Sifat Fisiko Kimia Minyak Kelapa Sawit Rebusan PLC Programable Logic Control Presure and Temperatur Recorder

Tabel 2.2 Komposisi Minyak Kelapa Sawit Subtansi Kandungan Asam Lemak Bebas FFA 3 – 5 Gums phospholipid dan phosphotida 300 ppm Kotoran 0,01 Cangkang Trace Kadar air 0,15 Trece metal 0,50 Produk – produk oksidasi Trace Total karotenoid 500 – 1.000 mgke

2.3 Sifat Fisiko Kimia Minyak Kelapa Sawit

Sifat fisiko-kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau dan flavor, kelarutan, titik cair dan polimorphism, titik didih boiling point, titik perlunakan, slipping point, shot melting point; bobot jenis, indeks bias, titik keruhan turbidity poin, titik asap, titik nyala dan titik api. Beberapa sifat fisiko-kimia darikelapa sawit nilainya dapat dilihat pada tabel 2.3 Tabel 2.3 Nilai Sifat Fisiko - Kimia Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Sifat Minyak sawit Minyak inti sawit Bobot jenis pada suhu kamar 0.900 0,900 – 0,913 Indeks bias D 40 o C 1,4565 – 1,4585 1,495 – 1,415 Bilangan Iod 48 – 56 14 – 20 Bilangan penyabunan 196 – 205 244 – 254 Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses pemucatan, karena asam – asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Universitas Sumatera Utara Warna Orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karotene yang larut dalam minyak. Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat adanya asam – asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sadangkan bau khas minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan betaionone. Titik cair minyak kelapa sawit berada dalam nilai kisaran suhu, karena minyak kelapa sawitmengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang berbeda-beda.Ketaren,2008

2.4 Perebusan Sterilisasi

Lori-lori yang telah berisi TBS dikirim ke stasiun rebusan dengan cara ditarik menggunakan capstand yang digerakkan oleh motor listrik hingga memasuki sterilizer. Sterilizer yang banyak digunakan pada umumnya yaitu bejana tekan horizontal yang bisa menampung 10 lori per unit 25-27 ton TBS. dalam proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap pada temperature sekitar 135 C dan tekanan 2,0-2,8 kgcm 2 selama 80-90 menit. Proses perebusan dilakukan secara bertahap dalam tiga puncak tekanan agar diperoleh hasil yang optimal. Dalam pengalaman, diketahui bahwa untuk merebus dengan tekanan uap 3 bar 3,06 kgcm 2 selama 25 menit akan memberikan hasil yang sama seperti merebus dengan tekanan uap 1,5 bar selama 55 menit. Dari pengalaman ini, bisa dilihat bahwa semakin tinggi tekanan perebusan maka akan semakin cepat pula waktu perebusan. Tekanan yang tinggi dengan sendirinya memberikan temperature yang tinggi. Temperature yang terlalu tinggi dapat merusak kualitas Universitas Sumatera Utara minyak dan inti sawit. Pada minyak sawit juga harus diperhatikan tongkat pemucatannya. Oleh karenan itu, inti sawit yang diperoleh harus berwarna putih. Perebusan yang dilakukan dengan tekanan uap 2,8 kgcm 2 dan waktu antara 80-90 menit merupakan yang paling optimal karena menghasilkan minyak dan inti sawit yang memuaskan. Selain itu, pada proses perebusan juga perlu dilakukan pengurasan udara agar udara bisa keluar dan digantikan oleh uap air sebagai media perebusan. Pengurasan udara dilakukan pada saat awal proses perebusan, dimana uap dimasukkan melalui kran pemasukan inlet valve, sedangkan kran pengeluaran dibiarkan terbuka. Pengurasan lainnya dilakukan pada saat tekanan mencapai puncak pertama pada tekanan 2,3 bar dan pada puncak kedua dengan tekanan sekitar 2,5 bar. Setelah pengurasan pada puncak kedua selesai,uap dimasukkan hingga mencapai tekanan sekitar 2,8 bar dan dipertahankan terus selama beberapa lama sesuai kebutuhan. Tata cara yang harus dilakukan untuk memperoleh perebusan normal sebagai berikut: 1. 13 menit pemasukan uap pertama dari 0-23 kgcm 2 , termasuk menguras udara 2 menit 2. 2 menit pembuangan uap pertama sampai tekanan menjadi 0. 3. 12 menit pemasukan uap kedua kali sampai tekanan 2,5 kgcm 2. 4. 2 menit pembuangan uap kedua kali sampai tekanan menjadi 0. 5. 13 menit pemasukan uap ketiga kali sampai tekanan 2,8 kgcm 2 . 6. 43 menit tekanan uap ditahan pada 2,8 kgcm 2 . 7. 5 menit pembuangan akhir uap sampai tekanan menjadi 0. Universitas Sumatera Utara

2.4.1 Tujuan Perebusan

Setiap PKS tentunya menginginkan hasil minyak dengan kualitas yang baik, tingkat keasaman yang rendah, dan minyak yang mudah di pucatkan bleaching. Proses perebusan sangat menetukan kualitas hasil pengolahan pabrik kelapa sawit. Iyung Pahan,2007 Tujuan dari perebusan yaitu sebagai berikut: a. Menghentikan proses peningkatan Asam Lemak Bebas ALB karena pemanasan saat perebusan dapat mematikan aktivitas anzym – enzyme yang dapat menigkatkan kadar ALB. Menurut penelitian, enzim sudah tidak beraktivitas pada temperature 50 o C. b. Memudahkan brondolan terlepas dari tandan pada waktu peroses penebahan. c. Mengurangi kadar air brondolan, memudahkan proses pada digersterkempa dan proses pengutipan minyak di sitasiun klarifikasi adanya perubahan komposisi kimia mesocorp daging buah d. Mencegah timbulnya biji berekor di Digester yang dapat meningkatkan losis minyak e. Mengurangi kadar air pada biji sehingga memudahkan inti lekang dari cangkang serta minigkatkan efisiensi pada saat proses pemecahan biji di creacker atau ripple mill. a Tekanan Uap dan Lama Perbusan Tekanan uap dan lama perebusan sangat menentukan hasil perebusan dan efisiensi pabrik. Tekanan uap dan lama perebusan berbanding terbalik. Semakin kecil tekanan uap semakin lama perbusan. Sebaliknya, semakin tinggi tekanan uap Universitas Sumatera Utara makan semakin pendek waktu perbusan.Perebusan menggunakan steam bertekanan 2,8 sd 3,0 kgcm 2 dan temperatur 135 sd 140 o C serta siklus merebus 90 sd 100 menit. Untuk menjaga tekanan uap tetap tinggi 2,8 kgcm 2 , maka diperlukan koordinasi antara operator rebusan, operator boiler dan operator kamar mesin. Terutaman terhadap operator rebusan, bila tekanan uap turun, maka secepatnya harus segera menginformasikan ke operator boileruntuk dicari penyebab dan solisinya. Sebenarnya sebelum sampai di rebusan, operator kamar mesin sudah harus tahu terlebih dahulu bila tekanan uap turun dan harus menginformasikan kepada operator boiler. Tanpa kerjasama yang baik antar operator tersebut diatas, maka mustahil tekanan uap dapat dipertahankan pada 2,8 – 3,0 kg.cm 2 . Selain tekanan uap, lama perebusan buah sangat tergantung pada faktor kematangan buah dan kondisi buah segarrestanbuah kecilbuah besar. Waktu rebus yang optimal pada umumnya ditentukan oleh lamanya menahan steam pada puncak – III holding time. Terhadap buah segar dengan klon dan kriteria kematangan yang berlaku saat pada tekanan uap 2,8 – 3,0 kgcm 2 , holding time dilakuan selama 45 – 55 menit. Lamanya holding time yang paling tepat disetiap kebun harus disesuaikan dengan indikator kandungan minyak dalam air kondensat ≤ 0,50 terhadap contoh dan kattekopen ≤ 0,50. Losis atau kehilangan minyak akibat proses perebusan dapat di jumpai pada : Universitas Sumatera Utara  Kandungan minyak dalam air kondensat berasal dari minyak yang meleleh disebabkan brondolan terlukamemar karena terbanting dan perebusan yang terlalu lama normal 0,50 terhadao contoh  Kandungan minyak dalam tandan kosong karena waktu perebusan yang terlalu lama norma 0,39 terhadap TBS  Brondolan tidak lepas dalam tandan kosong akibat perbusan yang terlalu singkat atau temeratur yang rendah atau air kondensat tidak terbuang habis norma 0,16 terhadap TBS Tekanan uap yang rendah 2,8 kgcm 2 dan waktu rebus yang tidak cukup akan mengakibatkan :  Buah kurang masak, sebahagian brondolan tidak lepas dari tanda katteopenunstriped bunch yang mengakibatkan losis dalam tandan kosong bertambah.  Pelumatan dalam Digester tidak sempurna, sebahagian daging tidak lepas biji sehingga mengakibatkan proses pengempaan tidak sempurna dan kerugian minyak pada ampas dan biji bertambah,  Ampas fibre basah mengkibatkan pemakain bahan bakar lebih boros peroses pembakaran di ketel uap Boiler. Sebaliknya bila perebusan dilakukan terlalu lama maka buah menjadi terlalu masak sehingga kantong minyak di mesocorp dengan sendirinya terlepas ke air kondensat losis minyak dalam air rebusan kondenst dan janjangan kosong menjadi naik dan merusak mutu minyakinti. Universitas Sumatera Utara b Temperatur, Pembuangan Udara dan Air Kondensat Temperatur di dalam rebusan sangat dipengaruhi oleh tekanan uap, udara dan air kondensat. Semakin rendah tekanan dan semakin banyak udaraair kondensat di dalam rebusan, maka semakin rendah temperature yang dicapai. Keterangan : Udara Udara merupakan penghantar panas yang rendah dan bila terjebak dalam suatu ruang kosong dalam ketel rebusan, maka udar bisa menjadi isolator panas. Bila udara dalam ketel rebusan tidak dikeluarin secara sempurna akan terjadi pencampuran udara dan uap tirbulensi yang mengakibatkan temperatur turun dan pemindahan panas dari uap ke dalam buah tidak sempurna proses perebusan tidak sempurna. Akibatnya adalah banyak brondolan masih terikut tandan kosong brondolan tidak mudah lepas pada saat dibanting di Thresher. Cara mengeluarkan udara pada saat merebus adalah sebagai berikut :  Udara yang ada di dalam ruang kosong ketel rebusan. Udara ini berpengaruh terhadap penurunan temperatur karana menimbulakan turbulensi di dalam rebusan. Pembuangan udara ini dilakukan sebelum puncak pertama dengan cara menutup kran steam outlet dan tetap membuka kran air kondensat pada saat steam dimasukkan ke rebusan. Kran air kondensat baru ditutup bila steam telah nampak keluar dari silencer. Karena berat jenis udara lebih besar dibandingkan dengan steam dan kran air kondensat terletak di bagian bawah ketel rebusan, maka pada waktu steam masuk dari bagian atas ketel rebusan mendorong udara keluar melalui kran air kondensat. Steam yang Universitas Sumatera Utara telah Nampak keluar dari silencer menunjukkan bahwa seluruh udara di dalam ketel rebusan telah terdorong keluar oleh steam. - Udara yang ada di antara brondolan dalam tandan Udara ini dapat mengisolasi steam dan panas masuk ke bagian dalam tandan sehingga brondolan bagian dalam tidak masak dan sulit terlepas. Pembuangan udara ini terjadi pada perebusan puncak-I dan ke-II dengan cara melakukan kejutan pembuangan steam secepat mingkin. Kejutan atau pembuangan steam yang dianggap baik dari 2,0 – 20,5 cm 2 kg ke 0 cm 2 kg adalah 2 menit. Pembuangan steam yang lebih lama dari 2 menit berarti kurang memberikan kejutan dan udar di antara brondolan dalam belum keluar. Diharapkan dengan adanya puncak-I dan ke-II, udara didalam tandan sudah tidak ada dan proses perebusan yang sebenarnya pada puncak –III, dapat dilakukan dengan sempurna karena steampanas dapat menembus ke bagian dalam dari tandan. Pada pipa inletsteam di bagian atas dalam ketel rebusan dipasng plat pembagi steam steam distributor plate agar steam yang masuk kedalam ketel rebusan cepat merata keseluruh ruang ketel rebusan. Pembuangan udara bersamaan dengan pembuangan steam dapat dilakukan sebganyak 3x, yaitu pada saat pembuangan steam puncak I, II, III. Berhubungan pipa pembuangan udara blow updan air kondensat terpisah di atas dan dibawah, maka karan outlet air kondensat harus dibuka lebih dahulu dan 1 menit kemudian menyusul pipa steam outlet. Hal ini dimaksudkan agar udara dan air kondensat Universitas Sumatera Utara yang berada di bagian bawah terdorong keluar terlebih dahulu, baru kemudian dipercepat penurunan tekanannya dengan pembuangan steam. Dengan demikian diharapkan udara benar – benar bersih dan penurunan tekanan dapat dengan cepat 2menit. Air Kondensat  Air kondensat berasal dari penguapan tandan buah yang direbus dan hasil proses kondensasi steam di dalam ketel rebusan. Disamping tekanan, air kondensat dan udara di dalam ketel rebusan mengakibatkan temperatur perebusan menjadi turun. Temperatur noramal di dalam ketel rebusan yang bertekanan 2,8 – 3,0 kgcm 2 adalah 130 – 135 o C.  Buah yang terendam air kondensat, dipastikan tidak masak. Kalupun buah tidak terendam, tetapi air kondensat masih ada yang tertinggal dalam rebusan dapat menyebabkan perebusan kurang masak karena temperatur tidak tercapai.  Pembuangan air kondensat dilakukan 6x yaitu pada saat pembuangan steam puncak I, II, II, dan 3x pada saat holding time. Diharapkan dengan banyaknya frequensi pembuangan tersebut maka air kondensat sudah habis pada saat akhir perebusan. Sebagai indikator air kondensat telah habis dalam ketel rebusan adalah pada saat pintu rebusan dibuka tidak ada lagi air kondensat yang keluar.  Bila proses pembuangan kondesat sudah dilakukan seperti tersebut diatas dan air kondensat ternyata masih tersisa, maka perlu dilihat insatalasi yang kemungkinan dapat menjadi bottle neck, yaitu jumlah dan diameter pipa pembangunan air kondensat, kebersihan dan jumlah luas penampungan lobang Universitas Sumatera Utara stainer serta ketinggian pipa pembuangan air kondensat dibandingkan blowdown silencer.

2.4.2 Mesin Dan Peralatan

1. Rebusan 2. PLC Programable Logic Control 3. Presure and Temperatur Recorder 4. Silencer 5. Alat Ukur

a. Rebusan

Bejana uap berbentuk slinder yang berfungsi sebagai tempat perebusan TBS dengan memasukkan uap kedalm bejan tersebut pada tekanan, temperatur dan waktu tertentu.

b. PLC Programable Logic Control

Suatu alat yang digunakan mengatur sistim penekanan secara otomatir melalui variable waktu dan tekanan.

c. Presure and Temperatur Recorder

Suatu alat yang berfungsi merekam tekanan, temperatur dan waktu dalam proses perebusan yang terbaca pada kertas grafik. Universitas Sumatera Utara

d. Silencer

Dokumen yang terkait

Pengaruh Tekanan dan Waktu Perebusan terhadap Kehilangan Minyak (Losses) pada Air Kondensat di Stasiun Sterilizer dengan Sistem Tiga Puncak (Triple Peak) di Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV (Persero) Pulu Raja

58 311 56

Pengaruh Tekanan Uap Dan Waktu Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondesat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak ( Tripple Peak ) Di PT.Socfin Indonesia Kebun Aek Loba

4 104 45

Pengaruh Waktu Dan Temperatur Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak (Triple Peak)

11 103 65

Pengaruh Tekanan Uap dan Waktu Perebusan Terhadap Kehilangan Minyak dan Kadar NOS ( Non- Oil Solid ) pada Air Kondensat di Stasiun Perebusan dengan Pola Perebusan Sistem Tiga Puncak ( Tripple Peak ) di PTPN III PKS Rambutan Tebing Tinggi

3 59 61

Pengaruh Tekanan Dan Waktu Perebusan Terhadap Kadar Air Dan Kadar Minyak Pada Air Kondensat Di Stasiun Perebusan Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak (Triple Peak) Di PTPN III PKS Sei Mangkei – Perdagangan

17 154 61

Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi

1 100 58

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit - Pengaruh Tekanan dan Waktu Perebusan terhadap Kehilangan Minyak (Losses) pada Air Kondensat di Stasiun Sterilizer dengan Sistem Tiga Puncak (Triple Peak) di Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV (Persero) Pulu Raja

0 1 24

PENGARUH TEKANAN DAN WAKTU PEREBUSAN TERHADAP KEHILANGAN MINYAK (LOSSES) PADA AIR KONDENSAT DI STASIUN STERILIZER DENGAN SISTEM TIGA PUNCAK (TRIPLE PEAK) DI PABRIK KELAPA SAWIT PTPN IV (Persero) PULU RAJA TUGAS AKHIR - Pengaruh Tekanan dan Waktu Perebusan

0 1 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Tekanan dan Waktu Perebusan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat di Stasiun Perebusan Dengan Menggunakan Sistem Tiga Puncak ( Triple Peak ) di PTPN IV Pabatu-Tebing Tinggi

0 0 28

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Kelapa Sawit - Pengaruh Tekanan Uap dan Waktu Perebusan Terhadap Kehilangan Minyak pada Air Kondensat dengan Sistem Perebusan Tiga Puncak (Triple Peak) di PTPN IV Dolok Sinumbah

0 0 22