Natrium Diklofenak Interaksi Obat

Obat A dan B EFEK A = B homoergi A atau B heteroergi Antaraksi EFEK Penghambatan inhibisi Penguatan potensiasi sama homodinami beda heterodinami Antaraksi Antaraksi EFEK EFEK Penambahan adisi Penghambatan inhibisi Penguatan potensiasi • Penambahan infra penambahan sederhana • Penambahan sederhana = penambahan sederhana • Penambahan supra penambahan sederhana Antagonisme Sinergisme MEKANISME ? Gambar 6. Rangkuman penggolongan antaraksi obat berdasarkan perubahan efek Donatus, 1995

F. Metode Uji Daya Antiinflamasi

Secara umum, model inflamasi dibedakan menjadi dua, sesuai dengan jenis inflamasi, yaitu model inflamasi akut dan model inflamasi kronik. Inflamasi akut dapat dibuat dengan berbagai cara, yaitu dengan induksi udema kaki tikus, pembentukan eritrema respon kemerahan dan pembentukan eksudasi inflamasi, sedangkan inflamasi kronis dibuat dengan pembentukan granuloma dan induksi arthritis Gryglewski, 1977. Beberapa metode yang dapat dipakai untuk mengukur daya antiinflamasi adalah sebagai berikut ini: 1. Uji eritrema Eritrema kemerahan merupakan tanda awal dari reaksi inflamasi. Timbulnya eritrema adalah akibat dari terjadinya sejumlah iritan kimiawi seperti xylem, minyak kroton, vesikan, histamin dan bradikinin Gryglewski, 1977. Eritrema ini dapat diamati dua jam setelah kulit diradiasi dengan sinar UV. Kelemahan metode ini adalah eritrema dapat dihambat oleh obat yang kerjanya tidak menghambat sintesa prostaglandin Turner, 1965. 2. Induksi udema telapak kaki belakang Pada umumnya iritan yang banyak digunakan untuk menginduksi udema kaki tikus yang adalah karagenin. Karagenin merupakan suatu polisakarida sulfat yang diekstraksi dari lumut Irlandia Chindrus cripus.. Pada fase serotonin 5- hidroksi triptamin dari sel mast dan diikuti dengan dibentuknya kinin dalam aliran darah. Mediator-mediator tersebut mengakibatkan gangguan pembuluh darah dalam jaringan terinflamasi. Keuntungan metode ini antara lain cepat waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama dan pengukuran volume kaki dapat dilakukan dengan lebih akurat dan objektif, mudah dilakukan karena caranya mudah diamati atau visible. Kekurangan metode ini adalah jika ada kesalahan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI teknik penyuntikan pada telapak kaki tikus atau jika penyuntikan karagenin secara subplantar tersebut tidak menjamin pembentukan volume udema yang seragam pada hewan percobaan, akan dapat mempengaruhi nilai simpangan pada masing- masing kelompok tikus yang cukup besar Gryglewski, 1977. 3. Tes granuloma Hewan uji berupa tikus putih betina galur wistar diinjeksi bagian punggung secara subkutan dengan 10-25 ml udara, kemudian 0,50 ml minyak kapas sebagai senyawa yang sama. Pada hari kedua setelah pembentukan kantong, udara dihampakan. Pada hari keempat, kantung dibuka dan cairan eksudat disedot, selanjutnya diukur volume cairannya. Model percobaan ini lebih sensitif untuk uji obat anti inflamasi steroid daripada nonsteroid Turner, 1965. 4. Induksi arthritis Uji ini dilakukan dengan injeksi subkutan ataupun intrakutan disuspensi Mycobacterium butyricum dalam minyak mineral. Respon inflamasi lokal ditunjukkan dengan terbentuknya udema yang diikuti dengan timbulnya penyakit sistemik imun yang memberikan gejala pembengkakan tungkai dan lengan, hiperpireksia lokal dan munculnya benjolan pada telinga dan ekor Gryglewski, 1977.

G. Landasan Teori

Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat mikrobiologik. Inflamasi dicetuskan oleh pelepasan mediator kimiawi dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI jaringan yang rusak dan migrasi sel Mycek, 2001. Reaksi inflamasi yang diinduksi karagenin mempunyai dua fase: fase awal dan akhir. Fase awal berakhir setelah 60 menit dan dihubungkan dengan pelepasan histamin, serotonin, dan bradikinin. Fase akhir terjadi antara 60 menit setelah injeksi dan berakhir setelah tiga jam. Fase ini dihubungkan dengan pelepasan prostaglandin dan neutrofil yang menghasilkan radikal bebas, seperti hidrogen peroksida, superoksida, dan radikal hidroksil Suleyman, 2004. Natrium diklofenak, sebagai OAINS, memiliki mekanisme menghambat kerja enzim siklooksigenase, juga mengurangi bioavailabilitas asam arakidonat Katzung, 2001, maka dengan demikian ia mempunyai kemampuan untuk meringankan gejala inflamasi. Fakta mengungkapkan bahwa dengan mencegah perubahan bentuk asam arakidonat melalui siklooksigenase, AINS menyebabkan lebih banyak substrat untuk dimetabolisme melalui jalur lipoksigenase sehingga terjadi peningkatan pembentukan leukotrien Katzung, 2001. Sedangkan beta karoten terbukti memiliki efek antiinflamasi Utami, 2006 terkait dengan aktivitasnya sebagai antioksidan. Beta karoten akan menghambat oksidasi asam arakidonat sehingga tidak terbentuk oksigen reaktif yang memicu terjadinya peradangan dan menurunkan aktivitas enzim lipoksigenase Lieber and Leo, 1999 sehingga tidak menghasilkan leukotrien yang dapat mengaktivasi lekosit untuk memacu terjadinya peradangan, dan proses inflamasi dapat dihambat. Ketika obat-obat dengan efek-efek farmakologis yang serupa diberikan secara bersamaan, biasanya tampak suatu respon aditif atau sinergis. Kedua obat tidak atau dapat bekerja pada reseptor yang sama untuk menimbulkan efek PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI