PERANCANGAN Analisis perbandingan kinerja standar IEEE 802.11b dengan standar IEEE 802.11g pada teknologi wireless LAN.

31 Gambar 3.6 Skenario Keempat. III.4 Pengaturan Access Point. Tahap yang dilakukan sebelum pengaturan access point adalah pengaturan alamat IP untuk LAN card. Langkah-langkahnya yaitu : 1. Pada PC dekstop, menu start dipilih dan kemudian dipilih menu lainya yaitu memilih contol panel, memilih network and internet, memilih network and sharing center. 2. Di menu sebelah kiri, tombol change adapter settings dipilih. 3. Pada wireless network connection tombol properties dipilih. Penjelasan ini diperlihatkan pada Gambar.3.7. Gambar.3.7. Pengaturan Local Area Connection 4. Tombol pada internet protocol version 4 TCPIPv4dipilih lalu dipilih properties. 32 5. Tombol use the following ip address dipilih, pada alamat IP private diisikan pada kolom ip address. dan pada kolom subnet mask diisikan subnet mask. kemudian tombol ok dipilih. Penjelasan ini diperlihatkan pada Gambar.3.8. Gambar.3.8. Pengaturan TCPIPv4 6. Laptop juga diatur demikian namun dengan alamat IP “192.168.1.3”. 7. Selanjutnya access point dengan kabel RJ45 straigh disambungkan ke PC dekstop. 8. Alamat homepage untuk mengatur access point berbeda-beda untuk setiap merk. Dalam pengukuran ini alamat homepage access point adalah 192.168.1.1. Langkah ini diperlihatkan pada Gambar 3.9. Gambar.3.9. Homepage Browser 33 9. Akan muncul halaman login, username “admin” dan password “admin” diisi. Langkah ini diperlihatkan pada Gambar 3.10. Gambar.3.10. username dan password “admin”. 10. Setelah masuk ke halaman pengaturan tombol basic settings dipilih pada menu wireless. mode yang dipakai yaitu G, B, atau B dan G harus ditentukan pada pengaturan ini. Tombol network mode dipilih menjadi B- only atau G-only, dan beri nama SSID dengan “dominikus 2”. Tombol apply changes dipilih. Pengaturan access point selesai. Langkah ini diperlihatkan pada Gambar 3.11. Gambar.3.11.Wireless Basic Setting 11. Pengetesan dilakukan dengan cara ping ke laptop dari PC dekstop, perintahnya adalah ping 192.168.1.3. Jika berhasil, maka pengukuran parameter lain sudah dapat dilakukan. 34 III.5 Langkah Pengujian, Pengambilan, dan Analisis Data. 1. Memilih sebuah file yang nantinya akan digunakan untuk transmisi data dalam melakukan pengujian. File yang dipilih berukuran 25 MB, 50 MB, 100 MB, bernama “data 1.zip”, “data 2.zip”, “data 3.zip”. 2. Pengetesan jalur komunikasi data antara PC desktop dan laptop dilakukan dengan melakukan ping alamat IP dari PC dekstop yaitu “ping 192.168.1.3”. 3. File dengan nama “data 1.zip”, “data 2.zip”, “data 3.zip” ditempatkan di PC dekstop. 4. Alat pengukuran DU Meter dan Axence Net Tool diaktifkan. 5. Browser di laptop dibuka dan ftp:192.168.1.2 diketik pada address bar. 6. File “data 1.zip”, “data 2.zip”, “data 3.zip”didownload. 7. Dilakukan pengamatan pada DU Meter dan Axence Net Tool untuk mengetahui throughput, packet loss, dan delay. 8. Pengukuran dilakukan sebanyak 10 kali transmisi file. Throughput, packet loss, dan delay yang didapat pada setiap transmisi 1 file berhasil itu dicatat. 9. Setelah data terkumpul, data mentah yang didapat dalam pengukuran dimasukan ke dalam Microsoft Excel. Setelah itu tahap berikutnya adalah mencari rata-rata untuk throughput, packet loss, dan delay. 10. Agar didapatkan pengamatan yang lebih jelas, data disajikan dalam bentuk grafik. 11. Selanjutnya analisa dilakukan terhadap hasil pengukuran sehingga didapatkan kesimpulan yang mengarah kesesuaian atau ketidaksesuaian dengan teori. 35

BAB IV DATA DAN ANALISIS KINERJA JARINGAN

IV. Analisis Data

Pengukuran parameter QOS Throughput, Delay, dan Packet loss pada WLAN 802.11b dan 802.11g dilakukan pada kondisi noise dan noiseless. Pengambilan data dilakukan dengan kegiatan download dan upload berdasarkan jarak dan ukuran file data yang telah ditentukan. Berikut ini adalah tabel rata – rata dan gambar hasil pengukuran parameter QOS:

IV.1 Analisis Kinerja Kasus 1

Analisa kinerja kasus I meliputi pengukuran download dan upload yang dilakukan berdasarkan besar ukuran file yang berjarak 50 meter yang terdiri dari pengukuran throughput, delay, dan packet loss dalam kondisi tempat noiseless.

IV.1.1 Throughput

Hasil pengukuran parameter throughput noiseless wlan 802.11b dan 802.11g berdasarkan ukuran file download dan upload pada jarak 50 Meter dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.1. Tabel 4.1 Rata-rata pengukuran throughput pada jarak 50 meter kondisi noiseless. Ukuran File MB 25 50 100 Mode G Upload Mbps 2.9 2.63 2.45 Mode G Download Mbps 2.79 2.72 2.65 Mode B Upload Mbps 2.23 2.15 1.97 Mode B Download Mbps 2.25 2.36 2.25 36 Gambar 4.1. Grafik throughput download dan upload noiseless pada jarak 50 Meter. Hasil pengukuran throughput download dan upload pada WLAN 802.11b dan 802.11g dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.1. Saat melakukan download dan upload data 25 MB pada WLAN 802.11b dan 802.11g memiliki throughput cukup besar jika dibandingkan dengan download dan upload data 50 MB dan 100 MB. Hal ini dipengaruhi kuat sinyal yang diterima dan besarnya ukuran file saat download dan upload, karena semakin besar ukuran file maka jaringan akan memproses paket data lebih banyak sehingga besar kemungkinan terjadi overhead pada layer physical. Perbandingan besarnya throughput antara WLAN 802.11g dan WLAN 802.11b menunjukan bahwa WLAN 802.11g lebih baik karena teknik modulasi yang digunakan oleh WLAN 802.11g yaitu OFDM lebih tahan terhadap interfensi dibandingkan DSSS. OFDM juga memiliki preamble yang lebih pendek, sehingga membuat paket data yang dibawa lebih banyak dan load kerja layer physical dan MAC tidak terlalu tinggi untuk mengolah paket data menjadi frame. WLAN 802.11b menggunakan teknik modulasi DSSS dalam transfer data hanya 11 Mbps, jika dibandingkan dengan OFDM modulasi DSSS preamble lebih besar sehingga proses paket data lebih banyak. Perbedaan throughput download dan upload data 50MB pada WLAN 802.11g dan WLAN 802.11b banyak dipengaruhi oleh kemampuan server dalam memberikan layanan walaupun kuat sinyal cukup besar diterima oleh client dan hal ini juga berlaku saat download dan upload data 100MB. 37

IV.1.2 Delay

Hasil pengukuran parameter delay noiseless WLAN 802.11b dan 802.11g berdasarkan ukuran file download dan upload pada jarak 50 Meter dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.2. Tabel 4.2 Rata-rata pengukuran delay pada jarak 50 meter kondisi noiseless. Ukuran File MB 25 50 100 Mode G Upload ms 2.73 3.36 3.58 Mode G Download ms 2.95 3.14 3.27 Mode B Upload ms 3.9 4.08 4.41 Mode B Download ms 3.38 3.65 7.21 Gambar 4.2 Grafik delay download dan upload noiseless pada jarak 50 Meter. Hasil pengukuran delay dengan kegiatan download dan upload pada WLAN 802.11b dan WLAN 802.11g dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.2. Besar delay sangat kecil saat download dan upload data sebesar 25MB dari pada delay pada saat download dan upload data 50MB atau 100MB karena kinerja wireless saat memproses ukuran file 25MB tidak terlalu berat. Waktu delay WLAN 802.11g lebih kecil dari pada WLAN 802.11b saat download dan upload data 50MB karena WLAN 802.11g memiliki throughput yang lebih besar dan teknik modulasi WLAN 802.11g 38 memiliki kelebihan pada transfer rate lebih besar dan lebih optimal dalam transfer paket data. Saat download 100MB WLAN 802.11b memiliki delay cukup besar dibandingkan WLAN 802.11g karena terjadi overhead pada jaringan sehingga banyak data yang hilang sehingga meningkatkan system ack.

IV.1.3 Packet Loss

Hasil pengukuran parameter packet loss noiseless WLAN 802.11b dan 802.11g berdasarkan ukuran file download dan upload pada jarak 50 Meter dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.3. Tabel 4.3 Rata-rata pengukuran packet loss pada jarak 50 meter kondisi noiseless. Ukuran File MB 25 50 100 Mode G Upload 0.3 1 1 Mode G Download 0.1 0.6 Mode B Upload 0.5 1.1 Mode B Download 2 3.3 5.5 Gambar 4.3 Grafik packet loss download dan upload noiseless pada jarak 50 Meter. Hasil pengukuran persentase packet loss dengan download dan upload pada 39 WLAN 802.11b dan 802.11g dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.3. Persentase packet loss download dan upload data 25MB lebih kecil karena kinerja jaringan tidak terlalu berat. Saat download dan upload data 50MB persentase packet loss meningkat. WLAN 802.11g lebih baik dibanding WLAN 802.11b karena persentase packet loss WLAN 802.11b lebih besar dari pada WLAN 802.11g disebabkan oleh kuat sinyal. Jika sinyal yang diterima kecil memungkinkan packet loss lebih besar, teknik modulasi yang digunakan untuk proses transfer data DSSS hanya memiliki kemampuan transfer rate 11Mbps sedangkan OFDM mampu membawa paket data lebih besar dari DSSS dan kemampuan transfer rate secara teori mencapai 54Mbps. Saat download 100MB persentase packet loss sangat tinggi dikarenakan overhead pada jaringan saat memproses paket data, kemudian adanya system ack ulang untuk paket data yang hilang membuat overhead pada jaringan lebih berat.

IV.2 Analisis Kinerja Kasus 2

Analisa kinerja kasus 2 meliputi pengukuran download dan upload yang dilakukan berdasarkan jarak yang mempunyai ukuran file 50 MB yang terdiri dari pengukuran throughput, delay, dan packet loss dalam kondisi tempat noiseless.

IV.2.1 Throughput

Hasil pengukuran parameter throughput noiseless WLAN 802.11b dan 802.11g berdasarkan jarak pada ukuran file 50 MB dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.4. Tabel 4.4 Rata-rata pengukuran throughput pada ukuran file 50MB kondisi noiseless. Jarak Meter 5 50 75 Mode G Upload Mbps 11.12 2.9 0.9392 Mode G Download Mbps 5.37 2.79 1.041667 Mode B Upload Mbps 4.35 2.23 0.7675 Mode B Download Mbps 4.21 2.25 1.0092 40 Gambar 4.4. Grafik throughput download dan upload noiseless ukuran file 50MB. Hasil pengukuran throughput berdasarkan jarak dengan melakukan download dan upload data yang telah ditentukan pada WLAN 802.11b dan 802.11g dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.4. Besar throughput saat pengambilan data jarak 5 meter sangat baik karena client dan server sangat dekat jaraknya dan kuat sinyal yang diterima client sangat baik sehingga mempengaruhi besarnya throughput. Penurunan throughput pada WLAN 802.11b dan WLAN 802.11g saat pengukuran jarak 50 meter dipengaruhi oleh turunnya kuat sinyal pada client karena jarak yang jauh sehingga mempengaruhi besar throughput sehingga fragmentasi paket data pada layer physical dan MAC menjadi lebih lama. Propagasi sinyal yang diterima WLAN 802.11b menjadi menurun karena jarak yang jauh dan memungkinkan terkena gangguan membuat besar throughput turun. Jika dibandingkan dengan WLAN 802.11g, kualitas throughput lebih besar karena menggunakan modulasi OFDM yang lebih resisten terhadap gangguan, jangkuan sinyal yang baik dan tidak mudah terhambat. Saat download dan upload pada jarak 75 meter kualitas throughput menurun karena dipengaruhi oleh kuat sinyal yang sangat rendah.

IV.2.2 Delay

Hasil pengukuran parameter delay noiseless wlan 802.11b dan 802.11g berdasarkan jarak pada ukuran file 50 MB dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.5.