Faktor-faktor Penyebab Konflik secara Umum
karyawan lain lebih menyukai bekerja dengan suasana yang tenang sehingga kebisingan merupakan sesuatu yang menggangggu konsentrasi
dalam belajar. Perbedaan perasaan dan kebiasaan tersebut menimbulkan rasa benci dan amarah sebagai awal timbulnya konflik.
b. Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan Kepribadian seseorang dibentuk dalam lingkungan keluarga dan
masyarakat. Tidak semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma- norma sosial yang sama. Apa yang dianggap baik oleh suatu masyarakat
belum tetntu sama dengan apa yang baik oleh masyarakat lain. Misalnya seseorang yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat
yang menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional bertemu dengan seseorang yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang
menjunjung tinggi nilai-nilai modern, maka akan terdapat perbedaan nilai- nilai yang dianut oleh kedua belah pihak sehingga dapat menimbulkan
konflik. c. Perbedaan Kepentingan
Setiap individu atau pun kelompok seringkali memiliki kepentingan yang berbeda dengan individu atau kelompok lainnya. Semua itu tergantung
dari kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Perbedaan kepentingan ini menyangkut kepentingan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Misalnya
seseorang pengusaha menghendaki adanya penghematan dalam biaya suatu produksi, sehingga dengan terpaksa harus melakukan rasionalisasi
terhadap karyawannya, dan hal ini membuat para karyawan merasa hak- haknya diabaikan sehingga perbedaan kepentingan tersebut menimbulkan
suatu konflik. d. Perubahan Sosial
Perubahan sosial dalam sebuah masyarakat yang terjadi terlalu cepat dapat menggangu keseimbangan suatu sistem nilai dan norma yang berlaku
dalam masyarakat tersebut. Konflik dapat terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara harapan individu atau masyarakat dengan
kenyataan sosial yang timbul akibat perubahan tersebut. Misalnya
masyarakat Indonesia sedang mengalami proses perubahan dari masyarakat pedesaan yang agraris menuju masyarakat industri.
Industrialisasi yang terjadi di lingkungan masyarakat desa seringkali menuai masalah sosial. Tergusurnya lahan pertanian menyebabkan
sebagian generasi mudanya memilih bekerja sebagai buruh pabrik. Nilai- nilai tradisional seperti nilai kegotong-royongan, berubah menjadi nilai
kontrak kerja, dan nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualistis. Hal-hal tersebut sering kali menimbulkan konflik di tengah masyarakat.
Secara umum, suatu konflik dapat terjadi terjadi apabila seseorang atau kelompok terhalang upayanya dalam mencapai tujuan. Hal ini karena
adanya perbedaan paham terhadap tujuan itu sendiri, terhadap nilai-nilai sosial dan norma-norma sosial, maupun terhadap tindakan-tinadakan
dalam masyarakat. Terlebih lagi apabila sanksi bagi pelanggar atas nilai dan norma tidak dijalankan dengan adil maka konflik dapat berubah
menjadi kekerasan.