1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan
kualitas sumber daya manusia SDM. Sejalan dengan perkembangan dunia pendidikan yang semakin menuntut lembaga pendidikan untuk dapat lebih
menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, banyak perhatian khusus diarahkan kepada perkembangan dan kemajuan pendidikan guna
mengingkatkan mutu dan kualitas pendidikan Isjoni, 2009:7. Salah satu faktor utama yang menentukan mutu dan kualitas pendidikan adalah guru.
Gurulah yang berada dibarisan terdepan dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia. Guru berhadapan langsung dengan para peserta didik atau siswa
di kelas melalui proses pembelajaran. Ditangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik secara akademis, skill keahlian, kematangan
emosional, moral maupun spiritual Kusnandar, 2008: 40. “Guru dikatakan
sebagai jabatan dan pekerja profesional”. Kalimat ini sudah seringkali didengar dan diucapkan, tetapi tidak mudah untuk dilaksanakan. Hal ini dapat dirasakan,
dinilai, diamati, dari situasi kelas, hasil belajar siswa, dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Ukuran yang mudah untuk
mengukur keprofesionalan guru adalah jika kelas yang diajar menjadi “surganya siswa untuk belajar”, atau “kehadiran guru sebagai pengajar selalu
dina ntikan siswa” Sugiyanto, 2009:1.
Sebagai seorang pendidik, diketahui bahwa profesionalisme seorang guru bukanlah pada kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi lebih
kepada kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi siwanya. Menurut Degeng 1998: 1-2, daya tarik suatu mata
pelajaran atau pembelajaran ditentukan oleh dua hal, pertama oleh mata pelajaran itu sendiri, dan kedua oleh cara mengajar guru. Oleh karena itu tugas
profesional seorang guru adalah menjadikan pelajaran yang sebelumnya tidak menarik menjadi menarik yang dirasakan sulit menjadi mudah dan yang
tadinya tak bermakna menjadi bermakna
Salah satu mata pelajaran wajib di sekolah dasar ialah Ilmu Pengetahuan Sosial IPS. Di sekolah-sekolah dasar masih terdapat proses pembelajaran IPS
dengan model tradisional yakni dengan metode ceramah. Hal ini membuat siswa menjadi cepat bosan, malas dan akhirnya aspek kognitif, afektif, dan
psikomotoriknya tidak berkembang dengan optimal. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan observasi dan wawancara dengan guru kelas,
mulai dari kelas I-V guna untuk mencari permasalahan pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Pada saat observasi dan wawancara dengan beberapa
guru kelas, peneliti memilih untuk melakukan penelitian di kelas IV, dikerenakan di kelas IV terdapat 3siswa yang sudah 2kali tidak naik kelas.dan
terdapat permasalahan dalam pembelajaran khususnya mata pelajaran IPS. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas yang dilakukan
oleh peneliti di kelas IV Sekolah Dasar Negeri SDN Kalongan Depok pada tanggal 11 Oktober 2012, diketahui bahwa di dalam kelas guru menggunakan
motode ceramah dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa
sehingga tampak kebosanan dalam diri siswa ketika mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas.Dari hasil wawancara dengan guru kelas,
diketahui bahwa gurutidak memahami macam-macam model pembelajaran, sehingga guru mengalami kendala jika menerapkan model pembelajaran yang
inovatif di kelas. Berkenaan dengan minat, siswa kelas IV tidak terlihat minat dalam proses pembelajaran IPS ketika proses pembelajaran di kelashal ini
berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan minat siswa pada kondisi awal dengan rata-rata minat 38,12 dari 27 siswa. Hal ini dibuktikan dengan
ketidaktertarikan siswa terhadap mata pelajaran IPS, seperti siswa hanya diam saja, bergurau dengan teman, mengantuk, dll sehingga siswa terlihat pasif.
Selain itu, dalam wawancara peneliti memperoleh informasi berupa data prestasi siswa kelas IV SDNegeri Kalongan Depok tahun ajaran 20112012
pada mata pelajaran IPS semester II khususnya Kompetensi Dasar KD2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
yang lulus dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM 65 hanya 44 dari 27 siswa dan hanya 12 siswa yang lulus KKM.
Melihat permasalahan tersebut di atas dan untuk mengoptimalkan minat dan prestasi belajar siswa diperlukan langkah-langkah yang tepat untuk dapat
diterapkan guna mengatasi hal tersebut. Metode pembelajaran ceramah yang selama ini digunakan harus diubah dengan model pembelajaran yang mampu
memotivasi siswa untuk menumbuhkan minat belajar dalam pembelajaran, misalnya dengan model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pengajaran yang melibatkan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan
bersama. Model pembelajaran kooperatif lebih menekankan interaksi antar siswa. Dari sini siswa akan melakukan komunikasi aktif dengan sesama
temannya. Dengan komunikasi tersebut diharapkan siswa dapat menguasai materi pelajarannya dengan mudah karena siswa lebih mudah memahami
penjelasan dari temannya dibandingkan penjelasan dari guru karena taraf pengetahuan serta pemikiran merasa lebih sejalan dan sepadan.
Salah satu metode dalam model pembelajaran kooperatif adalah metodejigsaw. Dalam pembelajaran ini siswa di bagi dalam kelompok-
kelompok heterogen untuk kemudian siswa dapat menempatkan diri pada kelompok ahli yang akan mengerjakan tugas yang harus dibahas, setelah itu
kembali ke kelompoknya dan bertanggung jawab kepada kelompok akan tugas yang dikerjakan sehingga kelompok menjadi mengerti sehingga siswa yang
tidak tahu menjadi tahu. Sejalan
dengan hal
tersebut, model
pembelajaran kooperatif
metodejigsaw diharapkan dapat meningkatkan pembelajaran di SDNegeri Kalongan Depok khususnya dalam mata pelajaran IPS kelas IV. Sehingga
siswa diharapkan dapat menggali potensi dan pengalamannya dalam meningkatkan belajarnya di sekolah.
B. Batasan Masalah