Analisis Laba Rugi Analisis Ekonomi Berdasarkan Data-Data

kelompok. Ini sesuai dengan pernyataan Agus 1990 yang menyataka bahwa, penerimaan pendapatan berasal dari penjualan barang, begitu juga pendapat dari Kadarsan 1995 yang menyatakan bahwa penerimaan perusahaan bersumber dari pemasaran atau penjualan hasil usaha seperti panen tanaman serta hasil olahannya serta panen dari peternakan serta hasil olahannya.

3. Analisis Ekonomi Berdasarkan Data-Data

3.1. Analisis Laba Rugi

Analisis ekonomi atau laba rugi dilakukan untuk mengetahui apakah usaha tersebut rugi atau menguntungkan dengan cara menghitung selisih antara total hasil produksi dengan total biaya produksi. Keuntungan = total hasil produksi - total biaya produksi. Keuntungan = Rp 37.186.800 - Rp 29.804.813,83 = Rp 7.381.986,2 Tabel 16. Analisis laba-rugi tiap level perlakuan kelompok Rpekor Perl Kelompok Total Rataan I II III IV V P0 270.473,77 370.866,15 467.298,40 478.214,98 566.155,69 2.153.008.99 430.601,80 P1 256.552,68 361.673,28 478.914,56 480.558,14 531.594,73 2.109.293,39 421.858,68 P2 231.676,40 375.596,69 427.347,62 485.979,73 10.618,58 1.531.219,02 306.243,80 P3 253.824,67 174.811,47 343.894,32 312.995,99 502.938,32 1.588.464,77 317.692,95 Total 1.012.527,53 1.282.947,59 1.717.454,90 1.757.748,85 1.611.307,31 7.381.986,17 Rataan 369.099,31 Analisis laba rugi dari pemberian kulit buah kakao fermentasi memberikan pengaruh yang berbeda-beda pada setiap total level perlakuannya. Perlakuan P0 0 memberikan keuntungan rata-rata Rp 430.601,80ekor, pada perlakuan P1 10 memberikan keuntungan rata-rata sebesar Rp 421.858,68ekor, pada perlakuan P2 20 memberikan keuntungan rata-rata Rp 306.243,80ekor, pada perlakuan P3 30 memberikan keuntungan rata-rata Rp 317.692,95ekor. Universitas Sumatera Utara Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat keuntungan tertinggi terdapat pada perlakuan P0 yaitu tanpa pengunaan kulit buah kakao fermentasi dalam pakan, hal ini dikarenakan pertambahan bobot badan babi lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain. Hal ini juga disebabkan terdapat perbedaan harga dan kualitas ransum ditiap level perlakuan. Sehingga total hasil produksi yaitu total penjualan ternak ditambah penjualan feses ternak memiliki nilai yang lebih tinggi dari pada total biaya produksi yaitu biaya pakan, biaya bibit babi, biaya obat- obatan, biaya peralatan dan sewa kandang dan biaya tenaga kerja. Hal ini sesuai dengan Kasmir 2008 yaitu keuntungan adalah yang menyatakan dari jumlah pendapatan dan jumlah biaya ini terdapat selisih yang disebut laba rugi. Jika pendapatan lebih besar dari jumlah biaya, maka perusahaan dikatakan beruntung, dan sebaliknya jika jumlah pendapatan lebih kecil dari jumlah biaya produksi maka perusahaan dikatakan rugi. Untuk memperoleh angka yang pasti mengenai keuntungan atau kerugian yang harus dilakukan adalah pencatatan biaya. Tujuan pencatatan biaya juga agar peternak atau pengusaha dapat mengetahui yang perlu di evaluasi terhadap setiap bidang usaha yang dilakukan.

3.2. Income over feed cost IOFC