Pengendalian dalam Perusahaan menurut Perspektif Hukum

22 bawah ini, sebagai gambaran aspek hukum dalam Kepustakaan yang dapat menuntun pengkajian atas Putusan 137 yang menjadi satuan amatan utama Penelitian dan Penulisan Karya Tulis Kesarjanaan yang dilakukan oleh Penulis ini. Gambaran kepustakaan dalam rangka menjawab rumusan masalah Penelitian ini yaitu bagaimana hak pemegang saham minoritas minority interests menurut hukum bisnis internasional atau hukum yang mengatur mengenai transaksi bisnis internasional dimaksud, Penulis pilah ke dalam beberapa bagian sebagai berikut:

2.2.1. Pengendalian dalam Perusahaan menurut Perspektif Hukum

Membicarakan mengenai aspek hukum perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dalam perspektif hukum perdagagnan internasional tidak terlepas dari pemahaman akan prinsip atau kaedah hukum umum yang berkaitan dengan itu, yaitu bahwa pemegang saham yang mempunyai hak untuk memilih the voting shareholders adalah pihak yang mengendalikan perusahaan control the company 25 . Dimaksudkan dengan para pemegang saham yang mempunyai hak pilih itu adalah, sudah disinggung juga dalam kutipan yang lebih dahulu telah Penulis kemukakan di atas, pemegang saham yang menguasai lebih dari 50 prosen per cent dari pemegang saham yang mempunyai hak pilih. Penulis berterima kasih kepada Pak Jeff yang telah memberikan akses menggunakan hasil penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis untuk Skripsi ini. 25 Hasil penelitian individuil Jeferson Kameo, Catatan Kaki No. 19 di atas. Ibid. Selanjutnya, sepanjang rujukan berada dari hasil penelitian individuil ini maka referensi untuk catatan kaki hanya disebut dengan Jeferson Kameo saja. 23 Golongan atau si pemegang saham tersebut dapat membuat keputusan apa saja dalam rapat umum pemegang saham ordinary resolution. Sementara itu, apabila seorang atau golongan pemegang saham itu menguasai 75 prosen saham maka orang itu juga dapat mengadakan suatu rapat umum luar biasa extraordinary atau rapat istimewa special resolution. Begitu pula dengan mereka yang menguasai jumlah saham di antara angka prosentasi sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka orang-orang itu dapat melakukan pengendalian yang beraneka macam di dalam perseroan dimaksud. Kaitan dengan isu bagaimana perlindungan terhadap pemegang saham minoritas, prosentase sebagaimana telah Penulis kemukakan di atas dapat menjadi suatu persoalan penting tatkala seseorang mempertimbangkan untuk menanamkan modalnya atau berinvestasi di suatu perusahaan. Sebagai contoh, manakala seseorang yang bernama A mengundang seseorang lain bernama B untuk mendirikan suatu perusahaan dengan dirinya, dan menyarankan supaya si B memasukkan 49 prosen dari saham perusahaan dimaksud sementara si A mengambil 51 prosen, maka kepemilikan mereka atas perusahaan tersebut memang terlihat hampir berimbang almost equal. Hanya saja, kekuasaan mereka untuk mengendalikan perusahaan itu sangat jauh dari berimbang very far from equal, meski hanya selisih satu prosen. Di sinilah isu pemegang saham minoritas mulai muncul. Si B akan sangat berhati-hati untuk menerima proporsi tawaran saham yang diberikan oleh si pihak A tersebut. 24 Dalam kaitan dengan isu hak pemegang saham minoritas, orang mungkin saja berpendapat bahwa si B sekurang-kurangnya akan memiliki suatu derajat mengendalikan perusahaan itu secara negatif “negative control”. Maksudnya, dengan jumlah suara yang demikian itu dia dapat saja melakukan blokir terhadap diselenggarakannya rapat umum pemegang saham yang istimewa. Namun demikian, dengan jumlah saham yang lebih kecil, katakanlah 25 prosen, maka B sama sekali tidak mempunyai kekuasaan untuk mengendalikan perusahaan tersebut. Sementara itu, apabila tiap-tiap pemegang saham the two shareholders itu masing-masing menguasai 50 prosen saham maka keduanya mempunyai kekuasaan untuk melakukan pengendalian secara negatif. Tidak ada satu pun dari kedua belah pihak itu bisa memaksakan diselenggarakannya suatu rapat umum pemegang saham jenis apa pun, baik itu luar biasa, istimewa maupun rapat umum pemegang saham biasa dan sebagainya. Sehingga orang pada umumnya berpendapat bahwa penguasaan yang seimbang yaitu 50 prosen masing-masing menguasai saham seperti itu merupakan suatu penguasaan atas saham perusahaan yang ideal dari dua orang yang menjadi pemilik perusahaan itu. Hanya saja, keadaan yang seimbang itu bisa jadi mungkin memang ideal apabila kedua belah pihak itu rukun-rukun saja the shareholder get on with each other. Hanya sja, manakala ada suatu kebuntuan complete dealock maka jalan hukum yang selama ini tersedia adalah Pengadilanlah yang akan membubarkan perusahaan itu wind the company up, jika satu dari 25 kedua belah pihak yang berhubungan hukum itu meminta kepada pihak Pengadilan. Hukum perdagangan internasional mendikte the Law dictates bahwa dasar permohonan kepada pengadilan tersebut adalah apa yang disebut dengan kaedah just and equitable 26 kepantasan dan kepatutan atau adil. Kaedah hukum seperti itu muncul dalam Re 27 Yenidge tobaco Co Ltd 28 [1916] 2 Ch 426. Dalam kasus itu Pengadilan melikuidasi perusahaan yang bernama Yenidge Co Ltd, padahal menurut hakim perusahaan itu adalah suatu perusahaan yang lagi bonafid dan untung atau profitable. Dibubarkannya perusahaan itu oleh hakim karena dua direkturnya yang juga adalah pemegang saham, dalam hal ini Mr. Rothman dan Mr. Weinberg sudah berada pada titik tidak bisa berkompromi antara satu dengan yang lainnya had reached complete deadlock. Hakim yang memutus kasus itu bernama Cozen-Hardy Mr mengatakan: „Certainly, having regard to the fact that there are only two 26 Jeferson Kameo mengartikan kaedah itu ke dalam bahasa hukum di Indonesia sebagai sesuai dengan kepantasan dan kepatutan atau keadilan. 27 Kata Re menunjuk kepada suatu situasi bahwa dalam sengketa itu si Penggugat diwakili oleh Perusahaan karena perintah pengadilan. Hal inilah mekanisme internasional yang memungkinkan seseorang meminta kepada hakim untuk membela kepentingan dirinya dan juga kepentingan perusahaan itu dari kungkungan mayoritas, apabila hakim mengabulkan maka posisi orang itu tidak ditulis namanya hanya dicatatkan saja di pengadilan tetapi diberi tanda Re. Demikian penjelasan Jeferson Kameo. Pendapat peneliti tersebut reliable mengingat yang bersangkutan mengenyam pendidkan hukum di Inggris dan Skotlandia. 28 [1916] 2 Ch 426., dikutip dari Jeferson Kameo. Perlu Penulis kemukakan di sini bahwa menurut Jeferson Kameo, tanda [1916] adalah tahun diputusnya dan juga tahun publikasi dari jural hukum yang bernama Ch. Ch adalah jurnal hukum tempat kaedah hukum dapat ditemukan karena memuat apa yang dikatakan oleh hakim yang didikte oleh hukum bernama Law Reports Chancery Division. Jurnal ini mulai diterbitkan dan masih terus dipublikasikan hingga saat ini. Hal ini dikemukakan dalam buku Kontrak Sebagai Nama Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. 26 directors who will not speak to each other, and no business which deserves the name of business in the affairs of the company can be carried on, I think the company should not be allowed to continue ”. Memperhatikan apa yang terjadi dengan Mr. Rothman dan Mr. Weinberg itu, orang dapat mengatakan: “lah bagaimana dengan situasi apabila satu dari kedua pihak itu adalah pemegang saham minoritas, misalnya hanya memegang 49 prosen?‟. Di bawah ini perkembangan kaedah untuk mengatasi kebuntuan minoritas manakala ada ketakutan sebagaimana baru saja dikemukakan tersebut.

2.2.2. Hakikat Hak Saham Minoritas Perspektif Ilmu Hukum