawan di PT. Intan Havea Industry bekerja bergantian berdasarkan system shift, dengan demikian sistem kerja tersebut akan berpengaruh terhadap kepuasan kerja dan
wellbeing karyawan tersebut. Variabel kepuasan kerja dan wellbeing berada pada level sedang, tidak dalam kondisi yang ideal. Untuk menaikkan tingkat wellbeing dari
karyawan maka upaya yang dilakukan adalah fokus pada mengubah persepsi, keyakinan dan sifat kepribadian seseorang. Dimana sifat kepribadian yang dimaksud adalah
mengubah temperamen dan emosi pribadi secara bertahap menjadi lebih matang. Individu dengan kepribadian ekstravert akan tertarik pada hal-hal yang terjadi di
luar dirinya, seperti lingkungan fisik dan sosialnya. Penelitian Diener dkk. 1999 mendapatkan bahwa kepribadian ekstavert secara signifikan akan memprediksi terjadinya
kesejahteraan individual. Orang-orang dengan kepribadian ekstravert biasanya memiliki teman dan relasi sosial yang lebih banyak, merekapun memiliki sensitivitas yang lebih
besar mengenai penghargaan positif pada orang lain Compton, 2005 Campbell dalam Compton, 2000 menyatakan bahwa kepribadian secara khusus
harga diri merupakan prediktor yang menentukan wellbeing. Harga diri yang tinggi akan