Perilaku Direktif Perilaku Konsultatif Perilaku Partisipatif Mendengarkan

29 yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Ada 4 empat perilaku dasar kepemimpinan situasional 34 , yaitu:

a. Perilaku Direktif

Perilaku direktif adalah perilaku yang diterapkan apabila pemimpin dihadapkan pada tugas yang rumit dan bawahan belum memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut, atau pemimpin berada di bawah tekanan waktu penyelesaian, maka pemimpin akan menjelaskan apa yang perlu dikerjakan. Perilaku ini ditandai dengan komunikasi satu arah dan pembatasan peran bawahan. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan semata-mata menjadi wewenang pemimpin, serta adanya pengawasan yang ketat oleh pemimpin.

b. Perilaku Konsultatif

Perilaku konsultatif adalah perilaku yang diterapkan ketika bawahan telah termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Dalam hal ini pemimpin hanya perlu memberi penjelasan yang lebih terperinci dan membantu bawahan untuk mengerti dengan meluangkan waktu membangun hubungan yang baik dengan mereka. Pada perilaku ini pemimpin masih memberikan instruksi yang cukup besar serta penetapan keputusan- keputusan dilakukan oleh pemimpin, namun dengan adanya komunikasi dua arah dan memberikan dukungan terhadap bawahan serta mau mendengar keluhan dan perasaan mereka, keputusan yang diambil tetap ada pada pemimpin.

c. Perilaku Partisipatif

Perilaku partisipatif diterapkan apabila bawahan telah mengenal teknik-teknik yang dituntut dan telah mengembangkan hubungan yang dekat dengan pemimpin. Pemimpin meluangkan waktu untuk berbincang-bincang dengan bawahan untuk lebih melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan. Pemimpin mendengarkan saran dan masukan dari bawahan mengenai peningkatan kerja. Keikutsertaan bawahan dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan berdasarkan pemimpin yang berpendapat bahwa bawahan juga memiliki kecakapan dan pengetahuan yang cukup luas untuk menyelesaikan tugas.

d. Perilaku Delegatif

Perilaku delegatif diterapkan apabila bawahan sepenuhnya paham dan efisien dalam kinerja tugas, sehingga pemimpin dapat melepaskan mereka untuk menjalankan tugasnya sendiri. Jadi, gaya kepemimpinan situasional yang dikembangkan oleh Harsey dan Blanchard berangkat dari keyakinan dan nilai tentang orang yaitu: Orang dapat dan ingin dikembangkan; Kepemimpinan adalah kemitraan; Orang berkembang dalam keterlibatan dan komunikasi. Hal 34 Miftah Thoha, Kepemimpinan dalam Manajemen Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012, 71-73. 30 utama dalam gaya kepemimpinan ini adalah bagaimana pemimpin dapat mengembangkan semaksimal mungkin kemampuan pengikut mereka sesuai dengan gaya dan tahapan dari pengikut yang ada. 35

2.1.2.12. Gaya Kepemimpinan Visioner, yaitu pola kepemimpinan yang ditujukan untuk

memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama oleh para anggota organisasi dengan cara memberikan arahan dan makna pada kerja, dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas. Kepemimpinan visioner memerlukan kompetensi tertentu. Pemimpin visioner setidaknya harus memiliki 4 empat kompetensi sebagaimana yang dikemukakan oleh Burt Nanus, seperti yang dikutip oleh Sanusi 36 , yaitu: a Seorang pemimpin visioner harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan manajer dan karyawan lainnya dalam organisasi. b Seorang pemimpin visioner harus memahami lingkungan luar dan memiliki kemampuan bereaksi secara tepat atas segala ancaman dan peluang. c Seorang pemimpin visioner harus memegang peran penting dalam membentuk dan mempengaruhi praktek organisasi, prosedur, produk dan jasa. Seorang pemimpin dalam hal ini harus terlibat dalam organisasi untuk menghasilkan dan mempertahankan kesempurnaan pelayanan, sejalan dengan mempersiapkan dan memandu jalan organisasi ke masa depan. d Seorang pemimpin visioner harus memiliki atau mengembangkan ceruk untuk mengantisipasi masa depan. Ceruk ini merupakan sebuah bentuk imajinatif, yang berdasarkan atas kemampuan data untuk mengakses kebutuhan masa depan konsumen,tekhnologi dan lain sebagainya. Hal ini termasuk kemampuan untuk mengatur sumber daya organisasi guna mempersiapkan diri menghadapi kemunculan kebutuhan dan perubahan. Dari penjelasan dari berbagai literatur berkaitan dengan gaya kepemimpinan maka dapat disimpulkan bahwa setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu memahami situasi sehingga dapat menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan situasi yang ada. Gaya kepemimpinan seorang pemimpin sangat mempengaruhi keberhasilannya dalam memimpin kelompoknya, karena dengan cara tersebut ia akan menjalankan tugas dan fungsinya sebagai seorang pemimpin. 35 Jony Oktavian Haryanto, KEPEMIMPINAN YANG MEL AYANI….,31. 36 Achmad Sanusi, Kepemimpinan Sekarang dan Masa Depa ….,21. 31

2.1.3. Kepemimpinan yang Melayani

Servant Leadership Istilah servant leadership dipakai untuk pertama kalinya oleh seorang eksekutif perusahaan telekomunikasi ATT bernama Robert K. Greenleaf pada tahun 1970, dalam tulisannya yang berjudul The Servant as Leader 37 . Ide ini kemudian muncul di ruang publik menjadi sebuah gerakan baru pada bidang manajemen 38 . Ide tulisan The Servant as Leader muncul setelah Greenleaf membaca sebuah cerita mitos dalam buku yang berjudul Journey to the East karangan Hermann Hesse. 39 Greenleaf melihat cerita novel yang ia baca menyampaikan pesan sentral terkait pendekatannya sendiri terhadap kepemimpinan, bahwa pemimpin-pemimpin besar adalah mereka yang melayani orang-orang lain. Kemudian dalam mendefinisikan servant leadership , Greenleaf menulis: The servant-leader is servant first. It begins with the natural feeling that one wants to serve. Then conscious choice brings one to aspire to lead. The best test is: do those served grow as persons; do they, while being served, be come healthier, wiser, freer, more autono- mous, more likely themselves to be come servants? And, what is the effect on the least privileged in society? Will they benefit, or at least not be further deprived? 40 Berdasarkan kutipan tersebut Greenleaf menjelaskan bahwa kepemimpinan yang melayani adalah orang yang mula-mula menjadi pelayan, dalam pernyataannya di atas ia mengatakan bahwa “Kepemimpinan yang melayani ini dimulai dengan perasaan alami bahwa orang ingin melayani, meyani lebih dahulu. Kemudian pilihan sadar membawa orang untuk berkeinginan memimpin. Perbedaan ini memanifestasikan diri dalam keperdulian yang diambil oleh pelayan yang mula-mula memastikan bahwa kebutuhan prioritas tertinggi orang lain adalah dilayan. 37 Dirk van Dierendonk dan Kathleen Patterson Editor, Servant Leadership: Developments in Theory and Research New York: Palgrave Macmillan, 2010, 12. 38 Fons Trompenaars dan Ed Voerman. Servant-Leadership Across Cultures: Harnessing the strength of the worlds most powerful leadership philosophy New York: Infinite Ideas Limited. 2009, 3. 39 Larry C. Spears and Michele Lawrence Editor, FOCUS ON LEADERSHIP: Servant-Leadership for the Twenty-First Century New York: John Wiley Sons, Inc, 2002, 19 40 Dirk van Dierendonk dan Kathleen Patterson Editor, Servant Leadership …., 11. 32 Ujian terbaik dalam kepemimpinan ini adalah: apakah mereka yang dilayani tumbuh sebagai pribadi, atau apakah mereka yang dilayani, menjadi lebih sehat, lebih bijaksana, lebih bebas, lebih mandiri, dan lebih memungkinkan diri mereka menjadi pelayan?.” Jadi kepemimpinan yang melayani menurutnya dimulai dari kesadaran seorang pemimpin adalah pelayan. Berkaitan dengan itu, Neuschel 41 menyebut yang melayani adalah seorang pemimpin dengan pengikut yang ia bantu untuk berkembang dalam reputasi, kemampuan atau dalam sejumlah hal memberi kontribusi untuk membangun mereka menjadi orang yang lebih berguna dan bahagia. Pemimpin yang melayani mengembangan kemampuan para pengikutnya untuk memberi kontribusi bagi organisasi. Pemimpin yang melayani membuat para bawahannya berkembang dalam kemampuan mereka untuk berproduksi. Dapat dikatakan bahwa kepemimpinan transformasional dan servant leadership, keduanya berfokus pada proses antara pemimpin dan pengikut. Hubungan antara pemimpin dan pengikutnya menekankan proses antara keduanya yaitu visi, pengaruh, kredibilitas, kepercayaan dan pelayanan. Servant leadership muncul dari prinsip yang dianut oleh pemimpin, nilai-nilai dan kepercayaan. Melayani pihak lain berarti pemimpin memfasilitasi bawahannya untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pemimpin yang melayani merasa bahwa begitu arahannya jelas, peranannya adalah membantu bawahannya mencapai sasaran. 42 Itulah sebabnya pemimpin yang melayani terus menerus mencoba menemukan hal-hal yang diperlukan orang-orang mereka untuk berhasil. Pemimpin yang melayani memiliki rasa kemanusian yang tinggi karena dia melayani orang-orang bukan untuk memperoleh lebih banyak dari mereka; melainkan karena ingin meningkatkan harga diri mereka dan 41 Robert P. Neuschel, PEMIMPIN YANG MELAYANI: Mengerahkan Kekuatan Orang-orang Anda Jakarta: Academia, 2008, 107. 42 Jony Oktavian Haryanto, KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI ….,45. 33 kebanggaan orang-orang itu. Hal ini semata-mata bukan hanya melayani untuk mendapatkan hasil, tetapi perilaku untuk melayani adalah hasilnya. Menurut Greenleaf ada beberapa hal yang ditemukan dalam Servant Leadership sebagai berikut: 43 a Sesuatu diawali dari inisiatif individu. Pikiran, sikap dan tindakan dari setiap orang diawali dari konsep individu yang lahir dari inspirasi. Pemimpin yang melayani membutuhkan lebih dari inspirasi. Pemimpin yang berinisiatif membangun ide dan struktur dan mampu menanggung resiko kegagalan dalam perjalanan menuju sukses. b Mimpi adalah konsep visioner menggerakkan dan menjadikan kepemimpinan mencapai gol sehingga sekalipun resiko tinggi, bawahan dapat menerima dan mengikuti pemimpin. c Visi, adalah sebuah tindakan untuk melihat objek eksternal, yaitu kemampuan untuk melihat, penglihatan; Visi lebih sempurna dan akurat pada hewan daripada manusia. Dapat juga dikatakan visi sesuatu yang diimpikan untuk dilihat, kadang-kadang tidak nyata dan masih bersifat abstrak. Visi memberikan semangat dan mengubah tujuan menjadi tindakan nyata. Oleh karena itu visi merupakan sebuah realita yang belum nyata dan lebih dari sekedar mimpi. Seorang pemimpin haruslah seseorang yang memiliki visi, pandangan dan mampu untuk mengetahui cara berpikir dari pihak lain. Banyak penulis teori kepemimpinan menekankan pentingnya visi untuk menginspirasikan pihak lain, untuk memotivasi tindakan, untuk bergerak dengan harapan untuk masa depan. Penjelasan yang lebih jauh visi merefleksikan pengertian mendalam yang memungkinkan seseorang mendeteksi pola dan trend yang selama 43 Robert K. Greenleaf, Servant leadership ….,45 – 55. 34 ini dipegang sehingga dapat menuntun pemimpin untuk masa kini dan masa yang akan datang. Untuk itu seorang pemimpin haruslah pertama sekali mengembangkan semangat dan mental positif dalam mencapai harapan yang dikehendaki. Mental positif ini yang disebut visi atau kadang juga disebut sebagai tujuan dari misi. Kemudian Haryanto dapat menyimpulkan visi, yaitu 44 : 1Visi yang profetik 2 Indera untuk mengetahui hal yang tidak belum diketahui, 3 Melihat apa yang tidak terlihat. d Mendengar dan Memahami Seorang pemimpin yang benar-benar pelayan secara alami merespon dengan spontan setiap masalah dengan lebih dahulu mendengar. Pemimpin yang secara alami membutuhkan displin belajar mendengar sehingga dapat mendengar dengan benar dan mampu membangun kekuatan bagi orang lain. Oleh karena itu jangan takut diam, sebab dengan diam kita dapat mengembangkan apa yang ada dalam pikiran kita. e Pengaruh Pengaruh memiliki peranan yang sangat penting dalam hubungan antara pemimpin yang dipimpin, terutama dalam pemenuhan tujuan mereka. Oleh sebab itu pengaruh merupakan hal yang vital untuk memperoleh kerjasama dari pihak lain untuk memenuhi tujuan grup dan organisasi. f Kredibilitas Hal yang sangat penting lainnya dalam memahami dan menerapkan servant leadership adalah kredibilitas. Kredibilitas adalah sesuatu yang pemimpin impikan. Seorang pemimpin haruslah mengkomunikasikan kredibilitas kepada mereka yang diinginkannya untuk menjadi bawahan atau pengikutnya. Kredibilitas pemimpin yang 44 Jony Oktavian Haryanto, Kepemimpinan Yang Melayani….,9. 35 melayani didasarkan pada ketergantungan dan kepercayaan antara atasan dan bawahan. Kredibilitas pemimpin terjadi ketika pemimpin mendemonstrasikan keahlian dan kompetensinya dan menunjukkan pengetahuan berkaitan dengan tehnologi dan pengembangan baru dalam bidangnya. Pemimpin yang memiliki kredibilitas akan senantiasa belajar dan menciptakan situasi pembelajaran didalam organisasi mereka. Pemimpin juga menginspirasikan harapan dan keberanian pada pihak lain dengan memberikan keyakinan, dengan memfasilitasi citra yang positif, dan dengan memberikan bantuan kepada pihak lain. g Kepercayaan Kepercayaan adalah faktor yang sangat penting mempengaruhi hubungan antara pemimpin dan pengikutnya. Kepercayaan adalah akar dari kepemimpinan yang melayani dan pengambilan keputusan. Integritas dipandang sebagai integral dari hubungan kepercayaan. Tanpa integritas, kepercayaan tidak akan pernah dapat diperoleh. Pemimpin yang terbaik adalah yang transparan, melakukan apa yang mereka katakan dan bertindak dalam nilai-nilai yang benar. Kepercayaan sangat penting dalam mengembangkan hubungan interpersonal, terutama dalam proses komunikasi interpersonal. Kepercayaan adalah pusat dari hubungan kemitraan yang diwakili melalui ide dari persahabatan dan kepercayaan dengan pihak lain. Ada 4 komponen yang membangun kepercayaan yaitu: a kompetensi b keterbukaan c keprihatinan d reliability. 36

2.1.4. Karakteristik Pemimpin yang Melayani

Characteristics of the Servant-Leader Karakter merupakan fondasi kemampuan kepemimpinan 45 . Pemahaman mendasar berkaitan dengan karakter biasanya berhubungan dengan sifat-sifat yang ditunjukan oleh seorang pemimpin. Dalam kelompok apa pun, seorang pemimpin akan muncul karena ia memiliki kekuatan karakter dan kepribadian yang diinginkan dan bukan semata karena kapasitas intelektual atau IQ dalam jumlah tertentu 46 . Karakter yang dimiliki seorang pemimpin lebih penting daripada kecerdasan dalam diri seorang pemimpin. Kecerdasan bukanlah faktor terkuat yang mempengaruhi dan memotivasi orang yang menikutinya. Daya tarik kualitatif dari sifat, seperti integritas, kematangan, konsistensi, antusiasme, dan keuletan membuat orang berbaris di belakang pemimpin 47 . Selanjutnya dijelaskan bahwa citra pemimpin bukan pada tampilan luar dirinya, melainkan lebih merupakan seluruh sistem nilai yang ditunjukan terus menerus. Ketika manifestasi ini jelas dan konsisten serta merefleksikan suatu karakter integritas pribadi, citra inilah yang akan menjadi instrument yang efektif dalam mempengaruhi pengikutnya 48 . Jadi kepempinan tidak hanya bergantung pada kecerdasan intelektual, tetapi yang harus diakui adalah kekuatan dari karakter yang dimiliki oleh pemimpin menjadi faktor yang penting dan mendasar dalam kepemimpinan. 45 Robert P. Neuschel, PEMIMPIN YANG MELAYANI..., 40. 46 Ibid.,39 47 Ibid., 37 48 Ibid. 37 Dalam tulisannya yang berjudul Servant Leadership and Robert K. Greenleaf Legacy 49 , Spears menyebutkan sepuluh karakteristik seorang servant-leader yang dapat diindentifikasikan olehnya dari karya Robert Greenleaf. Sepuluh karakteristik yang dikemukakan, antara lain:

a. Mendengarkan

Listening Para pemimpin secara tradisional dinilai berkaitan dengan keterampilan mereka dalam hal berkomunikasi dan pengambilan keputusan. Memang dua hal ini merupakan keterampilan-keterampilan yang penting untuk dimiliki oleh seorang servant-leader, namun harus diperkuat dengan komitmen mendalam untuk secara intens mendengarkan orang-orang yang berbicara kepadanya. Seorang servant-leader senantiasa berupaya untuk mengetahui kehendak kelompoknya, dan dia mencoba untuk mengklarifikasi kehendak itu. Dia berupaya untuk mendengarkan apa saja yang dikatakan dan tidak dikatakan oleh orang-orang lain kepadanya. Seorang pendengar yang baik juga selalu mendengarkan suara di dalam batinnya, dan berupaya untuk memahami komunikasi yang disampaikan orang-orang lain lewat bahasa tubuh mereka, seperti ekspresi wajah dlsb. Upaya mendengarkan harus disertai refleksi secara teratur demi tercapainya pertumbuhan sang servant-leader itu sendiri 50 .

b. Empati

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepemimpinan Pendeta Beretnis Tionghoa: studi kasus pada gereja-gereja aliran Pentakosta di Kota Salatiga

0 2 25

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepemimpinan Pendeta Beretnis Tionghoa: studi kasus pada gereja-gereja aliran Pentakosta di Kota Salatiga T2 752013029 BAB I

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepemimpinan Pendeta Beretnis Tionghoa: studi kasus pada gereja-gereja aliran Pentakosta di Kota Salatiga T2 752013029 BAB IV

0 0 27

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepemimpinan Pendeta Beretnis Tionghoa: studi kasus pada gereja-gereja aliran Pentakosta di Kota Salatiga T2 752013029 BAB V

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepemimpinan Pendeta Beretnis Tionghoa: studi kasus pada gereja-gereja aliran Pentakosta di Kota Salatiga

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Indonesia dalam Pemahaman Pendeta Gereja Protestan Maluku (GPM) T2 752011022 BAB I

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Indonesia dalam Pemahaman Pendeta Gereja Protestan Maluku (GPM) T2 752011022 BAB II

1 6 38

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Indonesia dalam Pemahaman Pendeta Gereja Protestan Maluku (GPM) T2 752011022 BAB IV

0 0 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pendeta Perempuan dalam Kepemimpinan di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) T2 752010013 BAB II

0 2 49

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Politik Pemimpin Gereja Katolik: Studi pada Gereja Katolik St. Paulus Miki Salatiga T2 752014029 BAB II

0 1 34