BAB IV PERGESERAN FUNGSI KERIS
4.1 Fungsi Keris Zaman Dahulu
Masyarakat Jawa hidup dengan berbagai jenis lapisan kepercayaan. Salah satunya adalah kepercayaan mengenai benda-benda bertuah berupa keris. Keris
pada awal mulanya merupakan senjata yang kemudian menjadi barang keramat dan dihormati memiliki beberapa fungsi.
4.1.1 Keris Sebagai Senjata Pada awal pembuatannya, keris digunakan sebagai senjata. Keris
digunakan untuk bela diri dan untuk menikam musuh dalam sebuah perkelahian. Oleh sebab itu, keris dibuat sangat tajam di kedua belah sisinya dan runcing di
bagian ujungnya agar keris dapat dipergunakan untuk menangkis dan mematahkan pukulan-pukulan atau tusukan dari lawan.
Sebagai senjata tikam, keris sering digunakan oleh pejuang-pejuang kemerdekaan dalam medan pertempuran melawan penjajah. Misalnya, Pangeran
Diponegoro, Imam Bonjol, Untung Suropati dan lain sebagainya. Penggunaan keris sebagai senjata juga nampak pada cerita-cerita wayang.
Misalnya cerita tentang perang
Bharatayuda.
Dalam cerita ini dikisahkan “Pandawa berperang melawan Astina dengan senjata keris pemberian para dewa”
Doyodipuro, 1999:21.
Perwujudan keris sebagai senjata juga terlihat dalam cerita atau legenda- legenda yang berkembang dalam masyarakat Jawa. Salah satunya adalah legenda
Ken Arok. Legenda ini bercerita tentang keris Empu Gandring. Keris juga digambarkan pada relief beberapa candi di Pulau Jawa. Terlihat
dalam relief-relief pembuatan keris dan penggunaan keris sebagai senjata. Candi- candi yang pada dindingnya terdapat relief keris antara lain Candi Prambanan di
Yogyakarta, Candi Borobudur di Jawa Tengan, Candi Sukuh di lereng Gunung Lawu Jawa Tengah dan Candi Penataran di Blitar Jawa Timur.
Gambar 6 Relief di Candi Prambanan diYogyakarta
http:griyasenipusaka.blogspot.com201012keris-jalak-budha-tegak.html Diunduh 03022013 13:10
Gambar 7 Relief di Candi Borobudur di Jawa Tengah
wikipedia.orgwikiBerkas:Keris_Relief_at_Sukuh_Temple.jpg Diunduh 03022013 13:00
Gambar 8 Relief di Candi Penataran di Blitar Jawa Tengah
http:kadewatan.blogspot.com201202keris-jalak-budha-tegak.html Diunduh 03022013 13:20
4.1.2 Keris Sebagai Benda Pusaka Masyarakat Jawa hidup dengan berbagai jenis lapisan kepercayaan. Salah
satunya adalah kepercayaan mengenai benda-benda bertuah berupa keris. Keris diyakini oleh masyarakat Jawa sebagai benda pusaka yang memiliki kekuatan dan
dihormati. Keris sebagai benda pusaka merupakan sebuah pengakuan dan kepercayaan
yang mendalam sehingga menimbulkan sebuah anggapan bahwa keris buatan empu mempunyai keampuhan dan keagungan . Dengan segala ritual dan mantra-
mantra, menjadikan keris memiliki daya magis hingga dikeramatkan dan menjadi benda pusaka Koesni, 1979:7.
4.1.3 Keris Sebagai Kelengkapan dalam Upacara Selain sebagai senjata, keris juga digunakan dalam upacara-upacara
tertentu atau sebagai sesaji. Keris yang digunakan sering disebut keris
sajen.
Keris
sajen
adalah keris kecil sederhana yang oleh orang Barat dalam beberapa buku disebut keris Majapahit.
Di Pulau Jawa ditemukan berbagai prasasti yang menyebutkan bahwa keris juga menjadi kelengkapan sesaji pada upacara-upacara keagamaan pada
waktu itu. Bahkan di desa-desa tertentu, pada akhir masa penjajahan Belanda, untuk melakukan upacara bersih desa disertakan pula sebilah keris kecil yang
disebut keris
sajen
Hasrinuksmo, 1988:15.
4.1.4 Keris Sebagai Identitas Pribadi Dalam filosofi keraton, keris menjadi sombol seorang laki-laki. Seorang
laki-laki akan syah disebut sebagai laki-laki apabila dia memiliki lima unsur. Kelima unsur tersebut adalah
wisma
rumah atau tempat tinggal
, garwa
wanita atau istri
, turangga
tunggangan atau kuda
, kukilo
burung sebagai hiburan
, lan curiga
senjata berupa keris Moerbiman:1980:34
.
Apabila kelima unsur tersebut telah dipenuhi, maka lelaki tersebut bisa dibilang memiliki kehidupan yang sudah mapan. Sehingga wajib hukumnya bagi
seorang laki-laki memiliki sebilah keris agar ia dapat disebut sebagai seorang laki- laki dan pantas untuk hidup berumah tangga karena hidupnya telah mapan.
Begitu tingginya nilai keris bagi filosofi Jawa, keris dianggap bisa menjadi wakil pemiliknya ketika tidak bisa hadir dalam sebuah acara. Di pulau Jawa, pada
upacara pernikahan kalau pengantin pria berhalangan hadir, ia boleh mewakilkan dirinya dengan sebilah keris miliknya. Keris itulah yang akan disandingkan
dengan pengantin perempuannya Harsrinuksmo, 1988:15.
4.1.5 Keris Sebagai Lambang Status Sosial Sebuah keris juga menjadi lambang status sosial seseorang, misalnya
seorang raja. Kekuasaan seorang raja baru dipandang sah oleh rakyatnnya manakala raja itu mengenakan keris pusaka kerajaan. Keris yang yang digunakan
raja ini tentu berbeda dengan yang digunakan oleh seorang
abdi dalem
Harsrinuksmo, 1988:15.
Para bangsawan dan kerabat kerajaan juga memiliki keris yang berbeda dengan yang dimiliki oleh rakyat jelata. Perbedaan tersebut terletak bahan,
pamor
keris, dan batu permata yang menempel pada keris. Keris seorang raja biasanya berlapis emas dan bertahta berlian. Keris ini dibuat secara khusus oleh seorang
empu berdasarkan permintaan sang raja. Iswandi, wawancara pribadi, 15 Januari 2012.
4.1.6 Keris Sebagai Kelengkapan Berbusana Seperti budaya-budaya yang lain, dalam dunia perkerisan juga terdapat
kebiasaan-kebiasaan, tata kesopanan dan etika. Hal tersebut berkaitan dengan aturan-aturan yang harus ditaati ketika menggunakan keris sebagai kelengkapan
berbusana. Penggunaan keris dalam busana Jawa bermacam-macam. Setiap letak
penggunaan keris memiliki makna yang berbeda-beda. Cara penggunaan keris ada tujuh macam yaitu:
ogleng
atau
angoglenganke
keris,
dederan
atau
andoran
,
kewal
atau
angewal
keris,
sungkeman
atau
anyumkemke
pusaka,
anganggar
pusaka,
sikep
atau
anyikep
pusaka, dan
brongsong
atau
ambrongsong
pusaka Koesni, 1979:113.
4.1.6.1
Ogleng
atau
Angoglenganke
Keris Cara ini merupakan pemakaian keris yang diselipkan di sela-sela sabuk
antara tumpukan kedua atau ketiga dari atas. Keris diletakkan condong ke kanan, dengan posisi warangka menengadah ke atas. Cara ini biasa digunakan dalam
suasana gembira dan tidak mengkhususkan diri menemui seseorang atau dalam pergaulan sehari-hari.
Gambar 9
Ogleng
http:harizant.multiply.comjournalitem109Cara_Pemakaian_Keris?show_int erstitial=1u=2Fjournal2Fitem
Diunduh 30082011, 0:41
4.1.6.2
Dederan
atau
Andoran Dederan
atau
andoran
merupakan cara penggunaan keris yang diselipkan di sela-sela sabuk tumpukan kedua dan ketiga dari atas. Letak keris harus lurus ke
atas dengan posisi warangka tetap menghadap ke kiri. Penggunaan keris ini diterapkan ketika akan menghadap sesepuh atau atasannya. Pemakaian keris
seperti ini bermakna bahwa pengguna keris menghormati orang yang didatangi atau menghormati tempat yang dianggap suci.
Gambar 10
Dederan
http:harizant.multiply.comjournalitem109Cara_Pemakaian_Keris?show_int erstitial=1u=2Fjournal2Fitem
Diunduh 30082011, 01:31
4.1.6.3
Kewal
atau
Angewal
Keris
Kewal
atau
angewal
keris merupakan cara pemakaian keris di sela-sela tumpukan sabuk antara larik kedua dan ketiga. Letak keris mendoyong ke kiri
dengan ukiran atau warangkanya menghadap ke atas. Pada masa dulu pemakaian seperti ini biasa dilakukan oleh para prajurit dalam waktu siap siaga dan tidak
dibenarkan digunakan pada saat baris-berbaris Koesni, 1979:114.
Gambar 11
Kewal
http:harizant.multiply.comjournalitem109Cara_Pemakaian_Keris?sh ow_interstitial=1u=2Fjournal2Fitem
Diunduh 30082011, 01:50
4.2 Fungsi Keris Saat Ini