UPAYA PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE LEARNING START WITH A QUESTION PADA SISWA KELAS XI SMAN 1 KENDAL

(1)

i

UPAYA PENINGKATAN MINAT DAN HASIL

BELAJAR SISWA MELALUI METODE LEARNING

START WITH A QUESTION PADA SISWA KELAS XI

SMAN 1 KENDAL

SKRIPSI

Disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

oleh

Adhi Tya Restu Nugroho 4201410042

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii

hari terbukti terdapat plagiat, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.


(3)

iii

Ujian Skripsi pada

Hari : Kamis

Tanggal : 29 januari 2015

Semarang, 26 Januari 2015

Drs. Sukiswo Supeni Edie, M.Si. NIP. 19600611 198403 1 001


(4)

iv

Upaya Peningkatan Minat dan Hasil Belajasr Siswa melalui Metode

Learning Start With A Question pada Siswa Kelas XI SMAN 1 Kendal disusun oleh

Adhi Tya Restu Nugroho 4201410042

telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada tanggal 29 Januari 2015


(5)

v

 “Sesungguhnya kesulitan itu selalu disertai dengan kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain dan hanya kepada

Tuhanlah hendaknya kamu berharap “(QS Al -Insyiroh : 6-8).

 Dengan bakat kita dapat pergi melangkah jauh, tetapi dengan kerja keras kita dapat melangkah kemanapun (Hiruma Yoichi).

 Bermimpilah! Maka tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (Andrea Hirata).

 Harta yang paling berharga adalah keluarga.

Persembahan

Skripsi ini kami persembahkan untuk orang-orang terkasih,

 Bapakku „Trimo Raharjo‟ dan almarhum ibuku „Sugiarti‟ yang selalu menyayangiku, memberikan nasihat dan mendoakanku.

 Istriku tercinta „Reskyana Juwita Wardhani‟ yang tak kenal

lelah mensupportku dan selalu setia bersamaku.

 Putriku tersayang „Balqisha Shakelaa Putri Ayana‟ sebagai

anugrah terindah dalam hidup.

 Teman-teman PGSBI 2010 dan teman-teman Risa Kos yang selalu membuatku tertawa.

 Teman-teman Pendidikan Fisika 2010 serta semua pihak yang selalu memberi masukan.

 Almamaterku UNNES yang telah memberikanku pengetahuan fasilitas, pengalaman, dan keluarga selama aku belajar.


(6)

vi

pada Siswa Kelas XI SMAN 1 Kendal” dapat selesai.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak berupa saran, bimbingan, maupun petunjuk dan bantuan dalam bentuk lain, maka penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si., Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang. 3. Dr. Khumaedi M.Si., Ketua Jurusan FisikaUniversitas Negeri Semarang. 4. Drs. Sukiswo Supeni Edie, M.Si, Dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi.

5. Sugiyanto, M.Si, Dosen wali yang telah memberikan arahan dan motivasi kepada penulis selama masa kuliah.

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Fisika yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

7. Sunarto, S.Pd, M.Pd, Kepala SMAN 1 Kendal yang telah memberikan ijin penelitian.

8. Markamah,S.Pd, M.Pd, Guru Fisika kelas XI SMAN 1 Kendal yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

9. Guru-guru, karyawan, dan siswa-siswi kelas XI IPA SMAN 1 Kendal yang telah membantu dalam penelitian ini.


(7)

vii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya, lembaga, masyarakat, dan pembaca pada umumnya.

Semarang, 28 Januari 2015


(8)

viii

Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Drs. Sukiswo Supeni Edie, M.Si.

Kata Kunci : Minat, Hasil Belajar, Learning Start With A Question.

Salah satu penyebab rendahnya minat dan hasil belajar kognitif siswa adalah proses pembelajaran yang masih dimominasi metode ceramah yang berpusat pada guru sehingga siswa tidak terlibat aktif dalam pembelajaran. Model pembelajaran saat ini meyakini bahwa anak akan belajar lebih baik jika mereka ikut aktif dalam proses pembelajaran. Minat dan hasil belajar kognitif siswa yang rendah terjadi pada banyak mata pelajaran, termasuk fisika. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bahwa metode pembelajaran Learning Start With A Question dapat meningkatkan minat dan hasil belajar kognitif siswa pada siswa kelas XI SMAN 1 Kendal tahun ajaran 2014/2015.

Penelitian yang dilakukan tergolong sebagai penelitian eksperimental dengan one group pretest posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI SMAN 1 Kendal tahun ajaran 2014/2015. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling, yang kemudian diperoleh kelas XI MIA 2.1 sebagai sampel. Peningkatan hasil belajar kognitif diketahui dari nilai rata-rata pretest dan posttes siswa, sedangkan peningkatan minat diketahui dari skor rata-rata angket yang diberikan sebelum dan setelah pembelajaran. Uji yang digunakan untuk mengetahui peningkatan minat dan hasil belajar siswa adalah uji gain. Analisis uji gain menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar kognitif siswa sebesar 0,455 dengan kategori sedang dan peningkatan minat siswa sebesar 0,24 dengan kategori rendah. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Learning Start With A Question dapat digunakan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar fisika.


(9)

ix

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GRAFIK ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian. ... 5

1.5 Pembatasan Masalah. ... 6

1.6 Penegasan Istilah . ... 6

1.6.1 Peningkatan ... 6

1.6.2 Minat………. ... 7

1.6.3 Hasil Belajar ... 7

1.6.4 Metode Learning Start With A Question ... 8

1.7 Sistematika Penulisan Skripsi ... 8

BAB 2 LANDASAN TEORI .. ... 11

2.1 Belajar ……… ... 10

2.2 Metode Pembelajaran ... 11

2.3 Minat ………….. ... 12


(10)

x

Question ... 17

2.5.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode Learning Start With A Question ... 18

2.5.4 Upaya Peningkatan Minat dan Hasil Belajar Fisika Siswa melalui Metode Learning Start With A Question . 18 2.6 Kerangka Berpikir Penelitian ... 20

2.7 Momentum, Impuls dan Tumbukan ... 23

2.7.1 Momentum dan Impuls ... 23

2.7.2 Hubungan Momentum dengan Impuls ... 23

2.7.3 Hukum Kekekalan Momentum ... 24

2.7.4 Tumbukan ... 25

2.8 Hipotesis ... 26

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 27

3.1 Populasi dan Sampel ... 27

3.1.1 Populasi ... 27

3.1.1 Sampel ... 27

3.2 Lokasi, waktu dan subjek penelitian ... 27

3.3 Variabel Penelitian ... 27

3.1.1 Variabel Independen ... 28

3.1.1 Variabel Dependen ... 28

3.4. Prosedur Penelitian... 28

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 29

3.5.1 Metode Observasi... 29

3.5.2 Metode Dokumentasi ... 29

3.5.3 Metode Angket ... 29

3.5.4 Metode Tes ... 30


(11)

xi

3.7 Metode Analisis Data ... 36

3.7.1 Analisis Tahap Awal ... 36

3.7.2 Analisis Tahap Akhir ... 38

3.7.2.1 Uji Normalitas Data ... 38

3.7.2.2 Uji t-test Satu Pihak ... 39

3.7.2.3 Uji Gain ... 40

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1 Kegiatan Penelitian ... 42

4.1.1 Pelaksanaan Pembelajaran ... 42

4.1.2 Hasil Belajar Siswa ... 43

4.1.3 Analisis Tahap Akhir ... 46

4.1.3.1 Uji Normalitas ... 46

4.1.3.2 UJi Hipotesis (uji pihak kanan) ... 46

4.2 Pembahasan …. ... 47

4.2.1 Hasil Belajar kognitif ... .. 47

4.2.2 Hasil Belajar Afektif (minat siswa) ... ... 49

BAB 5 PENUTUP……… ... 52

5.1 Kesimpulan……. ... 52

5.2 Saran... ... 52

5.2 Keterbatasan Penelitian... ... 53

DAFTAR PUSTAKA... ………. ... 54


(12)

xii

3.2 Hasil uji validitas instrumen tes ... 33

3.3. Tingkat kesukaran instrumen tes ... 36

3.4 Klasifikasi daya pembeda… ... 37

3.5 Daya Pembeda insrumen tes ... 37

3.6 Uji homogenitas sampel penelitian… ... 39

4.1 Hasil belajar kognitif siswa dan afektif siswa ... ... 43


(13)

xiii

2.2 Tumbukan dua buah benda... ... 24 4.1 Grafik rata-rata nilai pretest dan posttest siswa ... ... 44 4.2 Grafik presentase rata-rata minat siswa sebelum dan setelah


(14)

xiv

2. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 60

3. Daftar Nama Siswa kelas XI MIA 2.1 ... 67

4. Uji Homogenitas Populasi ... 78

5. Analisis Validitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Soal ... 70

6. Analisis Reliabilitas Instrumen ... 73

9. Instrumen tes ... 74

10. Kisi-kisi Instrumen tes ... 78

11. Angket Minat Siswa ... 81

13. Lembar Praktikum Impuls dan Momentum ... 83

14. Lembar Praktikum Tumbukan ... 85

15. Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 88

16. Analisis Minat Siswa ... 89

20. Uji Normalitas Nilai Posttest Siswa ... 90

21. Analisis Uji t Hasil Belajar Siswa ... 91

22. Analisis Uji t Minat Siswa ... 93

22. Analisis Uji Gain Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 95

22. Analisis Uji Gain Peningkatan Minat Siswa ... 96


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikanya. Menurut Ihsan (2008:

1), “pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan

potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai

yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan”.

Di Indonesia, tujuan pendidikan nasional dirumuskan dalam Undang-undang No.20 tahun 2003 pasal 3 yaitu: (i) mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, (ii) mengembangkan potensi peserta didik, (iii) menjadikan peserta didik manusia yang beriman, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan tersebut dapat tercapai secara optimal apabila guru sebagai pendidik selalu mengembangkan proses pembelajaran yang sesuai dengan kondisi terkini. Salah satu masalah yang dihadapi untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah proses pembelajaran yang masih lemah. Trianto (2007: 2) menyatakan hasil belajar yang masih rendah disebabkan oleh proses pembelajaran yang didominasi oleh pembelajaran tradisional. Pembelajaran tradisional


(16)

menggunakan metode ceramah dengan suasana kelas cenderung teacher-centered

sehingga membuat siswa pasif.

Mata pelajaran fisika merupakan salah satu mata pelajaran sains yang diharapkan sebagai sarana mengembangkan kemampuan berpikir analitis deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam. Tujuan pembelajaran mata pelajaran fisika SMA yang dicanangkan Depdiknas (2006: 443) adalah: (i) sebagai sarana meningkatkan keyakinan terhadap tuhan YME, (ii) memupuk sikap ilmiah dan dapat bekerja sama dengan orang lain, (iii) memberi pengalaman untuk dapat merumuskan masalah dan mengajukan hipotesis, (iv) mengembangkan kemampuan berpikir analisis induktif dan deduktif, dan (v) menguasai pengetahuan, konsep, dan prinsip fisika, serta memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap ilmiah.

Hasil belajar mata pelajaran fisika yang terukur pada nilai rata-rata ulangan umum masih kurang memuaskan dan membawa keprihatinan para pendidik khususnya guru-guru fisika. Minat untuk mempelajari konsep-konsep fisika juga masih rendah. Hasil penelitian Hari (2008) sebagaimana dikutip oleh Samudra et al. (2014:1) menyatakan bahwa fisika adalah mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari dan tidak disukai oleh siswa khususnya siswa SMA. Kondisi pembelajaran fisika yang seperti itu dan kurangnya minat belajar siswa, menyebabkan ketuntasan pembelajaran fisika relatif rendah.

SMAN 1 Kendal merupakan sekolah unggulan di Kabupaten Kendal. Nilai rata-rata siswa yang terukur pada raport tinggi, termasuk mata pelajaran fisika. Kegiatan belajar mengajar di kelas menggunakan kurikulum 2013, akan tetapi


(17)

metode pembelajaran yang sering digunakan oleh guru adalah metode ceramah yang berpusat pada guru (teacher-centered). Metode ceramah menyebabkan siswa menjadi cepat bosan dan kurang aktif dalam belajar. Oleh karena itu perlu ada inovasi baru yang bisa merubah pendekatan pembelajaran dari teacher-centered

menjadi student-centered, agar siswa menjadi lebih aktif dan kondisi kelas menjadi lebih menyenangkan.

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa pembelajaran fisika di SMAN 1 Kendal masih belum maksimal. Perlu ada metode pembelajaran yang lebih baik daripada metode ceramah. Metode pembelajaran yang digunakan harus mampu memunculkan keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran, yang meliputi kemampuan untuk bertanya, menjawab pertanyaan, dan mengungkapkan gagasan dalam diskusi kelompok sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa akan meningkat.

Model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa adalah model pembelajaran aktif (Active Learning). Active Learning suatu pembelajaran menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Sanjaya, 2005: 109).

Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas siswa di kelas adalah metode Learning Starts with A Question. Zaini et al. (2008:44) menyatakan “Learning Starts with A Question


(18)

mengharuskan siswa untuk membaca materi terlebih dahulu dengan tuuan agar siswa aktif dalam bertanya Dengan membaca, maka siswa memiliki gambaran tentang materi yang akan dipelajari sehingga apabila dalam pembelajaran terjadi kesalahan konsep, dapat dibahas serta dibenarkan secara bersama-sama.

Pembelajaran dengan metode Learning Starts With A Question dimulai dari pertanyaan siswa yang bekerja dalam kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang. Metode ini dapat merangsang keaktifan belajar siswa karena siswa akan saling berkelompok dalam membuat pertanyaan dan berbagi pengetahuan ketika menyelesaikan tugas.

Dari keterangan di atas, penulis mencoba melakukan penelitian dengan metode pembelajaran Learning Start with A Question untuk diterapkan dalam pembelajaran fisika di SMAN 1 Kendal. Dari hasil penelitian akan diketahui apakah metode pembelajaran ini efektif atau tidak dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah pembelajaran fisika dengan metode pembelajaran Learning Start With A Question pada siswa kelas XI SMAN 1 Kendal tahun ajaran 2014/2015 dapat meningkatkan hasil belajar kognitif dan afektif berupa minat siswa?


(19)

1.3

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: meningkatkan hasil belajar kognitif dan afektif berupa minat siswa melalui metode pembelajaran

Learning Start With A Question pada siswa kelas XI SMAN 1 Kendal tahun ajaran 2014/2015.

1.4

Manfaat Penelitian

Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi: a. Bagi Siswa

1. Siswa dapat memperoleh cara belajar yang lebih efektif dan menyenangkan dalam mempelajari materi fisika di kelas.

2. Meningkatkan aktivitas siswa dan keefektifan belajar siswa di dalam kelas. b. Bagi Guru

1. Mengetahui keunggulan dari metode Learning Start With A Question

dalam meningkatkan minat dan hasil belajar kognitif siswa pada pembelajaran fisika.

2. Sebagai pertimbangan dalam variasi pembelajaran fisika. c. Bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk memperkaya metode pembelajaran yang dipakai saat ini di SMAN 1 Kendal sehingga dapat meningkatkan potensi belajar siswa.


(20)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru bagi penulis sehingga dapat diterapkan di kehidupan mendatang.

1.5

Pembatasan Masalah

Agar dalam penelitian ini dapat mencapai sasaran dan tujuan yang diharapkan secara optimal, maka perlu adanya pembatasan masalah sebagai berikut:

1) Penelitian ini hanya dilaksanakan pada siswa kelas XI MIA 2.1 SMA Negeri 1 Kendal tahun ajaran 2014/2015 dengan materi impuls dan momentum. 2) Penelitian terbatas pada pembelajaran dengan metode Learning Start With A

Question untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.

3) Penelitian ini mengukur peningkatan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif, sedangkan minat siswa termasuk dalam ranah afektif.

1.6

Penegasan Istilah

Untuk menghindari salah penafsiran yang berbeda mengenai judul skripsi, maka beberapa istilah yang terdapat dalam judul tersebut perlu dijelaskan. Adapun istilah yang perlu dijelaskan:

1.6.1 Peningkatan

Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008: 1712), kata peningkatan adalah


(21)

Sedangkan peningkatan yang penulis maksudkan dalam penelitian ini adalah proses meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dengan cara meningkatkan keterampilan belajarnya.

1.6.2 Minat

Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008: 957), kata minat berarti

“kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu”.

Menurut Yamin (2009: 80) minat berhubungan erat dengan motivasi. Motivasi mendorong dan mengarahkan minat belajar untuk tercapai suatu tujuan. Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan dan pengalaman.

Dalam penelitian nanti, penulis akan mengukur minat siswa terhadap mata pelajaran fisika dengan menggunakan angket yang akan diisi oleh siswa.

1.6.3 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar.

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologi yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Tetapi hal ini sangat sulit dilakukan karena ada hasil belajar yang bersifat

intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu yang dapat dilakukan oleh guru adalah mengamati perubahan tingkah laku yang dapat mencerminkan perubahan akibat hasil belajar siswa, yaitu di ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (Syah, 2010: 148).


(22)

1.6.4 Metode Learning Start With A Question

Menurut Zaini et al. (2008:44), “Learning Start With A Question adalah

suatu metode pembelajaran aktif dalam bertanya”. Metode ini mengharuskan

siswa untuk membaca materi terlebih dahulu. Dengan membaca maka siswa memiliki gambaran tentang materi yang akan dipelajari, sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Membaca juga dapat merangsang siswa untuk memetik bahan-bahan pokok penting.

1.7

Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 3 bagian yaitu sebagai berikut: 1) Bagian awal

Bagian ini terdiri dari halaman judul, halaman pernyataan, halaman persetujuan, halaman pengesahan, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

2) Bagian isi

Bagian ini terdiri dari 5 bab yaitu sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan

Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi


(23)

Berisi teori-teori yang mendukung dan berkaitan dengan permasalahan serta hipotesis penelitian

Bab III : Metode Penelitian

Berisi waktu dan lokasi penelitian, populasi dan sampel,

rancangan dan desain penelitian, variabel penelitian, serta teknik pengumpulan, teknik pengolahan, dan analisis data.

Bab IV : Hasil penelitian dan pembahasan

Berisi hasil-hasil penelitian dan pembahasannya. Bab V : Penutup

Berisi simpulan dari hasil penelitian dan saran. 3) Bagian Akhir


(24)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1

Belajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa.

Ada banyak definisi tentang belajar yang dikemukakan oleh para ahli. Skinner sebagaimana dikutip oleh Syah (2003:64), berpendapat belajar adalah suatu proses adaptasi yang berlangsung secara pogresif. Menurut Chaplin sebagaimana dikutip oleh Syah (2003:65), belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus. Sedangkan menurut Hintzman sebagaimana dikutip oleh Syah (2003:65), belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.

Dari definisi diatas kita tahu bahwa belajar merupakan sebuah proses suatu kegiatan, bukan suatu hasil maupun tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, tetapi mengalami. Dan hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.


(25)

2.2

Metode Pembelajaran

Proses pembelajaran di kelas pasti melahirkan interaksi antara guru dan siswa. Guru akan berusaha mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi anak didik sehingga harus mempersiapkan program pengajaran yang baik dan sistematis.

Seorang guru harus dapat memahami metode pembelajaran yang akan diterapkan di kelas. Metode pembelajaran adalah salah satu komponen yang berperan dalam keberhasilan belajar mengajar. Dengan memahami metode pembelajaran, maka guru akan lebih baik dalam menyampaikan suatu materi sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Ada banyak metode yang bisa digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Ibrahim & Syaodih (2003: 105-107) menjelaskan beberapa metode pembelajaran yang sering digunakan oleh guru, diantaranya: metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode demonstrasi, metode eksperimen, metode pemberian tugas, metode karyawisata, dan metode sosiodrama (role-playing). Pelaksanaan pembelajaran dengan metode Learning Starts with A Question

termasuk dalam metode tanya jawab, diskusi, dan eksperimen.

Ada dua faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih suatu metode pembelajaran. Ibrahim & Syaodih (2003: 108) menjelaskannya sebagai berikut: 1) Kesesuaian dengan tujuan instruksional

Setiap metode pembelajaran memiliki kekuatan dan kelemahan. Namun metode pembelajaran apapun yang digunakan harus jelas tujuan yang dicapai, baik tujuan instruksional khusus maupun tujuan instruksional umum. Mengingat


(26)

setiap program pengajaran memiliki berbagai tujuan instruksional yang berbeda, sebaiknya digunakan kombinasi berbagi metode mengajar yang relevan, yang akan membuat proses belajar lebih hidup, aktif, dan bermakna.

2) Keterlaksanaan dilihat dari waktu dan sarana

Dalam memilih metode pembelajaran juga perlu dipertimbangkan waktu dan sarana yang tersedia. Sebagai contoh metode karyawisata tidak bisa dilakukan setiap hari. Dalam memilih metode pengajaran hendaknya diupayakan pula agar dapat terwujud proses belajar-mengajar yang menantang dan bermakna serta banyak melibatkan keaktifan siswa.

2.3

Minat

Hamalik (2009: 33) menyatakan belajar dengan minat akan mendorong siswa belajar lebih baik daripada belajar tanpa minat. Minat ini timbul apabila siswa tertarik akan sesuatu yang sesuai dengan kebutuhannya dan merasakan hal itu bermakna bagi dirinya. Namun jika sudah ada minat tapi tanpa adanya usaha yang baik dalam belajar, maka belajar juga akan sulit berhasil.

Menurut Ibrahim & Syaodih (2003: 26-27) setiap anak mempunyai minat dan kebutuhan sendiri-sendiri. Bahan ajar dan cara penyampaian disesuaiakan dengan minat dan kebutuhan tersebut. Walaupun hampir tidak mungkin menyesuaiakan pengajaran dengan minat dan kebutuhan setiap siswa, namun sedapat mungkin hal tersebut harus dipenuhi. Pengajaran perlu memperhatikan minat dan kebutuhan, sebab keduanya akan menjadi penyebab timbulnya


(27)

perhatian. Sesuatu yang menarik minat dan dibutuhkan anak, akan menarik perhatiannya, dengan demikian mereka akan bersungguh-sungguh dalam belajar.

Dalam penelitian ini, minat belajar siswa termasuk dalam penilaian afektif. Menurut Krathwol sebagaimana dikutip oleh Phopam & Baker (2005:31-32) penilaian afektif dibagi dalam lima taraf, yaitu:

1) Memperhatikan

Taraf pertama ini adalah mengenai kepekaan siswa terhadap sesuatu, yaitu menyangkut kesediaan siswa untuk menerima atau memperhatikannya. 2) Merespon

Pada taraf ini siswa sudah memiliki motivasi yang cukup sehingga mereka sudah merespon suatu fenomena, tidak hanya memperhatikan saja fenomena tersebut.

3) Menghayati nilai

Pada taraf ini tampak bahwa siswa sudah menghayati nilai tertentu. Perilaku siswa sudah cukup konsisten sehingga mereka sudah dipandang sebagai orang yang sudah menghayati nilai yang bersangkutan.

4) Mengorganisasikan

Dalam mempelajari suatu nilai, siswa akan menghadapi situasi yang

mengandung lebih dari satu nilai. Karena itu siswa perlu mengorganisasikan nilai-nilai tersebut menjadi suatu sistem sehingga nilai tersebut lebih

memberikan pengarahan terhadapnya. 5) Seperangkat nilai


(28)

Pada taksonomi afektif ini siswa telah mendarah-dagingkan nilai-nilai

sedemikian rupa sehingga dalam prakteknya mereka sudah dapat digolongkan sebagai orang yang memegang nilai atau seperangkat nilai tertentu.

Taraf-taraf di atas digunakan oleh penulis sebagai dasar membuat instrumen penelitian untuk mengukur seberapa besar minat siswa pada pembelajaran fisika.

2.4

Hasil Belajar

Pengungkapan hasil belajar meliputi seluruh ranah psikologis yang berubah sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa. Namun, pada kenyataannya untuk dapat mengungkapkan hal tersebut sangatlah sulit dikarenakan beberapa perubahan hasil belajar ada yang bersifat intangible (tidak dapat diraba), oleh karena itu dalam penelitian ini hanya akan diambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar, yaitu perubahan pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (Syah, 2010: 148). Yamin (2009: 86) menyatakan hasil belajar dapat diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Untuk mengungkap hasil belajar pada ketiga ranah (kognitif, afektif, dan psikomotor), diperlukan indikator-indikator sebagai penunjuk bahwa seseorang telah berhasil meraih prestasi pada tingkat tertentu. Pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai indikator-indikator prestasi belajar sangat diperlukan ketika seseorang perlu untuk menggunakan alat dan kiat evaluasi.


(29)

Dalam penelitian ini, peningkatan hasil belajar siswa lebih menitikberatkan pada penilaian kognitif. Menurut Bloom sebagaimana dikutip oleh Phopam & Baker (2005: 29-30) penilian kognitif memiliki enam taraf, yaitu:

1) Pengetahuan

Pengetahuan mencakup ingatan tantang sesuatu yang khusus dan umum, tentang metode dan proses, dan tentang pola struktur.

2) Pemahaman

Taraf ini mencakup bentuk pengertian yang paling rendah. Taraf ini berhubungan dengan pemahaman yang menunjukkan bahwa siswa mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat menggunakan bahan pengetahuan tanpa perlu menghubungkannya dengan yang lain.

3) Aplikasi

Aplikasi mencakup digunakannya abstraksi dalam situasi yang khusus atau konkret. Abstraksi yang diterapkan dapat berbentuk prosedur, gagasan umum, atau metode yang digeneralisasikan. Dapat juga berupa ide, prinsip-prinsip teknis, atau teori-teori yang harus diingat dan diterapkan.

4) Analisis

Analisis mencakup penguraian suatu ide ke dalam unsur-unsur pokoknya sehingga menjadi lebih jelas. Analisis digunakan untuk memperjelas suatu ide dan menunjukkan bagaimana ide tersebut disusun.

5) Sintesis

Sintesis mencakup kemampuan menyatakan unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga menjadi sebuah kesatuan. Sintesis ini adalah kegiatan


(30)

menghubungkan potongan-potongan dan menyusunnya sehingga terbentuklah pola atau struktur yang sebelumnya belum tampak jelas.

6) Evaluasi

Evaluasi menyangkut penilaian bahan dan metode untuk mencapai tujuan tertentu.Penilaian kuantutatif dan kualitatif diadakan untuk melihat sejauh mana bahan dan metode memenuhi kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan ditentukan oleh siswa sendiri, maupun oleh orang lain.

Taraf-taraf di atas digunakan oleh penulis sebagai dasar membuat instrumen tes untuk mengukur seberapa besar kemampuan kognitif siswa pada pembelajaran fisika.

2.5

Pembelajaran Fisika dengan Metode

Learning Start With A

Question

2.5.1 Pengertian Metode Learning Start With A Question

Menurut Zaini et al. (2008:44), “Learning Start With A Question adalah

suatu metode pembelajaran aktif dalam bertanya”. Metode ini mengharuskan

siswa untuk membaca materi terlebih dahulu. Dengan membaca maka siswa memiliki gambaran tentang materi yang akan dipelajari, sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Membaca juga dapat merangsang siswa untuk memetik bahan-bahan pokok penting. Pembelajaran dengan metode ini dimulai dari menjawab pertanyaan siswa yang bekerja dalam kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang.


(31)

Menurut Silberman (2009:144) satu cara menciptakan pola belajar aktif adalah dengan merangsang siswa untuk bertanya tentang mata pelajaran mereka. Metode Learning Start With A Question adalah suatu strategi sederhana yang dapat merangsang siswa untuk bertanya, dan bertanya adalah kunci belajar.

Learning Starts with A Question merupakan strategi sederhana yang dapat diaplikasikan pada situasi sehari-hari dalam proses pembelajaran. Metode ini dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran dan dapat memberikan langkah untuk berkomunikasi dua arah antara guru dan siswa, sehingga mampu menggugah keinginan siswa untuk bertanya.

2.5.2 Langkah-langkah Pembelajaran Fisika dengan Metode Learning Start With A Question

Langkah-langkah dalam menerapkan Learning Starts with a Question

menurut Marno dan Idris (2009: 151-152) adalah sebagai berikut :

1) Bagikan bahan belajar berupa modul atau buku dan mintalah mereka belajar secara berkelompok.

2) Guru memberikan pertanyaan tentang materi yang akan diajarkan untuk merangsang keaktifan siswa di awal pembelajaran.

3) Siswa diminta membuat pertanyaan tentang hal-hal yang belum dimengerti. 4) Kumpulkan semua pertanyaan dan kelompokkan jenisnya atau yang paling

banyak dibutuhkan siswa.

5) Mulailah pelajaran dengan menjawab dan menjelaskan hal yang ditanyakan. 6) Dengan cara ini, akan terjadi pembelajaran tanya jawab secara aktif.


(32)

2.5.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode Learning Start With A Question Semua metode pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Demikian juga dengan metode Learning Starts with a Question. Susatyo et al.

(2009: 407) menjelaskan beberapa kelebihan dan kekurangan metode ini.

Kelebihan dari metode Learning Starts with a Question adalah: (i) siswa menjadi siap memulai pelajaran, karena siswa belajar terlebih dahulu sehingga memiliki sedikit gambaran dan menjadi lebih paham setelah mendapatkan tambahan penjelasan dari guru, (ii) siswa akan lebih aktif untuk membaca, (iii) materi akan dapat diingat lebih lama, (iv) kecerdasan siswa diasah pada saat siswa mencari informasi tentang materi tanpa bantuan guru, (v) mendorong tumbuhnya keberanian mengutarakan pendapat secara terbuka, dan (vi) memperluas wawasan melalui bertukar pendapat secara kelompok.

Metode Learning Starts with a Question juga memiliki beberapa kelemahan, seperti: ada siswa yang malu untuk bertanya sehingga guru tidak mengetahui kesulitan yang dialami oleh siswa dan tidak semua siswa membaca materi pelajaran sehingga siswa sulit untuk memahami konsep materi pelajaran.

2.5.4 Upaya Peningkatan Minat dan Hasil Belajar Fisika Siswa melalui Metode Learning Start With A Question

Fisika adalah salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang mempelajari gejala alam dan menerangkan bagaimana gejala tersebut terjadi. Supriyadi (2010: 98) menyatakan fisika pada hakikatnya adalah sebuah ilmu yang memerlukan pemahaman konsep dan model-model ilmiah yang dapat membuat pelajaran fisika menjadi lebih menarik. Fisika tidak hanya berisi


(33)

teori-teori atau rumus-rumus untuk dihafal tetapi fisika juga berisi banyak konsep yang harus dipahami secara mendalam. Dengan demikian, siswa dituntut untuk dapat membangun pengetahuan mereka melalui peran aktifnya dalam proses pembelajaran.

Metode Learning Start With A Question adalah suatu metode pembelajaran aktif dalam bertanya . Ketika siswa aktif dalam bertanya, pembelajaran akan lebih menyenangkan. Siswa akan terlibat langsung dalam proses pembelajaran sehingga mereka akan menyukai sistem pembelajaran di kelas. Ketika siswa menyukai sistem pembelajaran di kelas, maka mereka akan menyukai materi pelajarannya juga. Ini berarti terjadi peningkatan minat siswa dalam pembelajaran fisika.

Sedangkan dalam peningkatan hasil belajar kognitif siswa, metode

Learning Start With A Question berperan sebagai media dan alat bantu. Metode ini membuat siswa lebih aktif dan kreatif. Aktif untuk bertanya dan menjawab, serta kreatif untuk belajar sebelum diterangkan dan belajar sendiri bersama teman satu kelompok. Belajar dalam kelompok membuat siswa dapat mengetahui kekurangannya dalam mempelajari suatu materi. Ketika siswa aktif bertanya, guru akan mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa sehingga guru akan fokus menjelaskan materi yang belum dipahami oleh siswa. Metode ini memungkinkan siswa dapat membelajari semua materi secara detail sehingga akan meningkatkan hasil belajar kognitif mereka.


(34)

2.6

Kerangka Berpikir Penelitian

Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional secara optimal seperti yang dirumuskan dalam Undang-undang No.20 tahun 2003 pasal 3, guru sebagai pendidik harus mengembangkan proses pembelajaran sesuai dengan zaman sekarang. Salah satu masalah yang dihadapi untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah proses pembelajaran yang masih lemah. Trianto (2007: 2) menyatakan hasil belajar yang masih rendah disebabkan oleh proses pembelajaran yang didominasi oleh pembelajaran tradisional. Pembelajaran tradisional menggunakan metode ceramah dengan suasana kelas cenderung teacher-centered sehingga membuat siswa pasif.

Hasil belajar mata pelajaran fisika yang terukur pada nilai rata-rata ulangan umum yang masih kurang memuaskan membawa keprihatinan para pendidik khususnya guru-guru fisika. Minat untuk mempelajari konsep-konsep fisika juga masih rendah. Hasil penelitian Hari (2008) sebagaimana dikutip oleh Samudra et al. (2014:1) menyatakan bahwa fisika adalah mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari dan tidak disukai oleh siswa khususnya siswa SMA. Kondisi pembelajaran fisika yang seperti itu dan kurangnya minat belajar siswa, menyebabkan ketuntasan pembelajaran fisika relatif rendah.

Kegiatan pembelajaran yang sesuai saat ini yaitu kegiatan pembelajaran yang melibatkan partisipasi aktif siswa dalam membangun makna dan gagasan untuk berfikir mandiri serta bersikap ilmiah. Pembelajaran yang menarik dan melibatkan peran aktif siswa, dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan belajar siswa sehingga sasaran pembelajaran tercapai.


(35)

Menurut Silberman (2009:144) satu cara menciptakan pola belajar aktif adalah dengan merangsang siswa untuk bertanya tentang mata pelajaran mereka. Metode Learning Start With A Question dapat merangsang siswa untuk bertanya, dan bertanya adalah kunci belajar.

Menurut Zaini et al. (2008:44), “Learning Start With A Question adalah

suatu metode pembelajaran aktif dalam bertanya”. Metode ini mengharuskan

siswa untuk membaca materi terlebih dahulu. Dengan membaca maka siswa memiliki gambaran tentang materi yang akan dipelajari, sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Membaca juga dapat merangsang siswa untuk memetik bahan-bahan pokok penting.

Ketika siswa aktif dalam bertanya, pembelajaran akan lebih menyenangkan. Siswa akan terlibat langsung dalam proses belajar mengajar sehingga mereka akan menyukai sistem pembelajaran di kelas. Jika siswa telah menyukai sistem pembelajaran di kelas, maka mereka akan menyukai materi pelajarannya juga. Dalam hal ini berarti terjadi peningkatan minat siswa dalam pelajaran fisika.

Metode ini juga dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Metode ini membuat siswa lebih aktif dan kreatif. Aktif untuk bertanya dan menjawab, serta kreatif untuk belajar sebelum diterangkan dan belajar sendiri bersama teman satu kelompok. Ketika belajar dalam kelompok, siswa akan mengetahui kekurangan dan kelebihannya. Dan ketika siswa aktif bertanya, guru akan mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa sehingga guru akan fokus menjelaskan materi yang belum dipahami oleh siswa. Hal ini akan membuat siswa


(36)

Latar Belakang

1. UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2. Pembelajaran harus sesuai dengan kondisi zaman sekarang. 3. Pentingnya penanaman pemahaman konsep-konsep dasar

pengembangan keterampilan sains dan keterampilan berpikir. 4. Pembelajaran harus menyenangkan dan melibatkan aktivitas siswa

secara optimal.

Identifikasi masalah

1. Pembelajaran tradisionaldengan metode ceramah yang membuat suasana kelas menjadi teacher centered.

2. Siswa memahami konsep fisika dengan pengetahuan teoritis dan menghafal konsep yang dipelajarinya dalam bentuk rumus-rumus sehingga hasil belajar kognitif siswa rendah.

3. Pembelajaran yang membosankan. 4. Kurangnya minat belajar siswa.

Solusi

Pembelajaran aktif dengan metode pembelajaran Learning Start With A Question :

1. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

2. Siswa mampu bertanya, menjawab, serta mengemukakan pendapatnya sendiri.

3. Proses pembelajaran aktif, kreatif, dan menyenangkan.

4. Proses pembelajaran langsung sehingga siswa memperoleh konsep,

Tujuan

Meningkatnya minat dan hasil belajar siswa

mengetahui semua materi yang dipelajari secara detail sehingga akan meningkatkan hasil belajar mereka.

Dari penjelasan diatas, kerangka berpikir penelitian ini secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:


(37)

2.7

Momentum, Impuls, dan Tumbukan

2.7.1 Momentum dan Impuls

Setiap benda yang bergerak pasti memiliki momentum. “Momentum

sebuah partikel didefinisiskan sebagai hasil kali massa dan kecepatannya” (Tipler, 1998:219). Kecepatan merupakan besaran vektor, maka momentum juga termasuk besaran vektor yang arahnya sama dengan arah kecepatan benda. Secara matematis, persamaan momentum dapat ditulis sebagai berikut :

p = mv (2.1)

Impuls benda didefinisikan sebagai hasil kali antara gaya dengan selang waktu ( t) gaya itu bekerja pada benda. “Gaya yang bekerja biasanya sangt besar

dan bekerja pada waktu yang sangat singkat” (Tipler, 1998:242). Impuls temasuk besaran vektor yang arahnya sama dengan arah gaya. Untuk menghitung besar impuls dalam satu arah dapat menggunakan persamaan berikut:

I = F t (2.2)

2.7.2 Hubungan Impuls dengan Momentum

Sebuah benda yang massanya m mula-mula bergerak dengan kecepatan vo. Kemudian dalam selang waktu t kecepatan benda tersebut berubah menjadi vt. Menurut hukum II Newton, jika benda menerima gaya yang searah dengan gerak benda, maka benda akan dipercepat. Percepatan rata- rata yang disebabkan oleh gaya F sebagai berikut:

= dimana = (2.3)


(38)

F. t = mvt–mvo (2.5)

Jadi: I = m(vt– vo) (2.6)

sehingga I = pt–po = p (2.7)

Dari persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menghitung impuls dapat dicari dengan menghitung perubahan momentum benda, p.

2.7.3 Hukum Kekekalan Momentum

Dua buah bola bergerak berlawanan arah dan saling mendekati. Bola pertama massanya m1, bergerak dengan kecepatan v1. Sedangkan bola kedua massanya m2 bergerak dengan kecepatan v2. Jika kedua bola berada pada lintasan yang sama dan lurus, maka pada suatu saat kedua bola akan bertabrakan.

m1v1 m2v2

tabrakan/tumbukan

m1v’1 m2v’2

Gambar 2.2 Tumbukan dua buah benda

Dengan memperhatikan analisis gaya tumbukan bola pada gambar diatas ternyata sesuai dengan pernyataan hukum III Newton. Kedua bola akan saling menekan dengan gaya F yang sama besar, tetapi arahnya berlawanan. Akibat adanya gaya aksi dan reaksi dalam selang waktu t tersebut, kedua bola akan saling melepaskan diri dengan kecepatan masing-masing sebesar

Faksi= -Freaksi (2.8)


(39)

Impuls yang terjadi selama interval waktu t adalah F1 t = - F2 t. Kita tahu bahwa = t = p , maka persamaannya menjadi seperti berikut:

= - p2 (2.10)

m1v1– m1v'1= - (m2v2– m2v'2) (2.11)

m1v1 + m2v2 = m1v'1+ m2v'2 (2.12)

Dapat diketahui bahwa jumlah momentum awal = jumlah momentum akhir. Hasil ini dikenal sebagai hukum kekekalan momentum. Menurut Tipler (1998: 221) hukum kekekalan momentum berbunyi: jika gaya eksternal pada suatu sistem nol, maka momentum total sistem tetap konstan.

2.7.4 Tumbukan

Berdasarkan sifat kelentingan atau elastisitas benda yang bertumbukan, tumbukan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu tumbukan lenting sempurna, tumbukan lenting sebagian, dan tumbukan tidak lenting sama sekali.

Dua buah benda dikatakan mengalami tumbukan lenting sempurna jika pada tumbukan itu tidak terjadi kehilangan energi kinetik. Jadi, energi kinetik total kedua benda sebelum dan sesudah tumbukan adalah tetap. Oleh karena itu, pada tumbukan lenting sempurna berlaku hukum kekekalan momentum dan hukum kekekalan energi kinetik (Surya, 2003:50-51).

Pada tumbukan tidak lenting sama sekali, terjadi kehilangan energi kinetik sehingga hukum kekekalan energi mekanik tidak berlaku. Pada tumbukan jenis ini, kecepatan benda-benda sesudah tumbukan sama besar.

Kebanyakan benda-benda yang ada di alam mengalami tumbukan lenting sebagian, di mana energi kinetik berkurang selama tumbukan. Oleh karena itu,


(40)

hukum kekekalan energi mekanik tidak berlaku. Besarnya kecepatan relatif juga berkurang dengan suatu faktor tertentu yang disebut koefisien restitusi. Bila koefisien restitusi dinyatakan dengan huruf e, maka derajat berkurangnya kecepatan relatif benda setelah tumbukan dirumuskan sebagai berikut:

e = - ( ) (2.13)

Nilai restitusi berkisar antara 0 dan 1 (0 e 1 ). Untuk tumbukan lenting sempurna, nilai e = 1. Untuk tumbukan tidak lenting nilai e = 0.Sedangkan untuk tumbukan lenting sebagian mempunyai nilai e antara 0 dan 1 (0 < e < 1).

2.8 Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) = tidak ada peningkatan minat siswa setelah diberikan pembelajaran dengan metode Learning Start With A Question.

= ada peningkatan minat siswa setelah diberikan pembelajaran dengan metode Learning Start With A Question.

2) = tidak ada peningkatan hasil belajar siswa setelah diberikan pembelajaran dengan metode Learning Start With A Question.

= ada peningkatan hasil belajar siswa setelah diberikan pembelajaran dengan metode Learning Start With A Question.


(41)

27

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1

Populasi dan Sampel

3.1.1 Populasi

Pada penelitian ini, yang menjadi populasi adalah siswa kelas XI SMAN 1 Kendal.

3.1.2 Sampel

Pada penelitian ini, yang menjadi sampel adalah siswa kelas XI MIA 2.1. Penulis mengambil sampel dengan teknik random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang mencampur subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama. Dengan demikian maka penulis memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel.

3.2

Lokasi, Waktu, dan Subjek Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kendal khususnya pada siswa kelas XI MIA 2.1 Tahun Ajaran 2014/2015 pada tanggal 10 sampai dengan 30 November 2014.

3.3

Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan dikaji, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.


(42)

3.3.1 Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah “metode pembelajaran

Learning Start With A Question”.

3.3.2 Variabe Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah “minat dan hasil belajar

siswa”.

3.4

Prosedur Penelitian

Penelitian yang dilakukan tergolong sebagai penelitian eksperimental. Menurut Margono (2003: 110) penelitian eksperimental menggunakan suatu percobaan yang dirancang secara khusus guna membangkitkan data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest posttest design. Menurut Arikunto (2006: 78) one group pretest posttest design adalah desain penelitian dengan satu kelompok subjek yang diberikan pretest sebelum eksperimen dan posttest sesudah ekperimen. Menurut Sugiyono (2009:111) desain penelitian one group pretest posttest design digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1 One group pretest posttest design Pretest Perlakuan Posttest


(43)

Keterangan:

O1 : nilai pretest atau skor minat siswa sebelum menggunakan metode pembelajarn Learning Start With A Question.

O2 : nilai posttest atau skor minat siswa sesudah menggunakan metode pembelajarn Learning Start With A Question.

X : perlakuan dengan metode pembelajaran Learning Start With A Question.

3.5

Metode Pengumpulan Data

Beberapa metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu:

3.5.1 Metode Observasi

Observasi dilakukan saat guru memberikan materi sehingga bisa memberikan gambaran kepada peneliti bagaimana metode dan cara mengajar guru, respon siswa terhadap guru, serta kondisi lingkungan penelitian.

3.5.2 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi dilakukan melalui pengumpulan data nama siswa, nilai siswa, dan semua hal yang berkaitan dengan masalah penelitian yang akan digunakan untuk menguji homogenitas sampel penelitian.

3.5.3 Metode Angket

Angket termasuk ke dalam instrumen non tes, yaitu instrumen yang digunakan untuk mengukur berbagai aspek selain hasil belajar. Hal-hal yang bisa diukur oleh instrumen non tes diantaranya sikap dan minat.


(44)

Ditinjau dari segi cara menjawab atau strukturnya, angket dibagi menjadi dua yaitu angket tertutup dan terbuka. Angket tertutup adalah angket yang telah disediakan alternatif jawabannya sehingga responden tinggal memilih yang sesuai dengan keadaan dirinya. Angket terbuka adalah angket yang jawabannya belum disediakan sehingga responden bebas menuliskan apa yang dia rasakan. Satu hal yang menjadi ciri utama angket adalah tidak ada jawaban benar atau salah (Sudijono 2006: 84-89).

Dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah angket tertutup dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar minat siswa. Dasar yang digunakan penulis untuk membuat angket adalah klasifikasi ranah afektif yang dikemukakan Krathwol dalam Phopam & Baker (2005:31-32), yaitu: memperhatikan, merespon, menghayati nilai, mengorganisasikan, dan seperangkan nilai.

3.5.4 Metode Tes

Dalam penelitian ini, metode tes diberikan sebelum perlakuan dalam bentuk pretest dan sesudah perlakuan dalam bentuk posttest. Pretest bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa, sedangkan postest bertujuan untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa setelah diberikan perlakuan

Dasar yang digunakan penulis untuk membuat instrument tes adalah klasifikasi ranah kognitif yang dikemukakan Bloom dalam Phopam & Baker (2005:29-30), yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sistesis, dan evaluasi.


(45)

3.6

Uji Coba Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian harus diujicobakan terlebih dahulu kepada siswa di luar sampel dengan tujuan untuk menghindari biasnya hasil penelitian. Instrumen penelitian dalam penelitian ini diujicobakan pada siswa kelas XII IPA 2.

Analisis yang digunakan dalam pengujian instrumen ini meliputi validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal. Langkah-langkah analisisnya adalah sebagai berikut:

3.6.1 Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2006:168).

Validitas suatu tes tidaklah berlaku untuk semua tujuan ukur. Sebuah tes biasanya hanya menghasilkan ukuran yang valid untuk satu tujuan ukur tertentu. Oleh karena itu pernyataan valid harus diiringi oleh keterangan yang menunjuk kepada tujuan, yaitu valid untuk mengukur apa, lebih lanjut bagi siapa. Untuk menguji validitas instrumen yang berupa tes digunakan rumus Pearson Product Moment Corelation yang dikemukakan oleh Pearson:

Rumus 1 : dengan nilai simpangan



2 2

y x

xy rxy


(46)

dengan

x : X - X

y : Y - Y

X : skor rata-rata dari X

Y : skor rata-rata dari Y xy

r : koefisien korelasi skor item dan skor total

2

x : jumlah kuadrat skor item

2

y : jumlah kuadrat skor total Rumus 2 : dengan angka kasar

 



  ) ( ) ( ) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N rxy (3.2) Hasil perhitungan rxy dibandingkan dengan rtabel dengan taraf kesalahan 5%. Jika rxy>rtabel maka instrumen tersebut dikatakan valid (Arikunto, 2006:170). Hasil uji validitas instrumen dari 50 butir soal dapat dilihat pada halaman 70-72 dan terangkum pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Hasil uji validitas instrumen tes

No Kriteria Soal Nomor Soal Jumlah

1 Valid

1, 2, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 14, 16,18, 20, 21, 23, 24, 28, 30, 31, 32, 33, 35, 36, 37, 38, 40, 42, 44, 45, 47, 48, 49, 50

33

2

Tidak Valid 3, 8, 12, 13, 15, 17, 19, 22, 25, 26, 27, 29, 34,


(47)

Uji validitas instrumen non tes seperti angket, menggunakan validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi dimaksudkan untuk mengetahui isi dari suatu alat ukur (bahan, topik, dan substansinya) apakah sudah representatif atau belum. Validitas isi secara mendasar merupakan suatu pendapat, baik pendapat sendiri atau orang lain. Adapun validitas konstruk adalah suatu abstraksi dan generalisasi khusus dan merupakan suatu konsep yang dibuat khusus untuk kebutuhan ilmiah dan mempunyai pengertian terbatas. Untuk menguji validitas konstruk suatu unstrumen non tes diperlukan landasan teori dan bukti empiris yang memperlihatkan ada tidaknya keterkaitan antara konsep dengan komponen-komponennya (Sudijono 2008: 164-167).

3.6.2 Reliabilitas

Reliabilitas Mengandung pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Berapa kalipun diambil, tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Arikunto, 2006: 178).

Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus Kuder – Richardson 21 (KR-21).

Rumus KR-21

r11 = ( ) ( 1- ) (3.3)

Dengan keterangan:

11


(48)

k : banyaknya butir soal atau butir pertanyaan m : skor rata-rata

Vt : varians total (Arikunto, 2006: 189)

Berdasarkan hasil analisis instrumen diperoleh data r11= 0,6713 dan harga

rtabel= 0,329 untuk taraf kesalahan 5% dengan n = 36. Sedangkan hasil analisis tes Dari perhitungan dapat diketahui bahwa r11> rtabel, sehingga perangkat tes dikatakan reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada halaman 73.

3.6.3 Tingkat Kesukaran

Indeks kesukaran merupakan bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu mudah (Arikunto, 2009: 207).

Arikunto (2009: 208-210) menyatakan bahwa taraf kesukaran dapat dihitung melalui perhitungan berikut.

S B P

(3.4)

Keterangan: P = taraf kesukaran

B = banyak siswa yang menjawab benar S = jumlah seluruh peserta tes

Indeks kesukaran diklasifikasikan sebagi berikut: Soal dengan 0,00 P <0,30 adalah soal sukar Soal dengan 0,30 P < 0,70 adalah soal sedang


(49)

Soal dengan 0,70 P < 1,00 adalah soal mudah.

Hasil analisis taraf kesukaran instrumen dari 50 butir soal dapat dilihat pada halaman 70-72 dan terangkum pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Tingkat kesukaran instrumen tes

No Kriteria Soal Nomor Soal

1 Mudah 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 16, 17, 19, 21, 22, 23, 25, 28, 30, 32, 36, 37, 46, 48, 49, 50

2 Sedang 5, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 18, 20, 24, 26, 29, 31, 33, 34, 35, 38, 39, 40, 42, 43, 44, 45, 47

3 Sukar 27, 41

3.6.4 Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang berkemampuan rendah. Menurut Arikunto (2006: 213) untuk menghitung besarnya daya pembeda soal bentuk pilihan ganda rumus yang dipakai adalah:

JB BB JA BA DP  

(3.5) Keterangan:

DP = daya pembeda soal

JA = banyaknya peserta kelas atas JB = banyaknya peserta kelas bawah

BA = banyaknya kelas atas yang menjawab benar BB = banyaknya kelas bawah yang menjawab benar


(50)

Daya pembeda membagi soal dalam beberapa kriteria, yaitu: jelek, cukup, baik, dan baik sekali. Tabel klasifikasi daya pembeda soal selengkapnya tersaji di bawah ini.

Tabel 3.4 Klasifikasi daya pembeda: Interval Daya Pembeda Kriteria

DP : 0,00 - 0,20 DP : 0,21 - 0,40 DP : 0,41 - 0,70 DP : 0,71 - 1,00

Jelek Cukup Baik Baik sekali

Hasil analisis daya pembeda soal dapat dilihat pada halaman 70-72 dan terangkum pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Daya pembeda instrumen tes

No Kriteria Soal Nomor Soal

1 Baik Sekali 16, 30, 33, 42, 50

2 Baik 1, 2, 4, 5, 6, 7, 10, 11, 18, 20, 23, 31, 32, 35, 36, 37, 38, 40, 44, 45, 48

3 Cukup 8, 9, 14, 21, 24, 25, 28, 34, 39, 41, 46, 47, 49 4 Jelek 3, 12, 13, 15, 17, 19, 22, 26, 27, 29, 44

3.7

Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini ada dua tahap yaitu analisis data tahap awal dan analisis data tahap akhir. Analisis data tahap awal dilakukan uji homogenitas. Analisis data tahap akhir terdiri dari uji normalitas, uji t-test satu pihak, dan uji gain.

3.7.1 Analisis Data Tahap Awal

Uji homogenitas pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah populasi mempunyai varians yang sama atau tidak. Jika kelas-kelas dalam


(51)

populasi mempunyai varians yang sama maka populasi tersebut dikatakan homogen. Hipotesis statistik yang diuji adalah sebagai berikut:

H0 : 12 22 (Varians antar kelompok tidak berbeda/data homogen). Ha :12 22 (Varians antar kelas tidak sama/ data tidak homogen). Untuk menguji hipotesis tersebut, digunakan rumus uji Bartlett sebagai berikut:

(3.6)

dengan:

(3.7) dan

(3.8) Keterangan:

2

i

S = varian masing-masing kelompok S = varian gabungan

B = koefisien Barlett

ni = jumlah siswa dalam kelas

Kriteria pengujiannya adalah H0 diterima jika X2hitung < X2tabel dengan taraf signifikasi 5% yang artinya data yang diuji bersifat homogen (Sudjana, 2005: 263).

Hasil pengujian homogenitas untuk siswa kelas XI MIPA SMAN 1 Kendal dapat dilihat pada Tabel 3.6.


(52)

Tabel 3.6 Uji homogenitas sampel penelitian

Kelas Varians N X2hitung X2tabel Kriteria

XI MIA 1 11,08 31

2,108 5,991 Homogen

XI MIA 2.1 8,02 34

XI MIA 2.2 6,73 33

Berdasarkan analisis uji homogenitas yang telah terlampir, setelah dilakukan perhitungan didapatkan X2hitung = 2,108. Pada taraf signifikasi 5% dengan dk = 3-1 =2 diperoleh X2tabel sebesar 5,991. Nilai X2hitung < X2tabel sehingga H0 diterima dan populasi kedua kelas homogen. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada halaman 68-79.

3.7.2 Analisis Data Tahap Akhir

Sampel diberikan posttest setelah menerima pembelajaran dengan metode

Learning Start With A Question. Dari hasil posttest akan diperoleh data yang digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis dalam penelitian ini. Analaisis data tahap akhir terdiri dari:

3.7.2.1Uji Normalitas Data

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui kenormalan distribusi data variabel terikat. Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakanuji chi-kuadrat dengan rumus:

= (3.9)

Keterangan: = chi kuadrat


(53)

= frekuensi pengamatan = frekuensi yang diharapkan

k = banyaknya kelas

Kriteria pengujian hipotesis adalah membandingkan harga chi kuadrat

perhitungan dengan chi kuadrat tabel, dengan dk = n-1. Jika 2hitung 2tabel, maka data terdistribusi normal. Jika 2hitung >2tabel, maka data terdistribusi tidak normal. 3.7.2.2Uji t-test Satu Pihak

Pada penelitian ini, untuk mengetahui diterima atau tidaknya hipotesis penelitian digunakan uji t-test satu pihak.

Data yang digunakan adalah nilai pretest dan posttest siswa serta skor minat siswa sebelum dan setelah pembelajaran. Rumus uji t-test satu pihak dapat dituliskan:                   

n

s

n

s

n

s

n

s

x

x

r t 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 __ _ __ (3.10) Keterangan: __ 1

x

= rata-rata nilai posttest

__ 2

x

= rata-rata nilai pretest

s

1 = simpangan baku nilai posttest

s

2 = simpangan baku nilai pretest


(54)

s1

2 = varian nilai posttest

s

2 2

= varian nilai pretest

r = korelasi antara nilai pretest dengan posttest

Dengan:

, (3.11)

Harga t hitung tersebut dibandingkan dengan harga ttabel dengan dk n1 + n2 – 2, taraf kesalahan 5%. Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak (Sugiyono, 2007: 197).

3.7.2.3Uji Gain

Uji gain dalam penilitian ini digunakan untuk mengetahui signifikansi metode pembelajaran Learning Start With A Question terhadap minat dan hasil belajar siswa. Signifikasi tersebut dapat dihitung dengan rumus gain

ternormalisasi yang dikemukakan oleh Savinainen & Scott sebagaimana dikutip oleh Wiyanto (2008:86) sebagai berikut:

S

S

S

pre pre post

g

  

% 100

(3.12)

Keterangan:

g

= besarnya faktor g

S

pre = skor rata-rata pretest (%)

S

post = skor rata-rata postest (%)


(55)

Besarnya faktor g dikategorikan sebagai berikut :

Tinggi: g > 0,7 atau dinyatakan dalam persen g > 70%

Sedang: 0,3 < g ≤ 0,7 atau dinyatakan dalam persen 30 < g ≤ 70% Rendah: g ≤0,3 atau dinyatakan dalam persen g ≤ 30%


(56)

52

BAB 5

PENUTUP

5.1.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Learning Start With A Question dapat meningkatkan hasil belajar kognitif dan afektif berupa minat pada siswa kelas XI SMAN 1 Kendal tahun ajaran 2014/2015. Peningkatan hasil belajar kognitif terlihat dari peningkatan nilai rata-rata posttes dibandingkan nilai rata-rata pretest siswa dengan faktor gain (g) sebesar 0,455 dan termasuk dalam kategori sedang. Peningkatan minat siswa terlihat dari peningkatan skor rata-rata angket siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan faktor gain (g) sebesar 0,24 yang termasuk dalam kategori rendah.

5.2.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penulis menyampaikan saran sebagai berikut:

1) Bagi peneliti yang ingin melaksanakan metode Learning Start With A Question sebaiknya siswa dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuan yang heterogen (secara nilai atau jenis kelamin) agar setiap kelompok dapat berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran.


(57)

2) Guru sebaiknya selalu menekankan kepada siswa untuk mempelajari materi terlebih dahulu agar siswa dapat aktif ketika pembelajaran berlangsung. 3) Bagi guru dan calon guru, metode Learning Start With A Question dapat

dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran untuk meningkatkan aktifitas siswa.

4) Diharapkan ada penelitian lebih lanjut tentang pembelajaran dengan metode

Learning Start With A Question agar dapat membantu tenaga pendidik dalam meningkatkan mutu pendidikan.

5.3.

KETERBATASAN PENELITIAN

Keterbatasan dalam peneltian ini antara lain:

1. Penelitian ini hanya meneliti peningkatan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif dan afektif (minat siswa), tanpa meneliti peningkatan hasil belajar siswa dalam ranah psikomotorik.

2. Angket minat siswa dalam penelitian ini adalah angket positif sehingga dimungkinkan ada kecenderungan responden untuk menjawab jawaban positif tanpa memperhatikan indikator sikap.

3. Penelitian dilakukan terbatas pada satu tempat dalam waktu yang relatif singkat sehingga jika penelitian ini dilaksanakan di tempat lain dimungkinkan mendapat hasil yang berbeda.


(58)

54

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. 2009. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional, 2006. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta: BSNP.

Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Kamus Bahasa Indonesia.Jakarta: Pusat Bahasa.

Hamalik, O. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Ibrahim, R. & N. Syaodih S. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Ihsan, F. 2008. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta Karya.

Kusuma, D.L. & I.N. Parta. 2013. Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui Pembelajaran dengan Strategi Learning Start With A Question pada Materi Segitiga dan Segiempat untuk Siswa kelas VII-H SMPN 1 Blitar. FMIPA Universitas Negeri Malang: 7-8. Tersedia di http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelBF44977EFB0B3B000F565225136BCA31.pdf [diakses 18-11-2014].

Margono, S. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Marno & M Idris. 2009. Strategi & Metode Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-ruzz Media Group.

Pemerintah Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Phopam, W.J. & E.L. Baker. 2005. Teknik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta: Rineka Cipta.

Riswani, E.F. & A. Widayati. 2012. Model Active Learning dengan Teknik Learning Start With A Question dalam Peningkatan Keaktifan Peserta Didik pada Pembelajaran Akuntansi Kelas XI Ilmu Sosial 1SMA Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Akuntasi Indonesia, 10(2): 18-19. Tersedia di http://journal.uny.ac.id/index.php/jpakun/article/view/910 [diakses 18-11-2014].


(59)

Samudra, G.B. et al. 2014. Permasalahan-permasalahan yang Dihadapi Siswa SMA di Kota Singaraja dalam Mempelajari Fisika. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 4(1): 1-2. Tersedia di http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_ipa/article/view/1093 [diakses 10-12-2014].

Sanjaya, W. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Saputri, G. E. 2011. Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Learning Starts With A Question pada Siswa Kelas VII SMPN 2 Tegowanu Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi. Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang.

Silberman, M. L. 2009. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif.

Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Sudijono, A. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitafif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Supriyadi. 2010. Teknologi Pendidikan Fisika. Yogyakarta: FMIPA UNY. Surya, Y. 2003. Fisika itu Mudah. Jakarta: Bina Sumber Daya Mipa.

Susatyo, E.B. et al. 2009. Penggunaan Model Learning Start With A Question dan

Self Regulated Learning pada Pembelajaran Kimia. Jurnal Inovasi Pendidikan

Kimia, 3(1): 411-412. Tersedia di

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JIPK/article/view/1273/1324 [diakses 18-11-2014].

Syah, M. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Syah, M. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada


(60)

Trianto. 2007. Model-model pembelajaran inovatif berorientasi. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wiyanto. 2008. Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi Laboratorium. Semarang: UNNES PRESS.

Yamin, M. 2009. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press.

Zaini, H. et al. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.


(61)

54


(62)

Silabus Mata Pelajaran Fisika

Sekolah : SMA Negeri 1 Kendal

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas : XI

Materi Pokok : Momentum, Impuls, dan Tumbukan

Semester : 1

Kompetensi Inti :

KI. 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI. 2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI. 3 Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI. 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan


(63)

Kompetensi Dasar

Materi

Pokok Pembelajaran Penilaian

Alokasi Waktu

Sumber Belajar

1.1 Menyadari kebesaran Tuhan yang menciptakan dan mengatur alam jagad raya melalui pengamatan fenomena alam fisis dan

pengukurannya

2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan percobaan, melaporkan, dan berdiskusi

3.5 Mendeskripsikan momentum dan impuls, hukum kekekalan

momentum, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari 4.5 Memodifikasi roket sederhana

dengan menerapkan hukum kekekalan momentum

Momentum, impuls, dan tumbukan

Mengamati

 Mencari informasi tentang momentum, impuls, hubungan antara impuls dan momentum serta tumbukan dari berbagai sumber belajar.

 Menyimak ilustrasi tentang tumbukan benda yang dihubungkan dengan konsep-konsep momentum, impuls dan hukum kekekalan momentum dalam kehidupan sehari-hari

Menanyakan

Menanyakan konsep momentum, impuls,

hubungan antara impuls dan momentum serta hukum kekekalan momentum

Mengasosiasi

Menganalisis berbagai masalah tumbukan dengan menggunakan hukum kekekalan momentum Tugas Menyelesaikan masalah tentang momentum, impuls dan hubungan antara impuls dan momentum serta tentang hukum kekekalan momentum Tes Tertulis tentang impuls, momentum dan hukum kekekalan momentum dalam berbagai pemecahan 16 JP (4 x 4

JP)

Sumber FISIKA SMA

Jilid2, Pusat Perbukuan Panduan Praktikum Fisika SMA, Erlangga e-dukasi.net Alat

botol plastik pompa dan pentil

sepeda


(64)

Kompetensi Dasar

Materi

Pokok Pembelajaran Penilaian

Alokasi Waktu

Sumber Belajar Ekperimen/eksplorasi

 Mendiskusikan konsep momentum, impuls, hubungan antara impuls dan momentum serta hukum kekekalan momentum dalam berbagai penyelesaian masalah  Merancang dan membuat

roket sederhana dengan menerapkan hukum kekekalan momentum secara

berkelompok

Mengomunikasikan

Presentasi laporan membuat roket sederhana.

masalah

Observasi

Checklist lembar pengamatan kegiatan diskusi kelompok

Portopolio

Hasil karya dan Laporan eksperimen membuat roket sederhana


(65)

Sekolah : SMA Negeri 1 Kendal Mata Pelajaran : Fisika

Kelas : XI IPA

Materi Pokok : Impuls dan Momentum

Semester : 1

Alokasi Waktu : 3 pertemuan (6 JP)

A. Kompetensi Inti

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. KI. 2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

3.1 Mendeskripsikan momentum dan impuls, hukum kekekalan momentum, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Memformulasikan konsep momentum dan impuls serta keterkaitan antara keduanya.

2. Merumuskan hukum kekekalan momentum untuk sistem tanpa gaya luar. 3. Membedakan jenis-jenis tumbukan.


(66)

1. Pertemuan pertama

 Siswa dapat memformulasi konsep momentum dan impuls serta keterkaitan antara keduanya.

 Siswa dapat merumuskan hukum kekekalan momentum untuk sistem tanpa gaya luar.

2. Pertemuan kedua

 Siswa dapat membedakan jenis-jenis tumbukan.

 Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan tumbukan secara kuantitatif.

3. Pertemuan ketiga

 Siswa dapat mengetahui aplikasi dari hukum kekekalan momentum dalam kehidupan sehari-hari

D. Materi Pembelajaran 1. Pertemuan 1

Impuls dan momentum

 Momentum adalah hasil kali antara massa (m) dan kecepatan (v). Rumus : p = m v

 Impuls adalah hasil kali antara gaya (F) dengan selang waktu ( ∆t ). Rumus : I = F. ∆t

 Impuls = perubahan momentum. Rumus : I = m 2 . v 2– m 1 . v 1

I = p2 p1

 Hukum kekekalan momentum :

Momentum awal sistem sebelum tumbukan sama dengan momentum akhir sistem sesudah tumbukan.

2. Pertemuan 2

Jenis-jenis tumbukan

 Tumbukan lenting sempurna.

 Tumbukan tidak lenting sama sekali.

 Tumbukan lenting sebagian.


(67)

 Peluncuran roket.

 Tembakan peluru dari senapan atau meriam.

 Ayunan Balistik

E. Metode Pembelajaran

Model pembelajaran : Active Learning

Metode pembelajaran : Learning Start with A Question yang terdiri dari :

 Tanya jawab

 Diskusi kelompok

 Demonstrasi

 Eksperimen

F. Sumber/Bahan Pembelajaran

1. Buku fisika kelas XI oleh Marthen Kanginan penerbit Erlangga 2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

3. Buku fisika kelas XI yang lain

G. Media Pembelajaran

1. Media: Lembar Kerja Siswa (LKS), paparan dengan power point, video, dan gambar gambar yang relevan

2. Alat dan bahan: komputer, proyektor, spidol, dan papan tulis

H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Pertemuan 1 (2 JP)

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

Waktu

Pendahuluan 1. Guru memberi salam dan menyapa siswa

2. Guru dan siswa berdoa untuk memulai pembelajaran 3. Guru mengecek kehadiran siswa

4. Guru meminta siswa mengisi angket minat siswa 5. Guru meminta siswa untuk melaksanakan pretest

40 menit

Kegiatan Inti

Mengamati

1. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil dan membagikan LKS


(68)

3. Siswa membuat daftar pertanyaan yang belum dimengerti

Pengumpulan Data (Eksperimen/Eksplorasi)

8. Guru mengumpulkan daftar pertanyaan siswa

9. Guru mengelompokkan jenis pertanyaan yang paling banyak dibutuhkan siswa

Menanya

10.Guru mulai menjelaskan materi dari hal hal yang ditanyakan siswa tentang impuls dan momentum

11.Setelah guru selesai menjelaskan, siswa diberi kesempatan saling bertanya dan menjawab. Setiap siswa yang bertanya atau menjawab akan diberikan tambahan nilai

Mengasosiasikan

12.Siswa melakukan praktikum tentang hukum kekekalan momentum, menulis data hasil percobaan dan menjawab pertanyaan pada LKS.

Mengomunikasikan

13.Guru meminta perwakilan kelompok menyampaikan hasil praktikumnya di depan kelas

14.Kelompok lain dipersilahkan untuk memberikan tanggapan atau pertanyaan

Penutup 15.Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran pada pertemuan kali ini

16.Meminta siswa untuk membaca materi selanjutnya tentang tumbukan

17.Menutup pertemuan dengan salam

5 menit

2. Pertemuan 2 (2 JP)

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

Waktu

Pendahuluan 1. Guru memberi salam dan menyapa siswa

2. Guru dan siswa berdoa untuk memulai pembelajaran


(69)

guru menunjuk salah satu siswa untuk menjelaskan konsep impuls dan momentum

Kegiatan Inti

Mengamati

5. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil

6. Siswa belajar bersama teman satu kelompok tentang materi tumbukan

7. Siswa membuat daftar pertanyaan yang belum dimengerti

Pengumpulan Data

8. Guru mengumpulkan daftar pertanyaan siswa

9. Guru mengelompokkan jenis pertanyaan yang paling banyak dibutuhkan siswa

Menanya

10. Guru mulai menjelaskan materi dari hal hal yang ditanyakan siswa tentang materi tumbukan

11. Setelah guru selesai menjelaskan, siswa diberi kesempatan saling bertanya dan menjawab. Setiap siswa yang bertanya atau menjawab akan diberikan tambahan nilai

Mengasosiasikan

12.Siswa melakukan praktikum tentang tumbukan, menulis data hasil percobaan dan menjawab pertanyaan pada LKS

Mengomunikasikan

13.Guru meminta perwakilan kelompok menyampaikan hasil diskusi di depan kelas

14.Kelompok lain yang merasa jawabannya tidak sama dipersilahkan memberikan tanggapan

70 menit

Penutup 18.Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran pada pertemuan kali ini

19.Guru meminta siswa untuk belajar tentang materi selanjutnya yaitu penerapan konsep impuls dan momentum dalam kehidupan sehari-hari

20.Guru menutup pertemuan dengan salam


(70)

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu

Pendahuluan 1. Guru memberi salam dan menyapa siswa

2. Guru dan siswa berdoa untuk memulai pembelajaran 3. Guru mengecek kehadiran siswa

4. Guru mengulas materi pertemuan sebelumnya dengan cara guru menunjuk salah satu siswa untuk menjelaskan konsep tumbukan

10 menit

Kegiatan Inti

Mengamati

5. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil

6. Siswa belajar bersama teman satu kelompok tentang penerapan konsep impuls dan momentum dalam kehidupan sehari hari

7. Siswa membuat daftar pertanyaan yang belum dimengerti

Pengumpulan Data

8. Guru mengumpulkan daftar pertanyaan siswa

9. Guru mengelompokkan jenis pertanyaan yang paling banyak dibutuhkan siswa

Mengasosiasikan

10.Guru mulai menjelaskan materi dari hal hal yang ditanyakan siswa

11.Guru menjelaskan materi dengan disertai video dan gambar-gambar yang berhubungan dengan konsep impuls dan momentum dalam kehidupan sehari-hari

Mengomunikasikan

12. Guru meminta siswa untuk memberikan pendapatnya tentang pendapat tentang video dan gambar yang ditampilkan

Menanya

13. Setelah guru selesai menjelaskan, siswa diberi kesempatan saling bertanya dan menjawab. Setiap siswa yang bertanya atau menjawab akan diberikan tambahan nilai


(71)

15.Guru meminta siswa untuk melakukan posttest

16.Guru meminta siswa untuk mengisi angket minat siswa

17.Meminta siswa untuk membaca materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

18.Menutup pertemuan dengan salam.

I. Penilaian

Penilaian Metode Bentuk Instrumen Keterangan

Kognitif Tes tertulis Soal pilihan ganda (pretest dan posttest) Terlampir

Afektif Observasi Lembar observasi Terlampir

Psikomotor Portofolio Lembar portofolio Terlampir

Minat Angket Angket minat Terlampir

Mengetahui, Guru Fisika

Semarang, November 2014 Peneliti

(Markamah, S.Pd, M.Pd.) NPP.

( Adhi Tya Restu Nugroho ) NIM. 4401410080


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI LEARNING START WITH A QUESTION PADA SISWA KELAS IV Peningkatan Partisipasi Belajar Ipa Dengan Menggunakan Strategi Learning Start With A Question Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 05 Sidoharjo K

0 1 15

PENGARUH METODE LEARNING START WITH A QUESTION TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA POKOK BAHASAN SISTEM KOLOID.

0 3 19

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN LEARNING START WITH A QUESTION PADA Peningkatan Keaktifan Belajar Melalui Strategi Pembelajaran Learning Start With A Question Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas IV

0 0 15

PENINGKATAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI LEARNING START WITH A QUESTION PADA Peningkatan Partisipasi dan Hasil Belajar Pkn Melalui Strategi Learning Start With A Question Pada Siswa Kelas IV A SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta Tah

0 1 16

PENINGKATAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI LEARNING START WITH A QUESTION PADA Peningkatan Partisipasi dan Hasil Belajar Pkn Melalui Strategi Learning Start With A Question Pada Siswa Kelas IV A SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta Tah

0 1 12

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PEMBELAJARAN AKTIF LSQ (LEARNING START WITH A QUESTION) PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PEMBELAJARAN AKTIF LSQ (LEARNING START WITH A QUESTION) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PAKAH I TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 2 16

MODEL LEARNING START WITH A QUESTION UNTUK PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS MODEL LEARNING START WITH A QUESTION UNTUK PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII E SMP NEGERI 2 BAKI.

0 0 15

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI METODE LSQ (LEARNING START WITH A QUESTION) PADA SISWA KELAS IV Peningkatan Hasil Belajar PKn Melalui Metode LSQ (Learning Start With A Question) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Gentan I Bendosari Sukoharjo Tahun Ajara

0 0 16

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE LEARNING START WITH A QUESTION PADA ANAK KELAS IV Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Learning Start with a Question Pada Anak Kelas IV Mata Pelajaran PKN Di SD Negeri 01 Pereng Kecamatan Mojogeda

0 0 15

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE LEARNING START WITH A QUESTION PADA ANAK KELAS IV MATA PELAJARAN PKn DI SD NEGERI 01 PERENG Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Learning Start with a Question Pada Anak Kelas IV Mata Pelajaran PKN

0 0 10