30 pengadilan dan produk peraturan legislatif yang didikte oleh hukum
perdagangan internasional dan dikenal secara populer dengan hukum transaksi bisnis internasional disusun atas keprihatinan yang dilihat di dalam Foss v
Harbottle. Aturan-aturan yang memberikan perlindungan kepada pemegang
saham minoritas, yang juga telah menjadi keprihatinan Tri Budiono dan Rudhi Prasetya
perlu dimunculkan di dalam sistem hukum Indonesia sebagaimana telah Penulis kemukakan di atas akan digambarkan di bawah ini.
2.2.4. Isu Hak Saham Minoritas dalam Yurisprudensi Tetap dan Legislasi
Jeferson Kameo dalam temuan penelitian yang tidak dia publikasikan
menyatakan bagaimana hukum mendikte the Law dictates para hakim Inggris bertransposisi terhadap hukum di Skotlandia untuk mematuhi kaedah
hukum perdagangan internasional dalam memberikan perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dalam tiga situasi.
Pertama, tatkala ada suatu penipuan terhadap minoritas where there is a fraud on the minority. Kedua, jika perbuatan yang dilakukan itu dapat
digolongkan sebagai suatu tindakan sewenang-wenang atau melampau kekuasaan dan ilegal if the act done is ultra vires or illegal. Ketiga,
manakala hak perseorangan seorang anggota, termasuk jika si anggota itu adalah pemegang hak atas jumlah saham yang minoritas where the personal
rights of a member have been infringed. Berikut di bawah ini, merujuk
penelitian individuil yang tidak dipublikasikan oleh Jeferson Kameo, Penulis
31 memerinci gambaran tentang bagaimana perlindungan terhadap pemegang
saham minoritas hasil dikte hukum kepada hakim-hakim di Inggris tersebut.
Manakala ada suatu penipuan terhadap minoritas where there is a fraud on the minority atau pihak yang lemah itu dapat dijelaskan dengan
melihat beberapa perilaku di bawah tangan underhand behaviour; cara melihat fraud atas minoritas seperti itu diambil mengingat sulit bagi Penulis
untuk mendefinisikan apa yang dimaksudkan dengan fraud tersebut. Definisi bisa dibuat hanya saja kurang menguntungkan, menurut Penulis jika
dibandingkana dengan memahami konsep fraud melalui ilustrasi kasus, tradisi
belajar ilmu hukum Kontrak Sebagai Nama Ilmu Hukum
32
yang dikembangkan di Skotlandia. Beginilah situasi itu, yang hanya bisa dilukiskan
dengan memperhatikan yurisprudensi tetap yang pernah di putus di Inggris, disamping nantinya dalam Bab ini juga dikemukakan bagaimana hal itu terjadi
di Indonesia dalam Putusan 137 yang sudah berkekuatan hukum tetap
inkrahck van gewijde. Di dalam kasus-kasus yang pernah diputus di Inggris itu dapat dilihat
bagaimana pemegang saham minoritas mengalami apa yang disebut dengan fraud, suatu situasi dimana hak-hak pemegang saham minoritas itu menjadi
tumbal, terlihat seperti sandiwara reality show yang enak ditonton dan dipelihara, karena hak-hak pemegang saham minoritas itu diinjak-injak namun
dalam banyak hal kadang-kala dijadikan bahan lawakan oleh para pemimpin
32
Lihat buku: Kontrak Sebagai Nama Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya
Wacana Salatiga yang ditulis oleh Jeferson Kameo.
32 masyarakat di negara itu untuk menyatukan suatu komunitas tersebut, atau
untuk membuat semacam hiburan, seolah-olah dunia ini belum pernah dimerdekakan, alias masih ada misi penyelamatan dunia yang belum
selesaikan oleh Hukum. Yurisprudensi pertama, Cook v Deeks
33
adalah satu yurisprudensi tetap yang penting, dimana dalam kasus itu Cook adalah satu dari empat direktur
dalam suatu perusahaan jasa konstruksi. Perusahaan jasa konstruksi itu adalah perusahaan yang sering sekali menjalankan suatu bisnis jasa konstruksi yang
mendatangkan banyak keuntungan dengan perusahaan lain, berdimensi transkasi bisnis internasional, yaitu the Canadian Pacific Railway Company.
Suatu waktu, ketika suatu perjanjian baru sedang berada di tingkat
negosiasi antara perusahaan tempat Cook itu dengan the Canadian Pacific
Railway Company, tiga direktur sekaligus juga adalah pemegang saham di
perusahaan tempat Cook itu bekerja menutup perjanjian itu untuk mereka sendiri, tidak untuk perusahaan Cook juga bekerja. Ketiga direktur itu
menguasai dan memiliki total saham di perusahaan tempat Cook bekerja
sebesar 75 prosen.
Itu artinya, Cook adalah pemegang saham minoritas dalam situasi
suatu perusahaan yang sedang menjalankan operasi bisnis atau transaksi bisnis internasional. Ketiga direktur itu membuat suatu resolusi, rapat umum
33
[1916] 1 AC 544 PC
33
pemegang saham, bahwa perusahaan dimana Cook itu bekerja dan menguasai
serta memiliki saham minoritas tidak punya kepentingan dengan perjanjian baru yang semula dinegosiasi untuk perusahaan tetapi belakangan disusupi
untuk kepentingan si tiga direktur tersebut.
Cook
mengajukan gugatan ke pengadilan, mengajukan dalil bahwa rapat umum pemegang saham the resolution yang dibuat oleh ketiga direktur
yang menguasai 75 prosen saham di atas tidak berlaku ineffective dan Cook
juga meminta hakim agar keuntungan yang diperoleh dari perjanjian yang
dibuat atas nama tiga direktur itu, dan bukan atas nama perusahan Cook juga
bersama dengan tiga direktur tersebut harus diambil dan diberikan kepada peruahaan. Hakim dalam Cook v Deeks memberikan Putusan holding yang
melindungi pemegang saham minoritas dan kasus itu menjadi Landmark yang sangat terkenal hingga saat ini. Hakim dalam kasus itu menyatakan bahwa
ketiga direktur selain Cook telah melakukan apa yang disebut sebagai fraud
terhadap pemegang saham minoritas
34
. Yurisprudensi kedua, yaitu yurisprudensi yang di dalamnya
mengandung kaedah hukum yang mendikte perlindungan terhadap pemegang
34
Yurisprudensi ini diambil dari hasil penelitian individuil Jeferson Kameo yang tidak dipublikasikan. Penelitian Jeferson Kameo memiliki nilai reabilitas yang sangat tinggi sebab
yang bersangkutan mempunyai akses langsung ke tangan pertama. Di tengah kenyataan bahwa begitu mahalnya biaya untuk memperoleh akses terhadap dokumen-dokumen yang
memuat kasus-kasus itu untuk diverivikasi syarat keilmuan, yang bersangkutan Jeferson Kameo
membaca langsung dokumen-dokumen tempat tersimpannya kasus-kasus yang telah menjadi Yurisprudensi itu; sebab seperti telah dikemukakan di atas, yang bersangkutan
mengenyam pendidikan tinggi hukum di Inggris dan skotlandia. Tidak banyak orang memperoleh akses dan kesempatan yang sama, dan sebagai mahasiswa yang membutuhkan
rujukan ilmiah seperti itu merasa sangat memperoleh manfaat dari penelitian individuil atas kasus-kasus Yurisprudensi itu.
34 saham minoritas yaitu Re J. Beauforte London Ltd
35
. Dalam kasus itu, di dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Memorandum
mencantumkan pemberian kekuasaan atau kewenangan Perusahaan tersebut untuk menjalankan perusahaan yaitu pembuatan pakaian dan gaun perempuan.
Hanya saja, pada kenyataannya Perusahaan tersebut yaitu J. Beauforte
London Ltd., justru melakukan bisnis yang lain sama sekali, yaitu membuat venir panel dari kayu. Akibat dari keputusan Perusahaan yang tidak sejalan
dengan apa yang sudah diamanatkan di dalam AD-ART Perusahaan itu, J. Beauforte London Ltd membuat perjanjian-perjanjian dengan sejumlah
developer untuk membuat suatu bangunan pabrik yang baru, demikian pula si pihak Perusahaan, dalam hal ini J. Beauforte London Ltd., membuat
perjanjian-perjanjian dengan sejumlah pihak untuk mensuplai venir dan juga anehnya batu bara yang sudah diolah coke. Perusahaan itu kemudian
menjadi bangkrut. Para developer dan pedagang-pedagang yang membuat perjanjian
dengan J. Beauforte London Ltd belum dibayar dan oleh sebab itu mereka menggugat atas dasar perjanjian yang telah dibuat. Menarik, bahwa dalam
kasus ini baik para developer maupun pihak pedagang itu tidak berhasil memenangkan gugatan sebab semua perjanjian itu adalah ultra vires beyond
the powers atau melampaui kekuasaan maupun kewenangan. Pihak minoritas yang ikut sebagai turut tergugat di dalam gugatan itu Re dilindungi dari
35
[1953] 1 All ER 634. Sumber, masih merujuk kepada Penelitian individuil Jeferson Kameo
.
35 tuntutan kepada J. Beauforte London Ltd untuk membayar ganti rugi. Hakim
juga mengemukakan pandangan jika semua pihak yang dirugikan, secara konstruktif sejatinya mengetahui adanya ultra vires itu.
Yurisprudensi ketiga, yaitu yurisprudensi mengenai adanya tuntutan
hukum untuk memberikan perlindungan kepada pemegang saham minoritas, dalam hal hak perseorangan seorang anggota, termasuk jika si anggota itu
adalah pemegang hak atas jumlah saham yang minoritas where the personal rights of a member have been infringed dirugikan. Yurisprudensi ketiga itu
adalah Pender v Lushington
36
. Dalam Yurisprudensi tersebut, Anggaran Dasar Perseroan mengandung ketentuan bahwa setiap jumlah sepuluh suara terdapat
satu hak untuk memilih, hanya saja tidak ada satu anggota pun berhak memiliki hak untuk memilih lebih dari seratus suara 100 votes.
Agar supaya kelebihan dari saham-saham itu tetap bernilai suara,
seorang pemegang saham yang memegang dan memiliki lebih dari seribu saham mengalihkan sisa dari saham yang tidak bernilai suara itu kepada
anggota dalam perusahaan itu bernama Pender. Orang terakhir itu merupakan
pemegang saham minoritas dalam perusahaan tersebut.
Si Direktur perusahaan tersebut, bernama Lushington, menolak untuk
menerima suara yang timbul dari saham-saham yang dikuasai oleh Pender dan Pender pun menggugat pihak Lushington. Hakim memutus bahwa
36
[1877] 6 Ch D 70.
36
saham-saham yang dikuasai Pender telah dialihkan secara sah, sehingga apa yang dilakukan Lushington tidak menerima saham-saham Pender tersebut
adalah merupakan suatu pelanggaran terhadap hak Pender sebagai satu
anggota dari Perusahaan. Disamping kaedah-kaedah hukum yang melindungi pemegang saham
minoritas sebagaimana telah Penulis kemukakan di atas, dalam Yurisprudensi, studi kepustakaan yang tetap sama merujuk kepada hasil penelitian individuil
Jeferson Kameo juga membuktikan bahwa ada kaedah-kaedah hukum
transaksi bisnis internasional yang diadopsi ke dalam beberapa regulasi yang berkaitan dengan Undang-undang Perseroan Terbatas
37
yang berlaku di Inggris. Dalam apa yang disebut dengan The Insolvency Act 1986, seperti
diungkap Jeferson Kameo, Hakim dapat melikuidasi wind a company up
suatu perusahaan
38
dengan alasan bahwa pembubaran perusahaan itu merupakan suatu perbuatan yang pantas dan patut atau berkeadilan just and
equitable to do so. Hak pemegang saham minoritas yang dilindungi di sini terlihat dari kenyataan bahwa UU itu membolehkan, bahkan seorang
pemegang satu saham saja a single shareholder dapat memiliki hak untuk menggugat tersebut.
Sementara itu, dalam UU Perseroan Terbatas Inggris sendiri
ditentukan bahwa siapa saja anggota suatu perseroan terbatas dapat
37
The Companies Act 1985, merujuk kepada hasil penelitian Jeferson Kameo yang tidak
dipublikasikan.
38
Pasal 122
– 124 of the Insolvency Act 1986, merujuk penelitian individuil Jeferson Kameo.
37 mengajukan gugatan kepada Pengadilan atas dasar hukum bahwa urusan-
urusan dari suatu Perseroan Terbatas sedang, atau telah, atau bakal, dilakukan dengan suatu cara yang tidak adil merugikan unfairly prejudical terhadap
semua anggota shareholders dari perusahaan itu atau kepada anggota tertentu dari Perusahaan tersebut.
Manakala Pengadilan berpendapat bahwa perbuatan the conduct
yang bersangkutan adalah langkah-langkah yang tidak adil dan merugikan, maka Pengadilan dapat melakukan: 1 memerintahkan kepada Perusahaan
tersebut untuk bertindak-tanduk menurut cara-cara tertentu yang telah ditentukan di kemudian hari; 2 mencegah Perusahaan itu untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tertentu; 3 memerintahkan Perusahaan itu untuk menggugat perbuatan salah atau melawan hukum yang sudah dilakukan
kepada Perusahaan itu; 4 memerintahkan kepada beberapa anggota dari perusahaan itu untuk membeli saham-saham yang dikuasai oleh pihak lain; 5
membuat perintah apa saja yang menurut Pengadilan pantas
39
. Berikut di bawah ini Penulis merasa perlu untuk mengemukakan
bagaimana hakim di Inggris telah menerapkan kelima jalan perlindungan kepada pemegang saham minoritas yang diatur oleh legislasi di negara itu, dan
yang juga dalam hal tertentu tidak terlalu berbeda dengan perlindungan
39
Hasil Penelitian Individuil Jeferson Kameo, tidak dipublikasikan.
38 terhadap pemegang saham minoritas yang dikenal dalam legislasi yang
berlaku di Skotlandia
40
. Kasus yang pertama yaitu Re HR Harmer Ltd
41
. Dalam kasus itu,
pihak Harmer yaitu suatu perusahaan yang bergerak dan sukses meraup
banyak keuntungan besar dalam bidang usaha penjualan perangko-perangko
antik yang bernilai tinggi. Harmer kemudian mendirikan suatu Perusahaan
HR Harmer Ltd untuk membeli take over kegiatan usaha yang sudah dijalankan sebelumnya oleh Harmer itu.
Kedua anak-anaknya, seperti ayah mereka, adalah merupakan direktur
dari Perusahaan yang baru didirikan oleh Harmer itu. Harmer tetap
mempertahankan hak memilih pengendalian voting control atas Perusahaan itu sekalipun kedua anaknya itu menguasai dan memiliki hampir seluruh
saham dari Perusahaan itu. Ketika usia si Harmer mencapai 88 tahun, kedua
anaknya itu menggugat pengadilan meminta pembebasan relief dengan dalil bahwa orang tua mereka itu benar-benar mengabaikan keinginan mereka
berdua, Harmer menjalankan Perusahaan itu seolah-olah ia masih memiliki
Perusahaan mereka tersebut.
Lagi pula, Harmer, menurut kedua anaknya itu, telah mengambil
keputusan yang sangat buruk, memekerjakan detektif swasta untuk mengawasi
40
Ibid.
41
[1958] 3 All ER 589 9CA. Hasil Penelitian Individuil Jeferson Kameo, tidak
dipublikasikan.
39 para karyawan perusahaan itu dan mengabaikan countermaded resolusi atau
keputusan-keputusan yang diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham yang dilakukan oleh para direktur Perusahaan tersebut. Hakim memutuskan,
Harmer seharusnya menjadi Presiden Direktur dari Perusahaan itu seumur
hidup, namun tidak ada kekuasaan yang khusus tentang apa pun yang
diberikan kepada si Harmer, selanjutnya Harmer juga berhak atas gaji. Para hakim itu juga memerintahkan si Harmer tidak lagi menginterfensi urusan-
urusan Perusahaan tersebut terkecuali ada keputusan yang sah untuk melakukan hal itu yang dibuat oleh Dewan Direksi the Board of Directors.
Sedangkan kasus yang kedua, yaitu Re Nuneaton Borough Athletic
Football Club
42
. Daam kasus yang kedua itu, Perusahan hanya dikuasakan untuk menerbitkan 2000 surat saham dengan masing-masing senilai satu
Pounsterling. Si Penggugat telah membeli 24 ribu surat saham, sekalipun penerbitan semua surat saham itu tidak pernah dilakukan secara sah. Dengan
demikian hal itu berarti bahwa si Penggugat itu telah membelanjakan suatu jumlah uang yang sangat besar sekali, namun saham-saham terhadap mana
uang si Penggugat itu dibelanjakan adalah saham-saham yang tidak pernah ada.
Hakim memutus bahwa si pemilik atas dua ribu lembar saham yang
diterbitkan secara sah harus mengalihkan sebanyak 1007 kepada si pihak Penggugat dengan suatu harga yang wajar a fair price. Namun demikian,
42
[1989] BCLC 454. Merujuk Penelitian Individuil Jeferson Kameo.
40 ada suatu syarat bahwa si Penggugat harus membayar suatu hutang yang
sangat besar yang telah dibuat oleh si pemegang dua ribu saham terhadap Club Nuneaton Borough Athletic Football Club tersebut.
Kasus yang ketiga yaitu; Re Sam Weller and Sons Ltd
43
. Si Penggugat dalam kasus itu memiliki 42.5 prosen saham dalam suatu perusahaan yang
dikendalikan oleh Pamannya, Sam Weller. Selama tiga puluh tujuh tahun,
Perusahaan itu tidak pernah meningkatkan dividennya, sekalipun mengalami banyak keuntungan dalam tahun-tahun terakhir sebelum kasus diajukan ke
Pengadilan. Pada tahun 1985, dari keuntungan neto sebesar tiga puluh enam ribu
Pounsterling, si Paman hanya membayar dividen sebanyak dua ribu enam ratus lima puluh Pounsterling. Hakim memutus bahwa apa yang dilakukan
oleh Sam Weller adalah suatu perbuatan yang disebut dengan menimbulkan
kerugian yang tidak adil unfair prejudice atau di Indonesia mungkin sapat disebut dengan perbuatan melawan hukum
44
. Pada saat itu, seorang hakim
yang bernama P. Gibson J mengatakan:
“It is asserted by the petitioners that the sole director is conducting the affairs of the company for the sole benefit of
himself and his family, and that while he and his sons are taking
43
[1990] Ch 682. Lagi-lagi, merujuk Penelitian Individuil Jeferson Kameo yang tidak
dipublikasikan.
44
Sehingga menurut pandangan Penulis, di Indonesia, ketentuan yang memberikan perlindungan kepada pemegang saham minoritas sudah ada, yaitu KUHPerdata yang
megnatur mengenai perbutan melawan hukum PMH.
41 an income from the company, he is causing the company to pay
inadequate dividens to the shareholders ... whose interests may be not only prejudiced by the policy of low dividend payments,
but unfairly prejudiced”
45
. Maksudnya adalah; telah didalilkan oleh para Penggugat bahwa si satu-satunya Direktur dari
Perusahaan itu telah menjalankan urusan dari Perusahaan tersebut hanya semata-mata untuk kepentingan dirinya sendiri
dan keluarganya, dan tatkala dia dan anak-anaknya mengambil atau meraup gaji dan pendapatan dari Perusahaan itu, dia
menyebabkan Perusahaan tersebut membayarkan dividen yang tidak memenuhi syarat kepada para pemegang saham
Perusahaan itu
... semua
pemegang saham
yang kepentingannya mungkin saja tidak semata dirugikan oleh
kebijakan Perusahaan membayar dividen yang rendah, tetapi lebih dari itu juga menimbulkan suatu kerugian yang tidak adil.
Demikianlah gambaran tentang studi kepustakaan mengenai kaedah hukum dalam transaksi bisnis internasional yang memberikan perlindungan
kepada pemegang saham minotiras yang telah diadopsi di Inggris dan skotlandia, baik oleh para hakim melalui Yurisprudensi yang berlaku di sana
dan juga dalam regulasi yang dibuat di negara-negara itu. Berikut di bawah ini, apakah kaedah perlindungan terhadap para pemegang saham minoritas itu
juga dikenal di Indonesia dalam suatu analisis terhadap Putusan 137. Namun
sebelum analisis itu dikemukakan terlebih dahulu perlu dikemukakan di sini
gambaran tentang Putusan 137 tersebut.
45
Penelitian Individuil Jeferson Kameo.
42
2.3. Hasil Penelitian Satuan Amatan dimana Ada Aspek Isu Kepentingan Minoritas