31
2.1.3. Kepemimpinan yang Melayani
Servant Leadership
Istilah
servant leadership
dipakai untuk pertama kalinya oleh seorang eksekutif perusahaan telekomunikasi ATT bernama Robert K. Greenleaf pada tahun 1970, dalam tulisannya yang
berjudul
The Servant as Leader
37
.
Ide ini kemudian muncul di ruang publik menjadi sebuah gerakan baru
pada bidang manajemen
38
.
Ide tulisan
The Servant as Leader
muncul setelah Greenleaf membaca sebuah cerita mitos dalam buku yang berjudul
Journey to the East
karangan Hermann Hesse.
39
Greenleaf melihat cerita novel yang ia baca menyampaikan pesan sentral terkait pendekatannya sendiri terhadap kepemimpinan, bahwa pemimpin-pemimpin besar adalah
mereka yang melayani orang-orang lain. Kemudian dalam mendefinisikan
servant leadership
, Greenleaf menulis:
The servant-leader is servant first. It begins with the natural feeling that one wants to serve. Then conscious choice brings one to aspire to lead. The best test is: do those served
grow as persons; do they, while being served, be come healthier, wiser, freer, more autono- mous, more likely themselves to be come servants? And, what is the effect on the least
privileged in society? Will they benefit, or at least not be further deprived?
40
Berdasarkan kutipan tersebut Greenleaf menjelaskan bahwa kepemimpinan yang melayani adalah orang yang mula-mula menjadi pelayan, dalam pernyataannya di atas ia mengatakan
bahwa “Kepemimpinan yang melayani ini dimulai dengan perasaan alami bahwa orang ingin melayani, meyani lebih dahulu. Kemudian pilihan sadar membawa orang untuk berkeinginan
memimpin. Perbedaan ini memanifestasikan diri dalam keperdulian yang diambil oleh pelayan yang mula-mula memastikan bahwa kebutuhan prioritas tertinggi orang lain adalah dilayan.
37
Dirk van Dierendonk dan Kathleen Patterson Editor, Servant Leadership: Developments in Theory and Research
New York: Palgrave Macmillan, 2010, 12.
38
Fons Trompenaars dan Ed Voerman. Servant-Leadership Across Cultures: Harnessing the strength of the worlds most powerful leadership philosophy New York: Infinite Ideas Limited. 2009, 3.
39
Larry C. Spears and Michele Lawrence Editor, FOCUS ON LEADERSHIP: Servant-Leadership for the Twenty-First Century
New York: John Wiley Sons, Inc, 2002, 19
40
Dirk van Dierendonk dan Kathleen Patterson Editor, Servant Leadership …., 11.
32 Ujian terbaik dalam kepemimpinan ini adalah: apakah mereka yang dilayani tumbuh sebagai
pribadi, atau apakah mereka yang dilayani, menjadi lebih sehat, lebih bijaksana, lebih bebas, lebih mandiri, dan lebih memungkinkan diri mereka menjadi pelayan?.” Jadi kepemimpinan
yang melayani menurutnya dimulai dari kesadaran seorang pemimpin adalah pelayan.
Berkaitan dengan itu, Neuschel
41
menyebut yang melayani adalah seorang pemimpin dengan pengikut yang ia bantu untuk berkembang dalam reputasi, kemampuan atau dalam
sejumlah hal memberi kontribusi untuk membangun mereka menjadi orang yang lebih berguna dan bahagia. Pemimpin yang melayani mengembangan kemampuan para
pengikutnya untuk memberi kontribusi bagi organisasi. Pemimpin yang melayani membuat para bawahannya berkembang dalam kemampuan mereka untuk berproduksi. Dapat dikatakan
bahwa kepemimpinan transformasional dan servant leadership, keduanya berfokus pada proses antara pemimpin dan pengikut. Hubungan antara pemimpin dan pengikutnya
menekankan proses antara keduanya yaitu visi, pengaruh, kredibilitas, kepercayaan dan pelayanan.
Servant leadership
muncul dari prinsip yang dianut oleh pemimpin, nilai-nilai dan kepercayaan. Melayani pihak lain berarti pemimpin memfasilitasi bawahannya untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Pemimpin yang melayani merasa bahwa begitu arahannya jelas, peranannya adalah membantu bawahannya mencapai sasaran.
42
Itulah sebabnya pemimpin yang melayani terus menerus mencoba menemukan hal-hal yang diperlukan orang-orang mereka untuk berhasil. Pemimpin yang melayani memiliki rasa
kemanusian yang tinggi karena dia melayani orang-orang bukan untuk memperoleh lebih banyak dari mereka; melainkan karena ingin meningkatkan harga diri mereka dan
41
Robert P. Neuschel, PEMIMPIN YANG MELAYANI: Mengerahkan Kekuatan Orang-orang Anda Jakarta: Academia, 2008, 107.
42
Jony Oktavian Haryanto, KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI ….,45.
33 kebanggaan orang-orang itu. Hal ini semata-mata bukan hanya melayani untuk
mendapatkan hasil, tetapi perilaku untuk melayani adalah hasilnya. Menurut Greenleaf ada beberapa hal yang ditemukan dalam
Servant Leadership
sebagai berikut:
43
a Sesuatu diawali dari inisiatif individu. Pikiran, sikap dan tindakan dari setiap
orang diawali dari konsep individu yang lahir dari inspirasi. Pemimpin yang melayani membutuhkan lebih dari inspirasi. Pemimpin yang berinisiatif membangun ide
dan struktur dan mampu menanggung resiko kegagalan dalam perjalanan menuju sukses.
b Mimpi adalah konsep visioner menggerakkan dan menjadikan kepemimpinan
mencapai gol sehingga sekalipun resiko tinggi, bawahan dapat menerima dan mengikuti pemimpin.
c Visi, adalah sebuah tindakan untuk melihat objek eksternal, yaitu kemampuan untuk
melihat, penglihatan; Visi lebih sempurna dan akurat pada hewan daripada manusia. Dapat juga dikatakan visi sesuatu yang diimpikan untuk dilihat, kadang-kadang tidak
nyata dan masih bersifat abstrak. Visi memberikan semangat dan mengubah tujuan menjadi tindakan nyata. Oleh karena itu visi merupakan sebuah realita yang belum
nyata dan lebih dari sekedar mimpi. Seorang pemimpin haruslah seseorang yang memiliki visi, pandangan dan mampu untuk mengetahui cara berpikir dari pihak lain.
Banyak penulis teori kepemimpinan menekankan pentingnya visi untuk menginspirasikan pihak lain, untuk memotivasi tindakan, untuk bergerak dengan
harapan untuk masa depan. Penjelasan yang lebih jauh visi merefleksikan pengertian mendalam yang memungkinkan seseorang mendeteksi pola dan trend yang selama
43
Robert K. Greenleaf, Servant leadership ….,45 – 55.
34 ini dipegang sehingga dapat menuntun pemimpin untuk masa kini dan masa yang
akan datang. Untuk itu seorang pemimpin haruslah pertama sekali mengembangkan semangat dan mental positif dalam mencapai harapan yang dikehendaki. Mental
positif ini yang disebut visi atau kadang juga disebut sebagai tujuan dari misi. Kemudian Haryanto dapat menyimpulkan visi, yaitu
44
: 1Visi yang profetik 2 Indera untuk mengetahui hal yang tidak belum diketahui, 3 Melihat apa yang tidak terlihat.
d Mendengar dan Memahami
Seorang pemimpin yang benar-benar pelayan secara alami merespon dengan spontan setiap masalah dengan lebih dahulu mendengar. Pemimpin yang secara
alami membutuhkan displin belajar mendengar sehingga dapat mendengar dengan benar dan mampu membangun kekuatan bagi orang lain. Oleh karena itu jangan
takut diam, sebab dengan diam kita dapat mengembangkan apa yang ada dalam pikiran kita.
e Pengaruh
Pengaruh memiliki peranan yang sangat penting dalam hubungan antara pemimpin yang dipimpin, terutama dalam pemenuhan tujuan mereka. Oleh sebab itu pengaruh
merupakan hal yang vital untuk memperoleh kerjasama dari pihak lain untuk memenuhi tujuan grup dan organisasi.
f Kredibilitas
Hal yang sangat penting lainnya dalam memahami dan menerapkan servant leadership adalah kredibilitas. Kredibilitas adalah sesuatu yang pemimpin impikan.
Seorang pemimpin haruslah mengkomunikasikan kredibilitas kepada mereka yang diinginkannya untuk menjadi bawahan atau pengikutnya. Kredibilitas pemimpin yang
44
Jony Oktavian Haryanto, Kepemimpinan Yang Melayani….,9.
35 melayani didasarkan pada ketergantungan dan kepercayaan antara atasan dan bawahan.
Kredibilitas pemimpin terjadi ketika pemimpin mendemonstrasikan keahlian dan kompetensinya dan menunjukkan pengetahuan berkaitan dengan tehnologi dan
pengembangan baru dalam bidangnya. Pemimpin yang memiliki kredibilitas akan senantiasa belajar dan menciptakan situasi pembelajaran didalam organisasi mereka.
Pemimpin juga menginspirasikan harapan dan keberanian pada pihak lain dengan memberikan keyakinan, dengan memfasilitasi citra yang positif, dan dengan
memberikan bantuan kepada pihak lain. g
Kepercayaan Kepercayaan adalah faktor yang sangat penting mempengaruhi hubungan
antara pemimpin dan pengikutnya. Kepercayaan adalah akar dari kepemimpinan yang melayani dan pengambilan keputusan. Integritas dipandang sebagai integral
dari hubungan kepercayaan. Tanpa integritas, kepercayaan tidak akan pernah dapat diperoleh. Pemimpin yang terbaik adalah yang transparan, melakukan apa yang
mereka katakan dan bertindak dalam nilai-nilai yang benar. Kepercayaan sangat penting dalam mengembangkan hubungan interpersonal, terutama dalam proses
komunikasi interpersonal. Kepercayaan adalah pusat dari hubungan kemitraan yang diwakili melalui ide dari persahabatan dan kepercayaan dengan pihak lain. Ada 4
komponen yang membangun kepercayaan yaitu: a kompetensi b keterbukaan c keprihatinan d reliability.
36
2.1.4. Karakteristik Pemimpin yang Melayani