Uji Daya Antiinflamasi HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel VI. Rangkuman hasil anava satu arah, dengan taraf kepercayaan 95, persentase daya antiinflamasi kelompok perlakuan beserta kontrol
Keterangan Df F
Probabilitas P
Daya antiinflamasi antar kelompok perlakuan beserta kontrol
7 9,559 0,000
Tabel VII. Rangkuman hasil uji Scheffe mengenai daya antiinflamasi kelompok perlakuan disertai kontrol
Daya Antiinflamasi terhadap Kelompok Pembanding Kelompok
1 2 3 4 5 6 7 8 1
- tb
tb b tb b b tb
2
tb -
tb b tb b tb tb
3
tb
tb
-
tb tb tb tb tb
4
b
b tb
-
b tb tb tb
5
tb
tb tb
b
- b
tb tb
6
b
b tb
tb b
-
tb tb
7
b
tb tb
tb tb tb
-
tb
8
tb
tb tb
tb tb tb tb
-
Keterangan gambar dan tabel: 1 = kelompok kontrol - karagenin 1
2 = kelompok kontrol - aquadest 3 = kelompok kontrol - minyak kelapa
4 = kelompok kontrol + natrium diklofenak 5 = kelompok perlakuan beta karoten 0,6523 mgkg BB dengan natrium diklofenak
4,48 mgkg BB 6 = kelompok perlakuan beta karoten 0,9225 mgkg BB dengan natrium diklofenak
4,48 mgkg BB 7 = kelompok perlakuan beta karoten 1,3046 mgkg BB dengan natrium diklofenak
4,48 mgkg BB 8 = kelompok perlakuan beta karoten 1,8450 mgkg BB dengan natrium diklofenak
4,48 mgkg BB b = berbeda bermakna p0,05
tb = berbeda tidak bermakna p0,05 DA = daya antiinflamasi
Pada gambar 10, mean bobot udema kaki mencit yang terjadi pada kontrol negatif karagenin 1 dan kontrol negatif aquades terlihat tidak berbeda jauh. Selain
itu, berdasarkan hasil uji Sceffe mengenai daya antiinflamasi tabel VIII, kontrol aquades juga menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna dengan kontrol
karagenin 1. Dapat diasumsikan bahwa aquades sebagai pelarut natrium diklofenak tidak memiliki efek antiinflamasi.
Berbeda dengan kontrol aquades, kelompok kontrol minyak kelapa meperlihatkan persentase daya antiinflamasi yang cukup tinggi dibandingkan dengan
kelompok kontrol negatif lainnya, seperti terlihat pada gambar 11 dan tabel VI. Walaupun pada hasil uji Scheffe tabel VIII kontrol minyak kelapa berbeda secara
tidak bermakna dengan kontrol karagenin, namun dapat diasumsikan bahwa minyak kelapa sebagai pelarut beta karoten juga memiliki efek antiinflamasi dan turut
menyumbang efek penurunan bobot udema pada kelompok perlakuan. Oleh karena itu, persentase daya antiinflamasi pada kelompok perlakuan dikurangi persentase
daya antiinflamasi minyak kelapa untuk mendapatkan persentase daya antiinflamasi kelompok perlakuan yang sesungguhnya. Persentase daya antiinflamasi kelompok
perlakuan sebelum dikurangi daya antiinflamasi minyak kelapa adalah 10,529; 37,384; 28,850; dan 24,096. Setelah dikurangi dengan daya antiinflamasi
minyak kelapa, daya antiinflamasinya menjadi -14,262; 12,593; 4,058; dan -0,696.
-15 -10
-5 5
10 15
D a
ya A n
ti -i
n flam
asi
1 2
3 4
Kelom pok perlakuan
Gambar 13. Grafik daya antiinflamasi kelompok perlakuan setelah dikurangi kontrol minyak kelapa
Keterangan: 1 = kelompok perlakuan beta karoten 0,6523 mgkg BB dengan natrium diklofenak
4,48 mgkg BB 2 = kelompok perlakuan beta karoten 0,9225 mgkg BB dengan natrium diklofenak
4,48 mgkg BB 3 = kelompok perlakuan beta karoten 1,3046 mgkg BB dengan natrium diklofenak
4,48 mgkg BB 4 = kelompok perlakuan beta karoten 1,8450 mgkg BB dengan natrium diklofenak
4,48 mgkg BB
Beta karoten dapat mengurangi inflamasi dengan cara menangkap radikal bebas yang muncul selama proses inflamasi berlangsung, yaitu pada proses oksidasi
asam arakhidonat menjadi endoperoksidnya Lieber dan Leo, 1999. Pada penelitian yang dilakukan oleh Utami 2006, beta karoten murni terbukti mampu menurunkan
bobot udema kaki mencit yang terinduksi karagenin 1. Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan bahwa beta karoten memiliki efek antiinflamasi dengan daya
antiinflamasi pada dosis optimumnya 0,9225 mgkg BB sebesar 40,94. Natrium diklofenak, sebagai antiinflamasi nonsteroid, menghambat proses inflamasi dengan
cara mengahambat kerja enzim siklooksigenase sehingga pembentukan prostaglandin PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terhambat Wilmana, 1995. Daya antiinflamasi natrium diklofenak yang didapat pada penelitian ini sebesar 36, 132.
Baik beta karoten maupun natrium diklofenak, bila diberikan sebagai obat tunggal, sama-sama memiliki efek mengurangi inflamasi. Bila keduanya digunakan
secara bersamaan dalam kombinasi sebagai antiinflamasi, interaksi yang diharapkan terjadi di antara keduanya adalah efek penambahan adisi sederhana, di mana efek
dari penggunaan dua obat sama dengan efek obat pertama ditambah efek obat kedua. Contoh perhitungan untuk penambahan sederhana:
DA kontrol positif natrium diklofenak = 36,132
DA beta karoten 0,9225 mgkg BB = 40,94 + Utami, 2006
77,072 Namun, berdasarkan hasil uji daya antiinflamasi dalam penelitian ini, persentase
daya antiinflamasi beta karoten 0,9225 mgkg BB yang dikombinasikan dengan natrium diklofenak 4,48 mgkg BB adalah 12,593 . Jumlah ini lebih kecil dari efek
penambahan sederhana di atas. Efek penambahan ini disebut efek penambahan infra. Disimpulkan bahwa interaksi yang terjadi akibat pemberian kedua obat ini
secara bersamaan dalam kombinasi adalah homoergi-heterodinami yang bersifat antagonisme dengan luaran efek penambahan infra. Homoergi, karena efek masing-
masing obat baik beta karoten maupun natrium diklofenak memiliki efek yang sama, yaitu mengurangi inflamasi. Heterodinami, karena efeknya dalam mengurangi
inflamasi melalui mekanisme yang berbeda. Natrium diklofenak mengurangi inflamasi dengan menghambat kerja siklooksigenase Tjay dan Rahardja, 2002,
sedangkan beta karoten mengurangi inflamasi dengan menangkap radikal bebas yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terbentuk pada proses inflamasi sehingga proses oksidasi asam arakidonat menjadi endoperoksidnya terhambat Paiva dan Russel, 1999; Lieber dan Leo, 1999.
Dalam penelitian ini, didapatkan daya antiinflamasi kelompok perlakuan pemberian beta karoten 15 menit sebelum natrium diklofenak 4,48 mgkg BB lebih
rendah daripada daya antiinflamasi kontrol positifnya natrium diklofenak. Bila dibandingkan dengan penelitian Utami 2006 mengenai efek antiinflamasi beta
karoten, daya antiinflamasi pada penggunaan beta karoten sebagai praperlakuan natrium diklofenak juga lebih kecil daripada efek antiinflamasi yang didapat dari
pemberian beta karoten murni. Diduga ada beberapa kemungkinan interaksi yang terjadi akibat penggunaan
kedua jenis obat ini beta karoten dan natrium diklofenak. Kemungkinan pertama adalah terjadinya interaksi farmakodinamik, di mana terjadi perubahan efek obat
objek natrium diklofenak akibat adanya obat lain beta karoten, telah dibahas di atas. Kemungkinan kedua adalah terjadinya interaksi farmakokinetik, di mana
interaksi dapat terjadi sepanjang proses absorpsi, distribusi, metabolisme, maupun ekskresi, mengingat bahwa selang waktu pemberian antar kedua senyawa cukup
singkat. Berdasarkan hasil orientasi, pemberian beta karoten dilakukan 15 menit sebelum pemberian natrium diklofenak. Kemungkinan ketiga adalah terjadinya
interaksi farmasetik, terkait dengan penggunaan minyak kelapa sebagai pelarut beta karoten. Kemungkinan interaksi ini terjadi pada saluran pencernaan, dengan
pertimbangan bahwa larutan beta karoten belum terabsorpsi sempurna pada saat larutan natrium diklofenak dimasukkan ke dalam saluran pencernaan. Minyak kelapa
merupakan asam lemak jenuh sekitar 10 persen, didominasi oleh asam laurat yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memiliki rantai karbon 12, dan termasuk asam lemak rantai menengah alias medium chain fatty acid MFCA. Efek antiinflamasi minyak kelapa ini diduga berasal dari
kandungan antioksidan alaminya, yaitu antara lain vitamin E, yang juga memiliki sifat sebagai antioksidan. Namun kemungkinan terjadinya interaksi farmakokinetik
dan farmasetik tidak dapat dibuktikan dalam penelitian ini. Persentase daya antiinflamasi kelompok perlakuan di atas tabel 9
dibandingkan dengan daya antiinflamasi natrium diklofenak 4,48 mgkg BB sehingga didapatkan potensi relatif daya antiinflamasi kelompok perlakuan terhadap
natrium diklofenak sebagai kontrol positif. Dengan demikian, potensi relatif daya antiinflamasi natrium diklofenak adalah 100. Hasil perbandingan tersebut dapat
dilihat pada lampiran 6.