Analisis perbandingan kinerja standar IEEE 802.11b dengan standar IEEE 802.11g pada teknologi wireless LAN.
DENGAN STANDAR IEEE 802.11g PADA TEKNOLOGI WIRELESS LAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Program Studi Teknik Informatika
Oleh:
Dominikus Adi Kusuma Wardana
075314074
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
(2)
802.11b STANDARD AND IEEE 802.11g STANDARD ON WIRELESS
LAN TECHNOLOGY
A THESIS
Presented as Partial Fulfillment of The Requirements
to Obtain The Sarjana Komputer Degree
in Informatics Engineering Study Program
By:
Dominikus Adi Kusuma Wardana
075314074
INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM
INFORMATICS ENGINEERING DEPARTMENT
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2013
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
ABSTRAK
Kemajuan teknologi membawa kemajuan pada perangkat pertukaran data komputer yang tidak hanya melalui kabel, namun telah berkembang menjadi teknologi mobile seperti wireless. Teknologi wireless sendiri bermacam-macam seperti infrared, bluetooth, radio frequency, GSM/CDMA, dan wireless LAN (802.11). Wireless LAN biasanya digunakan pada lingkungan yang penggunanya selalu mobile atau berpindah-pindah tempat dan tidak ada jaringan kabel untuk penyaluran data Tipe untuk standarisasi wireless LAN juga terbagi menjadi 802.11a, 802.11b, 802.11g, dan 802.11n.
Tugas akhir ini membandingkan kinerja wireless 802.11b dan 802.11g pada perangkat wireless LAN dan melihat hubungannya dengan QoS (Quality of Service). QoS yang diukur berupa parameter throughput, delay, dan packet loss. Tugas akhir ini diharapkan mampu memberikan penjelasan dan alasan keunggulan atau kelemahan kedua standar wireless LAN yaitu 802.11b dan 802.11g. Pengukuran dilakukan dengan melakukan transfer data (Upload dan download) pada kondisi noiseless dan noise pada ukuran file sebesar 25 MB, 50 MB, 100 MB serta pada jarak antara komputer server dan client yaitu 5meter, 50meter, 75meter.
Dari hasil pengukuran setiap skenario, penelitian ini mengkonfirmasi teori yang menyatakan bahwa kinerja WLAN 802.11g memiliki performansi yang lebih baik dari pada WLAN 802.11b, terkait kinerja throughput, delay, dan packet loss.
(8)
ABSTRACT
The development of technology comes to the era where data transfer is no longer necessary to use wire, in fact it has been developed into mobile technology as in wireless. Wireless technology itself is vary, such as infrared, bluetooth, radio frequency, GSM/CDMA, and wireless LAN (802.11). Wireless LAN is usually used in the environment where the users are usually mobile or dinamically moving and there is no linked cable to transfer the data. Types to standardize wireless LAN are also divided into 802.11a, 802.11b, 802.11g, and 802.11n.
This final project is comparing the performance of wireless 802.11b and 802.11g in the wireles LAN hardware and seeing its co-relation towards QoS (Quality of Service). QoS that is measured is the throughput parameter, delay, and packet loss. This final project is dedicated to give explanation and reason of both wireless LAN standard 802.11b and 802.11g's benefits and weakneses. The measurement is conducted by doing the data transfer (upload and download) in the noiseless and noise condition in several file sized 25 MB, 50 MB, 100 MB and in the distance of server computer into client computer in 5 metre, 50 metre, 75 metre.
From the result of each scenario's measurement, this research confirmed the theory that state if the performance of WLAN 802.11g has the better performance than WLAN 802.11b, related to the performance of throughput, delay and packet loss.
(9)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala rahmat dan anugerah yang
telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir
”
ANALISISPERBANDINGAN KINERJA STANDAR IEEE
802.11b DENGAN STANDAR IEEE 802.11g PADA
TEKNOLOGI WIRELESS LAN
”
ini dengan baik. Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis tidak lepas dari
bantuan sejumlah pihak, oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1.
Tuhan Yesus Kristus, yang telah menjawab semua doa-doa penulis dan
mencurahkan berkat sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
2.
Ibu Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc. selaku Dekan Fakultas
Sains dan Teknologi.
3.
Ibu Ridowati Gunawan, S.Kom., M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik
Informatika.
4.
Bapak Damar Widjaja, S.T, M.T., selaku dosen pembimbing tugas akhir dari
penulis.
5.
Bapak Albertus Agung Hadhiatma, S.T., M.T. dan Bapak Stephanus Yudianto
Asmoro S.T., M.Kom. selaku penguji tugas akhir ini.
6.
Orangtua, kakak, dan adik dari penulis yang telah memberi dukungan doa,
materi, serta semangat. Tanpa semua itu penulis tidak akan memperoleh
kesempatan untuk menimba ilmu hingga jenjang perguruan tinggi dan
akhirnya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
7.
Margareta Riris Rimawati kekasih dari penulis yang telah memberi dukungan
doa dan semangat sehingga membantu penulis dalam menempuh studi dengan
lancar.
(10)
(11)
MOTTO
“TIADA DOA YG LEBIH INDAH SELAIN DOA AGAR SKRIPSI INI CEPAT SELESAI”
“KUOLAH KATA, KUBACA MAKNA, KUIKAT DALAM ALINEA, KUBINGKAI DALAM BAB SEJUMLAH LIMA, JADILAH MAHAKARYA, GELAR SARJANA KUTERIMA, ORANGTUA,CALON ISTRI DAN CALON MERTUA PUN BAHAGIA” “WISUDA SETELAH 12 SEMESTER ADALAH KESUKSESAN YANG TERTUNDA”
“LEBIH BAIK TERLAMBAT DARIPADA TIDAK WISUDA SAMA SEKALI” “SAYA DATANG, SAYA BIMBINGAN, SAYA UJIAN, SAYA REVISI DAN SAYA
(12)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tujuh Layer Komunikasi Data (OSI Layer) dan TCP/IP……..………6
Gambar 2.2 Proses Enkapsulasi Data……….8
Gambar 2.3 Format IP Datagram……….10
Gambar 2.4 Mode Jaringan Infrastuktur………..13
Gambar 2.5 Mode Jaringan ad-hoc………..13
Gambar 2.6 Model Hubungan FTP………..21
Gambar 2.7 Screenshoot Software Axence Net Tool………..23
Gambar 2.8 Screenshoot Network Stumbler………24
Gambar 2.9 Grafik Sinyal Wireless Pada Network Stumbler………...24
Gambar 2.10 Geafik pengukuran menggunakan DU Meter………..25
Gambar 3.1 Access point Linksys WRT320N……….27
Gambar 3.2 Diagram Arus Pengujian………..27
Gambar 3.3 Skenario Pertama………..29
Gambar 3.4 Skenario Kedua………29
Gambar 3.5 Skenario Ketiga………30
Gambar 3.6 Skenario Keempat………31
Gambar 3.7 Pengaturan Local Area Coneection……….31
Gambar 3.8 Pengaturan TCP/IPv4………...32
Gambar 3.9 Homepage Browser………..32
(13)
Gambar 3.11 Wireless Basic Setting………..33 Gambar 4.1 Grafik troughput download dan upload noiseless pada jarak 50M...36 Gambar 4.2 Grafik delay download dan upload nioseless pada jarak 50M…..…..37 Gambar 4.3 Grafik Packet loss download dan upload noiseless pada jarak 50M...38 Gambar 4.4 Grafik throughput download dan upload noiseless pada
Ukuran file 50MB………...40 Gambar 4.5 Grafik delay download dan upload noiseless pada Ukuran
File 50MB……..………..40 Gambar 4.6 Grafik Packet loss download dan upload noiseless pada
Ukuran file 50MB……….43 Gambar 4.7 Grafik throughput download dan upload noise pada jarak 50Meter…44 Gambar 4.8 Grafik delay download dan upload noise pada jarak 50Meter……….45 Gambar 4.9 Grafik packet loss download dan upload noise pada jarak 50Meter…46 Gambar 4.10 Grafik Throughput download dan upload noise pada ukuran
file 50MB……….48 Gambar 4.11 Grafik delay download dan upload noise pada ukuran file 50MB…...49 Gambar 4.12 Grafik packet loss download dan upload noise pada ukuran
file 50MB………..50
(14)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Memperlihatkan perbedaan standar IEEE 82.11……….16 Tabel 2.2 Kebutuan aplikasi terhadap QoS………..20 Tabel 3.1 Spesifikasi access point Linksys WRT320N………...26 Tabel 4.1 Rata-rata pengukuran throughput pada jarak 50 Meter kondisi
noiseless………35 Tabel 4.2 Rata-rata pengukuran delay pada jarak 50 Meter kondisi
noiseless………37 Tabel 4.3 Rata-rata pengukuran packet loss pada jarak 50 Meter kondisi
noiseless………38 Tabel 4.4 Rata-rata pengukuran throughput pada ukuran file 50 MB kondisi
noiseless………39 Tabel 4.5 Rata-rata pengukuran delay pada ukuran file 50 MB kondisi
noiseless………41 Tabel 4.6 Rata-rata pengukuran packet loss pada ukuran file 50 MB kondisi
noiseless………42 Tabel 4.7 Rata-rata pengukuran throughput pada jarak 50 Meter kondisi
noise…..………44 Tabel 4.8 Rata-rata pengukuran delay pada jarak 50 Meter kondisi
noise………..………45 Tabel 4.9 Rata-rata pengukuran packet loss pada jarak 50 Meter kondisi
noise…..………46 Tabel 4.10 Rata-rata pengukuran throughput pada ukuran file 50 MB kondisi
(15)
Tabel 4.11 Rata-rata pengukuran delay pada ukuran file 50 MB kondisi
nois………...………42
Tabel 4.12 Rata-rata pengukuran packet loss pada ukuran file 50 MB kondisi noise…………..………42
(16)
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL………...………..…i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………...iii
HALAMAN PENGESAHAN………...…..iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH………...…………. ……...v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………vi
ABSTRAK………...vii
ABSTRACT………...………viii
KATA PENGANTAR………...ix
MOTTO………...……….xi
DAFTAR GAMBAR………..…xii
DAFTAR TABEL………..xiv
DAFTAR ISI………..xvi
BAB I PENDAHULUAN………...1
I.1 Latar Belakang………...1
I.2 Rumusan Masalah………...2
I.3 Tujuan Penulisan………2
I.4 Manfaat Penelitian………..2
I.5 Batasan Masalah……….2
I.6 Metodologi Penelitian………....3
I.7 Sistematika Penulisan……….4
BAB II LANDASAN TEORI………..6
(17)
II.2 Wireless Local Area Network………..12
II.2.1 Mode Jaringan WLAN………..12
II.2.2 Teknologi WLAN………..14
II.3 Standar IEEE 802.11………15
II.3.1 Standar IEEE 802.11b………...16
II.3.2 Standar IEEE 802.11g………...16
II.4 Quality Of Service………17
II.5 File Transfer Protokol………..20
II.6 Alat Pengukuran………...21
II.6.1 Software Axence Net Tool………22
II.6.2 Network Stumbler……….23
II.6.3 DU Meter………...25
BAB III PERANCANGAN...26
III.1 Peralatan………...26
III.2 Diagram Alir Desain Pengujian………...27
III.3 Desain Sistem Jaringan………28
III.3.1 Skenario Pertama………...28
III.3.2 Skenario Kedua……….29
III.3.3 Skenario ketiga………..30
III.3.4 Skenario Keempat……….30
III.4 Pengaturan Access Point………..31
(18)
BAB IV DATA DAN ANALISIS KINERJA JARINGAN……….35
IV .1 Analisa Data……….35
IV.2 Analisa Kinerja Kasus 1………...35
IV.2.1 Throughput………...35
IV.2.2 Delay………...….………37
IV.2.3 Packet Loss………..……….38
IV.3 Analisa Kinerja Kasus 2………..……….39
IV.3.1 Throughput……….………..39
IV.3.2 Delay……….………40
IV.3.3 Packet Loss……….…..42
IV.4 Analisa Kinerja Kasus 3………...43
IV.4.1 Throughput………...43
IV.4.2 Delay………45
IV.4.3 Packet Loss………..46
IV.5 Analisa Kinerja Kasus 4………...47
IV.5.1 Throughput………...47
IV.5.2 Delay………48
IV.5.3 Packet Loss………...50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………52
V.1 Kesimpulan………...52
V.2 Saran……….52
(19)
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kemajuan teknologi membawa kemajuan pada perangkat pertukaran data komputer yang tidak hanya melalui kabel, namun telah berkembang menjadi teknologi mobile seperti wireless [1]. Wireless adalah teknologi tanpa kabel dalam hubungan telekomunikasi dengan menggunakan gelombang elektromagnetik sebagai media penghubungnya. Saat ini perkembangan teknologi wireless sedang berkembang pesat. Berbagai macam perangkat komunikasi seperti telepon seluler dan laptop, telah dapat terkoneksi dengan internet secara mudah. Teknologi wireless sendiri bermacam-macam seperti infrared, bluetooth, radio frequency, GSM/CDMA, dan wireless LAN (802.11).
Wireless LAN biasanya digunakan pada lingkungan yang penggunanya selalu mobile atau berpindah-pindah tempat dan tidak ada jaringan kabel untuk penyaluran data [2]. Wireless LAN menggunakan frekuensi 2,4 Ghz yang disebut dengan ISM band (Industrial, Scientific, Medical) yang dialokasi oleh FCC (Federal Communication Commission), sebuah komisi komunikasi dunia untuk keperluan industri, sains, dan badan kesehatan. Frekuensi ini bebas digunakan oleh siapa saja namun tidak boleh menggunakan pemancar berdaya tinggi.
Tipe untuk standarisasi wireless LAN juga terbagi menjadi 802.11a, 802.11b, 802.11g, dan 802.11n. Selain perbedaan dari segi maksimum transfer rate, juga terdapat perbedaan dari metode transmisi dan jangkauannya. Standart 802.11a bekerja di frekuensi 5 Ghz yang menggunakan teknik modulasi frekuensi orthogonal-division multiplexing (OFDM) dan dapat beroperasi hingga 54 Mbps. OFDM adalah sebuah teknik transmisi yang menggunakan beberapa buah frekuensi (multicarrier) yang saling tegak lurus (orthogonal).Standar 802.11b bekerja pada frekuensi 2,4 Ghz dapat beroperasi hingga 11Mbps yang menggunakan teknik modulasi direct-sequence spread-spectrum (DSSS). DSSS adalah salah satu dari pendekatan spread-spectrum untuk pengiriman data digital kecepatan tinggi melalui frekuensi radio. Transmisi pada 802.11g bekerja pada frekuensi 2,4 Ghz yang beroperasi hingga 54 Mbps dan menggunakan modulasi OFDM yang sama dengan 802.11a.
(20)
Tugas akhir ini akan membandingkan kinerja wireless 802.11b dan 802.11g pada perangkat wireless LAN dan melihat hubungannya dengan QoS (Quality of Service). QoS yang akan diukur berupa parameter throughput, delay, dan packet loss. Tugas akhir ini diharapkan mampu memberikan penjelasan dan alasan keunggulan atau kelemahan kedua standar wireless LAN yaitu 802.11b dan 802.11g.
I.2 Rumusan Masalah
Beberapa permasalahan dapat dirumuskan dari latar belakang di atas, maka antara lain:
1. Bagaimana mengamati parameter throughput, delay, dan packet loss pada wireless LAN khususnya 802.11b dan 802.11g?
2. Bagaimana membandingkan parameter throughput, delay, dan packet loss pada 802.11b dan 802.11g?
I.3 Tujuan Penelitian
1. Memberikan hasil perbandingan kinerja parameter yang diukur yaitu throughput, delay, dan packet loss.
I.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini mempermudah para admin jaringan untuk memilih standart 802.11 pada infrastruktur jaringan yang dipakai.
I.5 Batasan Masalah
1. Pengukuran dilakukan dengan perangkat wireless tipe 802.11b dan 802.11g.
2. Pengujian dilakukan dengan transfer file (FTP).
3. Parameter yang diukur adalah throughput, delay, dan packet loss.
(21)
I.6 Metodologi Penelitian
Metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan tugas akhir ini adalah: 1. Studi literatur:
a. Teori jaringan komputer dan wireless LAN(WLAN). b. Teori QOS (Quality of Service).
c. Teori FTP(File Transfer Protocol).
2. Perencanaan skenario pengujian dan alat pengujian.
Skenario pertama dilakukan dengan menempatkan 1 access point dan 1 PC dekstop, di sisi lain terdapat 1 laptop .Access point diatur pada mode G. Kedua perangkat akan melakukan transfer file dengan FTP(File Transfer Protocol). Transmission rate pada access point diatur pada 11Mbps. Akan diamati perolehan throughput, delay, dan packet loss dari pertukaran data tersebut. Skenario ini akan dilakukan pada tempat dengan kondisi noiseless.
Skenario kedua dilakukan dengan menempatkan 1 access point dan 1 PC dekstop, di sisi lain 1laptop.Access point diatur pada mode B. Kedua perangkat akan melakukan transfer file dengan FTP(File Transfer Protocol). Transmission rate yang dipakai adalah transmission rate maximum dari mode B yaitu 11Mbps dan pengukuran ini dilakukan pada tempat dengan kondisi noiseless. Akan diamati perolehan throughput, delay, dan packet loss dari pertukaran data tersebut.
Skenario ketiga dilakukan dengan menempatkan 1 access point dan 1 PC dekstop, di sisi lain terdapat 1 laptop .Access point diatur pada mode G. Kedua perangkat akan melakukan transfer file dengan FTP(File Transfer Protocol). Transmission rate pada access point diatur pada 11Mbps. Akan diamati perolehan throughput, delay, dan packet loss dari pertukaran data tersebut. Skenario ini akan dilakukan pada tempat dengan kondisi noise.
Skenario keempat dilakukan dengan menempatkan 1 access point dan 1 PC dekstop, di sisi lain 1 laptop. Access point diatur pada mode B. Kedua perangkat akan melakukan transfer file dengan FTP(File Transfer
(22)
Protocol). Transmission rate yang dipakai adalah transmission rate maximum dari mode B yaitu 11Mbps dan pengukuran ini dilakukan pada tempat dengan kondisi noise. Akan diamati perolehan throughput, delay, dan packet loss dari pertukaran data tersebut.
3. Pengukuran dan pengumpulan data.
Pengukuran dan pengumpulan data dilakukan dengan melihat traffict jaringan melalui alat ukur jaringan yang dipakai. Untuk tempat pada kondisi noise, pengukuran akan dilakukan di lingkungan kampus. Untuk memperoleh data yang pengukuran yang cukup, pengukuran akan dilakukan sebanyak 10 kali untuk setiap skenario.
4. Analisis data
Dari data pengukuran yang diperoleh akan dicari perhitungan nilai rata-rata throughput, delay, dan packet loss untuk masing-masing skenario. Kemudian hasil perhitungan tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik perbandingan antar skenario. Diharapkan dari hasil analisa pengukuran tersebut dapat ditarik kesimpulan.
I.7 Sistematika Penulisan
Penulisan Tugas Akhir ini disajikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini merupakan penjelasan tentang teori yang berkaitan dengan judul/rumusan masalah.
(23)
BAB III PERANCANGAN
Bab ini merupakan perencangan yang dilakukan sebelum pengujian.
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS
Bab ini berisi tentang pelaksanaan pengujian dan pembahasan hasil pengujian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari tugas akhir ini dan saran dari penulis.
(24)
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Jaringan Komputer TCP/IP
Banyaknya ketidakcocokan pada sistem komunikasi pada tahun 1970, melandasi ISO (International Standarts Organization) mengembangkan model komunikasi LAN (Local Area Network) standar yang disebut OSI (Open System Interconnect) yang membagi proses komunikasi menjadi tujuh lapisan/layer [3]. Sedangkan untuk protokol TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol), layer presentation dan session tidak dipakai.
Gambar 2.1 Tujuh layer komunikasi data (OSI layer) dan lapisan TCP/IP [3].
Gambar 2.1 memperlihatkan tujuh tingkatan OSI layer yang masing-masing memiliki tugas yang berbeda-beda, yaitu :
1. Physical Layer
Fungsi : bertanggung jawab untuk mengaktifkan dan mengatur physical interface jaringan komputer.
Contoh : hub dan repeater. 2. Datalink Layer
Fungsi : mengatur topologi jaringan, error notification, dan flow control. Contoh : switch dan bridge.
(25)
3. Network Layer
Fungsi : meneruskan paket-paket data ke node-node berikutnya yang dituju dalam suatu jaringan.
Contoh : router. 4. Transport Layer
Fungsi : bertangung jawab atas keutuhan dari transmisi data. Layer ini sangat penting karena bertugas memisahkan layer tingkat atas dengan layer tingkat bawah. Pada layer ini data diubah menjadi segmen atau data stream.
Contoh : TCP, UDP (User Datagram Protokol). 5. Session Layer
Fungsi : membuka, mengatur dan menutup suatu session antara aplikasi-aplikasi.
Contoh : OS (Operating System)dan penjadwalan suatu aplikasi. 6. Presentation Layer
Fungsi : bertangung jawab untuk merepresentasi grafik, enkripsi, tipe data, dan visual image.
Contoh : Grafik dengan format JPEG, GIF, tipe data ASCII, EBCDIC. 7. Application Layer
Fungsi : memberikan sarana-sarana pelayanan pada jaringan komputer untuk aplikasi-aplikasi pemakai dan mengadakan komunikasi dari program ke program.
Contoh : Telnet, HTTP, FTP, WWW Browser, SMTP Gateway / Mail Client.
Layer dan protokol yang terdapat dalam arsitektur jaringan TCP/IP menggambarkan fungsi-fungsi dalam komunikasi antara dua buah komputer [4]. Setiap layer menerima data dari l layer di atas atau di bawahnya, kemudian memproses data tersebut sesuai fungsi protokol yang dimilikinya dan meneruskannya ke lapisan berikutnya.
Ketika dua komputer berkomunikasi, terjadi aliran data antara pengirim dan penerima melalui layer - layer di atas. Pada pengirim, aliran data adalah dari atas ke bawah. Data dari user maupun suatu aplikasi dikirimkan ke layer transport dalam bentuk paket-paket dengan panjang tertentu. Protokol menambahkan sejumlah bit
(26)
pada setiap paket sebagai header yang berisi informasi mengenai urutan segmentasi untuk menjaga integritas data dan bit-bit paritas untuk deteksi dan koreksi kesalahan. Dari transport layer, data yang telah diberi header tersebut diteruskan ke Network / Internet layer. Pada layer ini terjadi penambahan header oleh protokol yang berisi informasi alamat tujuan, alamat pengirim, dan informasi lain yang dibutuhkan untuk melakukan routing. Kemudian terjadi pengarahan routing data, yakni ke network dan interface di tempat data akan dikirimkan, jika terdapat lebih dari satu interface pada host. Pada layer ini juga dapat terjadi segmentasi data, karena panjang paket yang akan dikirimkan harus disesuaikan dengan kondisi media komunikasi pada network yang akan dilalui. Proses komunikasi data di atas dapat dijelaskan seperti pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Proses enkapsulasi data [4].
Selanjutnya data menuju network access layer (data link) dan akan diolah menjadi frame-frame, serta ditambahkan informasi keandalan dan address pada level link[4]. Protokol pada layer ini menyiapkan data dalam bentuk yang paling sesuai untuk dikirimkan melalui media komunikasi tertentu. Pada akhirnya data akan sampai pada physical layer yang akan mengirimkan data dalam bentuk besaran-besaran listrik/fisik seperti tegangan, arus, gelombang radio, maupun cahaya, sesuai media yang digunakan.
Di bagian penerima, proses pengolahan data mirip seperti di atas hanya dalam urutan yang berlawanan (dari bawah ke atas). Sinyal yang diterima pada physical
(27)
layer akan diubah ke dalam data. Protokol akan memeriksa integritasnya dan jika tidak ditemukan error, header yang ditambahkan akan dilepas. Selanjutnya data diteruskan ke network layer. Pada lapisan ini, address tujuan dari paket data yang diterima akan diperiksa. Jika address tujuan merupakan address host yang bersangkutan, maka header networklayer akan dicopot dan data akan diteruskan ke layer yang di atasnya. Namun jika tidak, data akan diteruskan ke network tujuannya, sesuai dengan informasi routing yang dimiliki. Pada transport layer, kebenaran data akan diperiksa kembali, menggunakan informasi header yang dikirimkan oleh pengirim. Jika tidak ada kesalahan, paket-paket data yang diterima akan disusun kembali sesuai urutannya pada saat akan dikirim dan diteruskan ke application layer pada penerima. Proses yang dilakukan tiap layer tersebut dikenal dengan istilah enkapsulasi data. Enkapsulasi ini sifatnya transparan. Suatu layer tidak perlu mengetahui ada berapa layer yang ada di atasnya maupun di bawahnya. Masing-masing hanya mengerjakan tugasnya.
Internet Protocol (IP) berfungsi menyampaikan paket data ke alamat yang tepat. Oleh karena itu internet protocol memegang peranan yang sangat penting dari jaringan TCP/IP. Karena semua aplikasi jaringan TCP/IP pasti bertumpu kepada internet protocol agar dapat berjalan dengan baik. IP merupakan protokol pada network layer yang memiliki sifat :
1. Connectionless
Setiap paket data yang dikirim pada suatu saat akan melalui rute secara independen. Paket IP (datagram) akan melalui rute yang ditentukan oleh setiap router yang dilalui oleh datagram tersebut. Hal ini memungkinkan keseluruhan datagram tiba di tempat tujuan dalam urutan yang berbeda karena menempuh rute yang berbeda.
2. Unreliable
Protokol internet tidak menjamin datagram yang dikirim pasti sampai ke tempat tujuan. Protokol internet hanya akan melakukan best effort delivery yakni melakukan usaha sebaik-baiknya agar paket yang dikirim tersebut sampai ke tujuan.
(28)
Setiap protokol memiliki bit-bit ekstra di luar informasi/data yang dibawanya. Selain informasi, bit-bit ini juga berfungsi sebagai alat kontrol. Dari sisi efisiensi, semakin besar jumlah bit ekstra ini, semakin kecil efisiensi komunikasi yang berjalan. Sebaliknya semakin kecil jumlah bit ekstra ini, semakin tinggi efisiensi komunikasi yang berjalan. Di sinilah trade-off antara keandalan datagram dan efisiensi dilakukan. Sebagai contoh, informasi tambahan yang harus dicantumkan pada header diperlukan agar datagramIP dapat menemukan tujuannya. Struktur datagram protokol IP dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3. Format IP datagram [5].
Gambar 2.3 menjelaskan format IPdatagram, setiap paket IP membawa data yang terdiri dari:
1. Version, yaitu versi dari protokol IP yang dipakai.
2. Header Length, berisi panjang dari header paket IP dalam hitungan 32 bit word. 3. Type of Service, berisi kualitas service yang dapat mempengaruhi cara
penanganan paket IP.
4. Packet length, panjang IPdatagram total dalam ukuran byte.
5. Identifier, diperlukan untuk mengizinkan host tujuan menentukan datagram pemilik fragment yang baru datang. Semua fragment suatu datagram berisi nilai identification yang sama.
6. Flags, diperlukan untuk menjaga agar fragment datagram tetap utuh (tidak terpotong-potong) dan memberikan tanda bahwa fragmentdatagram telah tiba.
(29)
7. Fragmentation Offset, Untuk memberitahukan datagram mana yang ada pada saat itu yang memiliki fragment yang bersangkutan. Seluruh fragment kecuali yang terakhir di dalam datagram harus merupakan perkalian 8 byte, yaitu satuan fragment elementer. Karena tersedia 13 bit, maka terdapat nilai maksimum fragment per datagram, yang menghasilkan panjang datagram maksimum 65.536 byte yang lebih besar dari panjang datagramIP.
8. Time to Live (TTL), berisi jumlah router/hop maksimal yang dilewati paket IP (datagram). Nilai maksimum field ini adalah 255. Setiap kali paket IP lewat satu router, isi dari field ini dikurangi satu. Jika TTL telah habis dan paket tetap belum sampai ke tujuan, maka paket ini akan dibuang dan router terakhir akan mengirimkan paket internet control message protocol (ICMP)timeexceeded. Hal ini dilakukan untuk mencegah paket IP terus menerus berada dalam network. 9. Protocol, mengandung angka yang mengidentifikasikan protokol layer atas
pengguna isi data dari paket IP ini.
10.HeaderChecksum, berisi nilai checksum yang dihitung dari jumlah seluruh field dari header paket IP. Sebelum dikirimkan, protokol IP terlebih dahulu menghitung checksum dari header paket IP tersebut untuk nantinya dihitung kembali di sisi penerima. Jika terjadi perbedaan, maka paket ini dianggap rusak dan dibuang.
11.Source Address dan Destination Address, isi dari masing-masing field ini yakni alamat pengirim dan alamat penerima dari datagram. Masing-masing field terdiri dari 32 bit, sesuai panjang IPaddress yang digunakan dalam internet. Destination address merupakan field yang akan dibaca oleh setiap router untuk menentukan tujuan paket IP tersebut akan diteruskan untuk mencapai destination address tersebut.
12.Options. Header datagram IP mempunyai panjang yang tetap yakni 20 byte. Sedangkan panjang header yang variabel adalah 40 byte. Oleh sebab itu header datagram IP berkisar antara 20 hingga 60 byte. Panjang header variabel ini adalah options yang digunakan untuk kepentingan pengetesan dan debugging. Options mempunyai panjang yang dapat diubah-ubah. Masing-masing diawali dengan kode-kode bit yang mengindentifikasikan options. Sebagian options diikuti oleh
(30)
field options yang panjangnya 1 byte, kemudian oleh satu atau lebih byte-byte data.
II.2. Wireless Local Area Network
Wireless Local Area Network (WLAN) adalah sebuah sistem komunikasi data yang dapat merupakan penambahan maupun alternatif dari LAN yang tekoneksi dangan menggunakan kabel [6]. WLAN menggunakan teknologi frekuensi radio sebagai media penyimpanan data. Dengan begitu, proses pengiriman dan penerimaan data dilakukan melalui udara, sehingga dapat meminimalkan penggunaan kabel. Apabila ada pengguna yang berada pada area WLAN, maka pengguna dapat langsung terhubung ke dalam jaringan tanpa menggunakan kabel.
Dengan WLAN ini siapa pun yang berada pada area WLAN dapat dengan mudah terhubung kedalam jaringan tanpa harus tehubung secara fisik ke dalam jaringan. Apabila ingin memperbesar jaringan hal ini menjadi mudah karena tidak harus menarik kabel atau memindahkan susunan kabel-kabel yang sudah ada. WLAN memberikan penawaran seperti produktivitas, kenyamanan, dan keuntungan dari segi biaya bila dibandingkan dengan jaringan yang menggunakan kabel.
II.2.1 Mode Jaringan WLAN
Tidak seperti jaringan kabel, jaringan wireless memiliki dua mode yang dapat digunakan, yaitu mode infastruktur dan ad-hoc [6]. Konfigurasi infrastruktur adalah komunikasi antar masing- masing Personal Computer PC) melalui sebuah access point pada WLAN atau LAN. Komunikasi ad-hoc adalah komunikasi secara langsung antara masing- masing komputer dengan menggunakan piranti wireless. Penggunaan kedua mode ini tergantung dari kebutuhan untuk berbagi data atau kebutuhan yang lain dengan jaringan berkabel.
1. Mode Infrastruktur
Jika komputer pada jaringan wireless ingin mengakses jaringan kabel atau berbagi printer misalnya, maka jaringan wireless tersebut harus menggunakan mode infrastruktur yang dapat dilihat pada Gambar 2.4. Pada mode infrastruktur access point berfungsi untuk melayani komunikasi utama pada
(31)
jaringan wireless. Access point mentransmisikan data pada PC dengan jangkauan tertentu pada suatu daerah. Penambahan dan pengaturan letak access point dapat memperluas jangkauan dari WLAN.
Gambar 2.4. Mode Jaringan Infrastruktur[6].
2. Mode Ad-Hoc
Ad-Hoc merupakan mode jaringan WLAN yang sangat sederhana, karena pada ad-hoc ini tidak memerlukan access point untuk host dapat saling berinteraksi. Setiap host cukup memiliki transmitter dan reciever wireless untuk berkomunikasi secara langsung satu sama lain seperti tampak pada Gambar 2.5. Kekurangan dari mode ini adalah komputer tidak bisa berkomunikasi dengan komputer pada jaringan yang menggunakan kabel. Selain itu, daerah jangkauan pada mode ini terbatas pada jarak antara kedua komputer tersebut.
(32)
II.2.2 Teknologi WLAN
Dalam teknologi WLAN memiliki beberapa jenis antara lain[7] : 1. Teknologi Narrowband
Sebuah sistem radio narrowband (narrow bandwith) menyampaikan dan menerima informasi dari pengguna di dalam pita frekuensi radio yang spesifik dan sempit, tetapi mempunyai performa lebih baik dari pada wideband.
2. Teknologi Spread Spectrum
Kebanyakan sistem wireless LAN menggunakan teknologi spread spectrum. Sebuah teknik radio frekuensi wideband yang dikembangkan oleh militer untuk digunakan pada sistem keamanan dan sebuah sistem komunikasi militer. Teknik spread spectrum memungkinkan transmisi data dilakukan dengan menggunakan transmission power yang rendah, namun dengan frekuensi yang lebar. Dalam teknologi spread spectrum ada dua teknologi yang dipakai, yaitu:
a) Teknologi Frequency-Hoping Spread Spectrum (FHSS)
Cara kerja dari teknik ini juga tidak berbeda jauh dari namanya. Teknik Ini memodulasi sinyal data dengan sinyal pembawa (carrier) dengan kanal frekuensi yang melompat-lompat seiring dengan fungsi waktu. Dengan kata lain, setiap satu satuan waktu akan terjadi proses transfer paket data dengan dimodulasi atau dibungkus dalam suatu kanal frekuensi carrier. b) Teknologi Direct-Sequence Spread Spectrum (DSSS)
Teknik spread spectrum yang satu ini diklaim sebagai yang paling banyak dan paling umum digunakan di dunia jaringan wireless. Perangkat WIFI yang menggunakan standard 802.11b menggunakan teknik ini dalam membangun komunikasi. Kata kunci dari teknologi ini adalah sebuah kode penyebaran yang disisipkan ditengah-tengah proses pengiriman. Proses pengiriman data menggunakan teknologi ini melibatkan serangkaian kode penyebaran yang sering disebut dengan istilah chipping code.
(33)
3. Teknologi Infrared
Teknologi ini jarang digunakan dalam WLAN komersil. Infrared menggunakan frekuensi tinggi di bawah cahaya yang dapat dilihat dan di dalam spektrum elektromagnetik cahaya untuk membawa atau mengirimkan data.
II.3. Standar IEEE 802.11
Pada tahun 1997, sebuah lembaga independen bernama Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) membuat spesifikasi/standar WLAN pertama yang diberi kode 802.11[2]. Peralatan yang sesuai standar 802.11 dapat bekerja pada frekuensi 2,4GHz dan kecepatan transfer data (throughput) teoritis maksimal 2Mbps. Pada bulan Juli 1999, IEEE kembali mengeluarkan spesifikasi baru bernama 802.11b. Kecepatan transfer data teoritis maksimal yang dapat dicapai adalah 11 Mbps. Kecepatan transfer data sebesar ini sebanding dengan Ethernet tradisional (IEEE 802.3 10Mbps atau 10Base-T). Peralatan yang menggunakan standar 802.11b juga bekerja pada frekuensi 2,4Ghz. Salah satu kekurangan peralatan wireless yang bekerja pada frekuensi ini adalah kemungkinan terjadinya interferensi dengan cordless phone, microwave oven, atau peralatan lain yang menggunakan gelombang radio pada frekuensi sama.
Pada saat hampir bersamaan, IEEE membuat spesifikasi 802.11a yang menggunakan teknik berbeda. Frekuensi yang digunakan 5Ghz, dan mendukung kecepatan transfer data teoritis maksimal sampai 54Mbps. Gelombang radio yang dipancarkan oleh peralatan 802.11a relatif sukar menembus dinding atau penghalang lainnya. Jarak jangkau gelombang radio relatif lebih pendek dibandingkan 802.11b. Secara teknis, 802.11b tidak kompatibel dengan 802.11a. Namun saat ini cukup banyak pabrik hardware yang membuat peralatan yang mendukung kedua standar tersebut.
Pada tahun 2002, IEEE membuat spesifikasi baru yang dapat menggabungkan kelebihan 802.11b dan 802.11a. Spesifikasi yang diberi kode 802.11g ini bekerja pada frekuensi 2,4Ghz dengan kecepatan transfer data teoritis maksimal 54Mbps. Peralatan 802.11g kompatibel dengan 802.11b, sehingga dapat saling dipertukarkan. Sebuah komputer yang menggunakan kartu jaringan 802.11g dapat memanfaatkan access
(34)
point 802.11b dan sebaliknya. Perbedaan standart IEEE 802.11 dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Memperlihat perbedaan standar IEEE 802.11
II.3.1 Standar IEEE 802.11b
IEEE 802.11b merupakan pengembangan dari standar IEEE 802.11 yang asli, yang bertujuan untuk meningkatkan kecepatan hingga 5.5 Mbps atau 11 Mbps tapi tetap menggunakan frekuensi 2.45 GHz[2]. Pada prakteknya, kecepatan maksimum yang dapat diraih oleh standar IEEE 802.11b mencapai 5.9 Mbps pada protokol TCP, dan 7.1 Mbps pada protokol UDP. Metode transmisi yang digunakannya adalah DSSS
(Direct Sequence Spread Spectrum).
Standar ini sempat diterima oleh pemakai di dunia dan masih bertahan sampai saat ini. Tetapi sistem 802.11b bekerja pada band yang cukup kacau, seperti gangguan pada Cordless dan frekuensi Microwave dapat saling menganggu bagi daya jangkaunya. Standar 802.11b hanya memiliki kemampuan transmisi standar dengan 11 Mbps atau rata rata 5 Mbps.
II.3.2 Standar IEEE 802.11g
Dalam evolusi WLAN adalah pengenalan IEEE 802.11g. Ini merupakan standar IEEE 802.11g secara dramatis akan dapat meningkatkan performa WLAN[2]. IEEE 802.11g adalah sebuah standar jaringan nirkabel yang bekerja pada frekuensi 2,45 GHz dan menggunakan metode modulasi OFDM. Pada bulan Juni 2003 802.11g yang dipublikasikan dan 802.11g mampu mencapai kecepatan hingga 54 Mb/s pada
(35)
pita frekuensi 2,45 GHz, sama seperti halnya IEEE 802.11 biasa dan IEEE 802.11b. Standar ini menggunakan modulasi sinyal OFDM, sehingga lebih resistan terhadap interferensi dari gelombang lainnya. Standar 802.11g memiliki kecepatan maksimum, jangkauan sinyal yang baik dan tidak mudah terhambat. Sedangkan kekurangan dari 802.11g adalah biaya lebih mahal dari 802.11b, peralatan 802.11g dapat mengganggu sinyal pada frekuensi yang tidak diatur.
Sistem modulasi IEEE 802.11g adalah sebuah standar jaringan nirkabel yang bekerja pada frekuensi 2,45 GHz dan menggunakan metode modulasi OFDM. Orthogonal frequency-division multiplexing (OFDM) adalah sebuah frekuensi division multiplexing (FDM) yang dimanfaatkan sebagai skema multi-carrier digital modulasi metode. OFDM adalah teknologi yang baru saja mulai mencapai pasar dalam bentuk perangkat IEEE 802.11g yang beroperasi di 5 GHz band. OFDM adalah sebuah "multi-carrier" skema modulasi. Untuk kecepatan data yang lebih tinggi, OFDM menjadi pilihan yang lebih baik. OFDM dipilih pada 5 GHz band karena memungkinkan kecepatan data hingga 54 Mbps. Fitur OFDM lainnya yang signifikan adalah panjang Preamble yang lebih pendek. Preamble yang lebih pendek dibutuhkan karena akan menghasilkan lebih sedikit overhead pada jaringan. OFDM memperbolehkan paket preamble yang lebih pendek untuk digunakan, sehingga meninggalkan waktu yang lebih banyak untuk transmisi data.
II.4 Quality of Service
Quality of Service (QoS) adalah kemampuan untuk memberikan prioritas yang berbeda untuk berbagai aplikasi, pengguna, aliran data, atau untuk menjamin tingkat kinerja tertentu ke aliran data [12]. Sebagai contoh, laju bit yang diperlukan delay, jitter, probabilitas packet dropping, dan bit error rate (BER) dapat dijamin. Jaminan QoS penting jika kapasitas jaringan tidak cukup, terutama untuk aplikasi streaming multimedia secara real-time seperti voice over IP, game online dan IP-TV, karena sering kali aplikasi-aplikasi ini memerlukan bit rate dan tidak memperbolehkan adanya delay, dan dalam jaringan di mana kapasitas resource-nya terbatas, misalnya dalam komunikasi data selular. Dalam ketiadaan jaringan, mekanisme QoS tidak diperlukan. Sebuah jaringan atau protokol yang mendukung QoS dapat menyepakati
(36)
sebuah kontrak traffic dengan software aplikasi dan kapasitas cadangan di node jaringan, misalnya saat sesi fase pembentukan.
Beberapa alasan yang menyebabkan QoS penting adalah :
1. Memberikan prioritas terhadap aplikasi-aplikasi yang kritis. 2. Memaksimalkan penggunaan investasi jaringan.
3. Meningkatkan performansi untuk aplikasi yang sensitif terhadap delay, seperti voice dan video.
4. Merespon perubahan aliran trafik yang ada di jaringan.
Terdapat banyak hal yang bisa terjadi pada paket ketika ditransmisikan dari asal ke tujuan, yang mengakibatkan masalah-masalah dilihat dari sudut pandang pengirim atau penerima, dan sering disebut dengan parameter-parameter QoS.
1. Throughput
Yaitu kecepatan (rate) transfer data efektif, yang diukur dengan satuan bps (bit per second). Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang sampai ke tujuan selama interval tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut. Ada juga yang disebut dengan goodput. Goodput merupakan kecepatan transfer yang berada antara aplikasi di pengirim ke aplikasi di penerima.
2. Packet Loss
Parameter yang menunjukkan jumlah total paket yang hilang pada saat transmisi. Packet loss diukur dalam persen (%). Paket dapat hilang karena disebabkan oleh collision dan congestion pada jaringan. Hal ini berpengaruh pada semua aplikasi, karena retransmisi akan mengurangi efisiensi jaringan secara keseluruhan, meskipun bandwidth yang disediakan mencukupi. Bandwidth adalah lebar jalur yang dipakai untuk transmisi data atau kecepatan jaringan. Aplikasi yang berbeda membutuhkan bandwidth bandwidth yang berbeda juga. Secara umum perangkat jaringan memiliki buffer (tampungan sementara) untuk menampung data yang diterima. Jika terjadi congestion yang cukup lama, maka buffer akan penuh dan tidak bisa menampung data baru yang akan diterima, sehingga mengakibatkan paket selanjutnya hilang.
(37)
Berdasarkan standar ITU-T X.642 (rekomendasi X.642 International Telecommunication Union) ditentukan persentase packet loss untuk jaringan adalah
1) Good (0-1%) 2) Acceptable (1-5%) 3) Poor (5-10%)
Secara sistematis packet loss dapat dihitung dengan cara :
Persamaan 2.1
Dengan Pd adalah jumlah paket yang mengalami drop dan Ps adalah jumlah paket yang dikirim.
3. Packet Drop
Packet drop berkaitan dengan antrian pada link. Jika ada paket datang pada suatu atrian yang sudah penuh, maka paket akan didrop/dibuang sesuai dengan jenis antrian yang dipakai.
4. Delay (Latency)
Delay adalah waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari asal sampai ke tujuan. Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik, congestion atau juga waktu proses yang lama. Selain itu adanya antrian atau mengambil rute lain untuk menghindari kemacetan juga dapat mempengaruhi delay, oleh karena itu mekanisme antrian dan routing juga berperan.
5. Jitter
Jitter didefinisikan sebagai variasi delay dari sebuah paket yang berasal dari aliran data yang sama. Jitter yang tinggi artinya perbedaan waktu delay besar, sedangkan jitter yang rendah artinya perbedaan waktu delay kecil. Jitter dapat diakibatkan oleh variasi-variasi panjang antrian, waktu pengolahan data, dan juga dalam waktu penghimpunan ulang (reasembly) paket-paket di akhir perjalanan.
6. Reliability
Realibility adalah karakteristik kehandalan sebuah aliran data dalam jaringan internet. Masing-masing program aplikasi memiliki kebutuhan realibility yang
(38)
berbeda. Untuk proses pengiriman data, e-mail, dan pengaksesan internet jaringan internet harus dapat diandalkan dibandingkan dengan konferensi audio atau saluran telepon.
7. Bandwidth
Bandwith adalah lebar jalur yang dipakai untuk transmisi data atau kecepatan jaringan. Aplikasi yang berbeda membutuhkan bandwith yang berbeda.Dalam beberapa aplikasi, kebutuhan akan parameter QoS di atas berbeda-beda. Seperti diperlihatkan pada tabel 2.2.
Tabel 2.2. Kebutuhan aplikasi terhadap QoS[12].
Tabel 2.1 memperlihatkan bahwa kebutuhan untuk e-mail sangat tinggi terhadap reliability, begitu juga dengan file transfer (FTP), namun rendah atau tidak sensitif terhadap delay, jitter, dan bandwidth. Tetapi untuk aplikasi semacam audio/video, telephony dan videoconferencing sangat sensitif terhadap jitter sehingga tidak menjamin reliability data yang ditransmisikan.
II.5 File Transfer Protocol
File Transfer Protocol (FTP) merupakan salah satu aplikasi TCP/IP yang digunakan untuk menperbanyak atau memindahkan file yang ada dalam sebuah komputer ke komputer lain[13]. FTP menggunakan koneksi berbasis connection-oriented sehingga dari kedua sisi baik client ataupun server harus memiliki koneksi TCP/IP. FTPmenggunakan 2 hubungan koneksi untuk melakukan transfer file.
1. Control Connection
Metode ini dipakai pada hubungan client-server yang normal, artinya server membuka diri secara pasif pada sebuah port 21 selanjutnya server akan menunggu hubungan yang akan dilakukan oleh client. Client akan aktif untuk
(39)
membuka port tersebut dan membangun control connection. Koneksi ini akan terus berlangsung selama client masih berkomunikasi dengan server. Client akan mengirimkan perintah-perintah ke server dan server akan merespon perintah tersebut.
2. Data Connection
Hubungan ini dibangun ketika file dikirim antara client-server yang bertujuan untuk memaksimalkan ukuran data yang ditransfer. Port yang digunakan untuk koneksi ini adalah port 20. Proses FTP dapat dijelaskan seperti Gambar 2.7.
Gambar 2.6. Model hubungan FTP [13] Fasilitas-fasilitas yang disediakan FTP diantaranya adalah :
1. Interactive access
Menyediakan fasilitas interaksi antara client dan server. 2. Format specification
Client dapat menentukan tipe dan format data. 3. Authentification control
Fasilitas ini digunakan untuk meminta autentifikasi dari client berupa username dan password.
II.6 Alat pengukuran
Proses pengukuran dalam tugas akhir ini akan menggunakan Software Axence Net Tool, Network Stumbler, atau DU Meter.
(40)
II.6.1 Software Axence Net Tool
Software Axence Net Tool ini dibuat oleh Axence Sofware, Inc yang berfungsi untuk memonitor performansi jaringan dengan cepat. Karena Axence Net Tool berbasis grafik Graphical User Interface(GUI) sehingga dapat mudah dipahami. Terdapat berbagai macam menu yang dapat digunakan untuk mengukur performansi jaringan yang diperlihatkan pada Gambar 2.7.
1. New Watch
Menu ini menampilkan host yang dimonitor, response time dan paket yang dikirim maupun yang hilang. Terdapat juga grafik yang menunjukkan antara response time dan packet lost (%).
2. Win Tool
Untuk mengidentifikasi informasi tentang perangkat/device yang dimiliki suatu host.
3. Local Info
Menampilkan beberapa tabel informasi tentang konfigurasi jaringan seperti statistik TCP/UDP dan ICMP, IP address table, ARP table, IP routing table, dan informasi network adapter.
4. Net Stat
Menampilkan daftar koneksi yang masuk dan koneksi yang keluar, dan informasi tentang port-port TCP/UDP.
5. Ping
Melakukan pengecekan terhadap koneksi suatu host dengan proses ping. 6. Trace
Menunjukkan rute koneksi dan informasi yang dilakukan suatu host. 7. Lookup
Untuk mengetahui informasi tentang Domain Name Server (DNS) 8. Bandwidth
Untuk mengetahui berapa bandwidth yang ada dijaringan. 9. Net Check
(41)
10.TCP/IP Workshop
Untuk melakukan troubleshooting terhadap koneksi TCP dan UDP serta melakukan tes terhadap layanan yang berbeda.
11.Scan Host
Melakukan scanning terhadap host yang berada di jaringan beserta port-port yang digunakan.
12.Scan Network
Melakukan scanning terhadap jaringan untuk menemukan IP address, nama host, MAC, service, system dan response time.
13.Simple Network Management Protocol (SNMP)
Untuk melakukan pencarian informasi terhadap suatu host dengan memakai bantuan SNMP agent.
Gambar 2.7. Screenshootsoftware Axence Net Tool.
II.6.2 Network Stumbler
Network Stumbler adalah salah satu software yang tidak asing lagi bagi orang-orang yang berhubungan dengan wireless. Tool ini digunakan untuk melakukan active snanning terhadap jaringan wireless yang berada di sekitar. Network Stumbler mampu
(42)
memberikan banyak informasi dengan tampilan GUI yang sangat baik. Penggunaan software ini sangat mudah, namun tidak semua wireless card adapter men-support aplikasi ini. Software ini memiliki beberapa kemampuan untuk menampilkan informasi diantaranya channel yang digunakan, alamat MAC access point, vendor, jenis enkripsi (WEP/WPA), tipe jaringan, kuat sinyal, SNR, dan noise. Network Stumbler juga menampilkan rasio antara kuat sinyal dengan noise dalam bentuk grafik. Contoh tampilan dari Network Stumbler dapat dilihat pada Gambar 2.8 dan Gambar 2.9.
Gambar 2.8. Screenshoot Network Stumbler
(43)
II.6.3 DU Meter
DU Meter merupakan sebuah software untuk mengukur kecepatan transfer data aktual atau throughput sebuah jaringan. Tanda anak panah ke bawah dengan warna merah menunjukkan transfer rate karena aktivitas download, sedangkan tanda anak panak ke atas dengan warna hijau menunjukkan transfer rate karena aktivitas upload. Gambar 2.10 memperlihatkan contoh dari DU meter.
(44)
BAB III
PERANCANGAN
III.1 Peralatan
Dalam tugas akhir ini, pengujian terhadap beberapa skenario akan dilakukan untuk mengetahui mengetahui kinerja jaringan wireless 802.11b dengan modulasi DSSS dan 802.11 dengan modulasi OFDM. Perangkat pengujian yang dipakai adalah sebagai berikut :
1. PC desktop
2. Tool network monitoring 3. Access point WRT320N
Access point ini digunakan pada sisi server untuk berkomunikasi dengan user. Perangkat ini dibuat oleh perusahaan ternama dibidang jaringan komputer yaitu CISCO. Adapun spesifikasinya dapat dilihat di Tabel 3.1 dan gambarnya diperlihatkan pada Gambar 3.1.
Tabel 3.1. Spesifikasi access point Linksys WRT320N[14]. Dimensions 7.95" x 6.3" x 1.34"
(202 x 160 x 34 mm) Weight 10.58 oz (0.30 kg) Power 12V
Standards Draft 802.11n, 802.11a, 802.11g, 802.11b, 802.3, 802.3u, 802.3ab Ports Power, Internet, and Ethernet Buttons Reset, Wi-Fi Protected Setup LEDs Ethernet (1-4), Wi-Fi Protected
Setup, Wireless, Internet, Power Cabling Type CAT 5e
Operating Temp. 32 to 104°F (0 to 40°C) Security Features WEP, WPA, WPA2 Security Key Bits 128-Bit
(45)
Gambar 3.1. Access point Linksys WRT320N[14].
III.2 Diagram Alir Desain Pengujian
Pada pengujian ini membutuhkan suatu perencanaan yang tepat agar hasil yang didapat sesuai dengan yang diharapkan. Gambar 3.2 memperlihatkan adalah flowchart atau diagram arus pengujian.
Gambar 3.2 Diagram Arus Pengujian. Tidak
Ya Mulai Desain Jaringan Konfigurasi access point
Transfer File(FTP)
Ambil data delay, packet loss &
throughput
Data Cukup?
Analisa data
(46)
Keterangan diagram arus:
Tahap desain jaringan akan menentukan pemilihan skenario yang akan digunakan. Dalam hal ini jaringan infrastruktur dengan access point bertipe 802.11b dan 802.11g akan dibangun. Setelah menetapkan tahap pemilihan scenario, kemudian melakukan konfigurasi access point dengan pengaturan IP address dalam satu network agar PC dekstop dan laptop dapat saling terhubung. Pengecekan sederhana dilakukan dengan proses ping antar PC dekstop dan laptop.
Pada tahap transfer file, proses upload dan download file akan dilakukan dari PC dekstop dan laptop yang terhubung pada access point. Ukuran file sebelumnya telah ditetapkan sebesar 25 MB, 50 MB, 100 MB dan jarak antara komputer server dan client yaitu 5meter, 50meter, 75meter. Pengambilan data dilakukan menggunakan DU Meter dan Software Axence Net Tool yang terpasang pada PC dekstop dan laptop. Bila proses pengambilan data sudah cukup dan memenuhi persyaratan bahwa data valid, maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data yang didapat dengan metode statistik dan penyajian dalam tabel agar mudah dipahami.
III.3 Desain Sistem Jaringan III.3.1.Skenario Pertama
Skenario ini menempatkan sebuah access point dengan mode G yang terhubung ke PC dekstop dengan kabel. Kemudian laptopyang diatur menjadi client. PC dekstop dan laptop akan melakukan transfer file melalui access point tersebut, sementara disaat yang sama dilakukan pengukuran terhadap throughput, delay, dan packet loss. Access point diatur supaya berjalan pada transmission rate 11Mbps. Untuk melakukan skenario pertama ini dibutuhkan tempat yang tidak ada gangguan jaringan wireless lain (noiseless). Ukuran file yang akan diukur yaitu 25 MB, 50 MB, 100 MB dan akan diatur jarak antara Access Point dan laptop yaitu 5meter, 50meter, 75meter. Skenario pertama ditunjukan pada Gambar 3.3.
(47)
Gambar 3.3 Skenario Pertama
III.3.2. Skenario Kedua
Skenario ini menempatkan sebuah access point dengan mode B yang terhubung ke PC dekstop dengan kabel. Kemudian laptopyang diatur menjadi client. PC dekstop dan laptop akan melakukan transfer file melalui access point tersebut, sementara disaat yang sama dilakukan pengukuran terhadap throughput, delay, dan packet loss. Untuk melakukan skenario kedua ini dibutuhkan tempat yang tidak ada gangguan jaringan wireless lain (noise). Ukuran file yang akan diukur yaitu 25 MB, 50 MB, 100 MB dan akan diatur jarak antara Access Point dan laptop yaitu 5meter, 50meter, 75meter. Skenario kedua ditunjukan pada Gambar 3.4.
(48)
III.3.3. Skenario Ketiga
Skenario ini menempatkan sebuah access point dengan mode G yang terhubung ke PC dekstop dengan kabel. Kemudian laptopyang diatur menjadi client. PC dekstop dan laptop akan melakukan transfer file melalui access point tersebut, sementara disaat yang sama dilakukan pengukuran terhadap throughput, delay dan packet loss. Access point diatur supaya berjalan pada transmission rate 11Mbps. Skenario ketiga ini dilakukan pada tempat yang ada wireless dari jaringan lain (noiseless). Ukuran file yang akan diukur yaitu 25 MB, 50 MB, 100 MB dan akan diatur jarak antara Access Point dan laptop yaitu 5meter, 50meter, 75meter. Skenario ketiga ditunjukan pada Gambar 3.5.
Gambar 3.5 Skenario Ketiga.
III.3.4.Skenario Keempat
Skenario ini menempatkan sebuah access point dengan mode B yang terhubung ke PC dekstop dengan kabel. Kemudian laptopyang diatur menjadi client. PC dekstop dan laptop akan melakukan transfer file melalui access point tersebut, sementara disaat yang sama dilakukan pengukuran terhadap throughput, delay dan packet loss. Skenario keempat ini dilakukan pada tempat yang ada wireless dari jaringan lain (noise). Ukuran file yang akan diukur yaitu 25 MB, 50 MB, 100 MB dan akan diatur jarak antara Access Point dan laptop yaitu 5meter, 50meter, 75meter. Skenario keempat ditunjukan pada Gambar 3.6.
(49)
Gambar 3.6 Skenario Keempat.
III.4 Pengaturan Access Point.
Tahap yang dilakukan sebelum pengaturan access point adalah pengaturan alamat IP untuk LAN card. Langkah-langkahnya yaitu :
1. Pada PC dekstop, menu start dipilih dan kemudian dipilih menu lainya yaitu memilih contol panel, memilih network and internet, memilih network and sharing center.
2. Di menu sebelah kiri, tombol change adapter settings dipilih.
3. Pada wireless network connection tombol properties dipilih. Penjelasan ini diperlihatkan pada Gambar.3.7.
Gambar.3.7. Pengaturan Local Area Connection
4. Tombol pada internet protocol version 4 (TCP/IPv4)dipilih lalu dipilih properties.
(50)
5. Tombol use the following ip address dipilih, pada alamat IP private diisikan pada kolom ip address. dan pada kolom subnet mask diisikan subnet mask. kemudian tombol ok dipilih. Penjelasan ini diperlihatkan pada Gambar.3.8.
Gambar.3.8. Pengaturan TCP/IPv4
6. Laptop juga diatur demikian namun dengan alamat IP “192.168.1.3”. 7. Selanjutnya access point dengan kabel RJ45 straigh disambungkan ke PC
dekstop.
8. Alamat homepage untuk mengatur access point berbeda-beda untuk setiap merk. Dalam pengukuran ini alamat homepage access point adalah 192.168.1.1. Langkah ini diperlihatkan pada Gambar 3.9.
(51)
9. Akan muncul halaman login, username “admin” dan password “admin” diisi. Langkah ini diperlihatkan pada Gambar 3.10.
Gambar.3.10. username dan password “admin”.
10.Setelah masuk ke halaman pengaturan tombol basic settings dipilih pada menu wireless. mode yang dipakai yaitu G, B, atau B dan G harus ditentukan pada pengaturan ini. Tombol network mode dipilih menjadi B-only atau G-B-only, dan beri nama SSID dengan “dominikus 2”. Tombol apply changes dipilih. Pengaturan access point selesai. Langkah ini diperlihatkan pada Gambar 3.11.
Gambar.3.11.Wireless Basic Setting
11.Pengetesan dilakukan dengan cara ping ke laptop dari PC dekstop, perintahnya adalah ping 192.168.1.3. Jika berhasil, maka pengukuran parameter lain sudah dapat dilakukan.
(52)
III.5 Langkah Pengujian, Pengambilan, dan Analisis Data.
1. Memilih sebuah file yang nantinya akan digunakan untuk transmisi data dalam melakukan pengujian. File yang dipilih berukuran 25 MB, 50 MB, 100 MB, bernama “data 1.zip”, “data 2.zip”, “data 3.zip”.
2. Pengetesan jalur komunikasi data antara PC desktop dan laptop dilakukan dengan melakukan ping alamat IP dari PC dekstop yaitu “ping 192.168.1.3”.
3. File dengan nama “data 1.zip”, “data 2.zip”, “data 3.zip” ditempatkan di PC dekstop.
4. Alat pengukuran DU Meter dan Axence Net Tool diaktifkan.
5. Browser di laptop dibuka dan ftp://192.168.1.2 diketik pada address bar. 6. File “data 1.zip”, “data 2.zip”, “data 3.zip”didownload.
7. Dilakukan pengamatan pada DU Meter dan Axence Net Tool untuk mengetahui throughput, packet loss, dan delay.
8. Pengukuran dilakukan sebanyak 10 kali transmisi file. Throughput, packet loss, dan delay yang didapat pada setiap transmisi 1 file berhasil itu dicatat. 9. Setelah data terkumpul, data mentah yang didapat dalam pengukuran
dimasukan ke dalam Microsoft Excel. Setelah itu tahap berikutnya adalah mencari rata-ratauntuk throughput, packet loss, dan delay.
10.Agar didapatkan pengamatan yang lebih jelas, data disajikan dalam bentuk grafik.
11.Selanjutnya analisa dilakukan terhadap hasil pengukuran sehingga didapatkan kesimpulan yang mengarah kesesuaian atau ketidaksesuaian dengan teori.
(53)
BAB IV
DATA DAN ANALISIS KINERJA JARINGAN
IV. Analisis Data
Pengukuran parameter QOS (Throughput, Delay, dan Packet loss) pada WLAN 802.11b dan 802.11g dilakukan pada kondisi noise dan noiseless. Pengambilan data dilakukan dengan kegiatan download dan upload berdasarkan jarak dan ukuran file data yang telah ditentukan. Berikut ini adalah tabel rata – rata dan gambar hasil pengukuran parameter QOS:
IV.1 Analisis Kinerja Kasus 1
Analisa kinerja kasus I meliputi pengukuran download dan upload yang dilakukan berdasarkan besar ukuran file yang berjarak 50 meter yang terdiri dari pengukuran throughput,delay, dan packet loss dalam kondisi tempat noiseless.
IV.1.1 Throughput
Hasil pengukuran parameter throughput noiseless wlan 802.11b dan 802.11g berdasarkan ukuran filedownload dan upload pada jarak 50 Meter dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.1.
Tabel 4.1 Rata-rata pengukuran throughput pada jarak 50 meter kondisi noiseless.
Ukuran File (MB) 25 50 100
Mode G Upload (Mbps) 2.9 2.63 2.45 Mode G Download (Mbps) 2.79 2.72 2.65 Mode B Upload (Mbps) 2.23 2.15 1.97 Mode B Download (Mbps) 2.25 2.36 2.25
(54)
Gambar 4.1. Grafik throughputdownload dan upload noiseless pada jarak 50 Meter.
Hasil pengukuran throughputdownload dan upload pada WLAN 802.11b dan 802.11g dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.1. Saat melakukan download dan upload data 25 MB pada WLAN 802.11b dan 802.11g memiliki throughput cukup besar jika dibandingkan dengan download dan upload data 50 MB dan 100 MB. Hal ini dipengaruhi kuat sinyal yang diterima dan besarnya ukuran file saat download dan upload, karena semakin besar ukuran file maka jaringan akan memproses paket data lebih banyak sehingga besar kemungkinan terjadi overhead pada layer physical.
Perbandingan besarnya throughput antara WLAN 802.11g dan WLAN 802.11b menunjukan bahwa WLAN 802.11g lebih baik karena teknik modulasi yang digunakan oleh WLAN 802.11g yaitu OFDM lebih tahan terhadap interfensi dibandingkan DSSS. OFDM juga memiliki preamble yang lebih pendek, sehingga membuat paket data yang dibawa lebih banyak dan load kerja layer physical dan MAC tidak terlalu tinggi untuk mengolah paket data menjadi frame. WLAN 802.11b menggunakan teknik modulasi DSSS dalam transfer data hanya 11 Mbps, jika dibandingkan dengan OFDM modulasi DSSS preamble lebih besar sehingga proses paket data lebih banyak.
Perbedaan throughputdownload dan upload data 50MB pada WLAN 802.11g dan WLAN 802.11b banyak dipengaruhi oleh kemampuan server dalam memberikan layanan walaupun kuat sinyal cukup besar diterima oleh client dan hal ini juga berlaku saat download dan upload data 100MB.
(55)
IV.1.2 Delay
Hasil pengukuran parameter delay noiseless WLAN 802.11b dan 802.11g berdasarkan ukuran filedownload dan upload pada jarak 50 Meter dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.2.
Tabel 4.2 Rata-rata pengukuran delay pada jarak 50 meter kondisi noiseless. Ukuran File (MB) 25 50 100
Mode G Upload (ms) 2.73 3.36 3.58 Mode G Download (ms) 2.95 3.14 3.27 Mode B Upload (ms) 3.9 4.08 4.41 Mode B Download (ms) 3.38 3.65 7.21
Gambar 4.2 Grafik delay download dan uploadnoiseless pada jarak 50 Meter.
Hasil pengukuran delay dengan kegiatan download dan upload pada WLAN 802.11b dan WLAN 802.11g dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.2. Besar delay sangat kecil saat download dan upload data sebesar 25MB dari pada delay pada saat download dan upload data 50MB atau 100MB karena kinerja wireless saat memproses ukuran file 25MB tidak terlalu berat. Waktu delay WLAN 802.11g lebih kecil dari pada WLAN 802.11b saat download dan upload data 50MB karena WLAN 802.11g memiliki throughput yang lebih besar dan teknik modulasi WLAN 802.11g
(56)
memiliki kelebihan pada transfer rate lebih besar dan lebih optimal dalam transfer paket data. Saat download 100MB WLAN 802.11b memiliki delay cukup besar dibandingkan WLAN 802.11g karena terjadi overhead pada jaringan sehingga banyak data yang hilang sehingga meningkatkan systemack.
IV.1.3 Packet Loss
Hasil pengukuran parameter packet loss noiseless WLAN 802.11b dan 802.11g berdasarkan ukuran filedownload dan upload pada jarak 50 Meter dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.3.
Tabel 4.3 Rata-rata pengukuran packet loss pada jarak 50 meter kondisi noiseless. Ukuran File (MB) 25 50 100
Mode G Upload (%) 0.3 1 1 Mode G Download (%) 0.1 0.6 0 Mode B Upload (%) 0 0.5 1.1 Mode B Download (%) 2 3.3 5.5
Gambar 4.3 Grafik packet lossdownload dan upload noiseless pada jarak 50 Meter.
(57)
WLAN 802.11b dan 802.11g dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.3. Persentase packet lossdownload dan upload data 25MB lebih kecil karena kinerja jaringan tidak terlalu berat. Saat download dan upload data 50MB persentase packet loss meningkat. WLAN 802.11g lebih baik dibanding WLAN 802.11b karena persentase packet loss WLAN 802.11b lebih besar dari pada WLAN 802.11g disebabkan oleh kuat sinyal. Jika sinyal yang diterima kecil memungkinkan packet loss lebih besar, teknik modulasi yang digunakan untuk proses transfer data DSSS hanya memiliki kemampuan transfer rate 11Mbps sedangkan OFDM mampu membawa paket data lebih besar dari DSSS dan kemampuan transfer rate secara teori mencapai 54Mbps. Saat download 100MB persentase packet loss sangat tinggi dikarenakan overhead pada jaringan saat memproses paket data, kemudian adanya system ack ulang untuk paket data yang hilang membuat overhead pada jaringan lebih berat.
IV.2 Analisis Kinerja Kasus 2
Analisa kinerja kasus 2 meliputi pengukuran download dan upload yang dilakukan berdasarkan jarak yang mempunyai ukuran file 50 MB yang terdiri dari pengukuran throughput,delay, dan packet loss dalam kondisi tempat noiseless.
IV.2.1 Throughput
Hasil pengukuran parameter throughput noiseless WLAN 802.11b dan 802.11g berdasarkan jarak pada ukuran file 50 MB dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.4.
Tabel 4.4 Rata-rata pengukuran throughput pada ukuran file 50MB kondisi noiseless.
Jarak (Meter) 5 50 75
Mode G Upload (Mbps) 11.12 2.9 0.9392 Mode G Download (Mbps) 5.37 2.79 1.041667 Mode B Upload (Mbps) 4.35 2.23 0.7675 Mode B Download (Mbps) 4.21 2.25 1.0092
(58)
Gambar 4.4. Grafik throughput download dan upload noiseless ukuran file 50MB.
Hasil pengukuran throughput berdasarkan jarak dengan melakukan download dan upload data yang telah ditentukan pada WLAN 802.11b dan 802.11g dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.4. Besar throughput saat pengambilan data jarak 5 meter sangat baik karena client dan server sangat dekat jaraknya dan kuat sinyal yang diterima client sangat baik sehingga mempengaruhi besarnya throughput. Penurunan throughput pada WLAN 802.11b dan WLAN 802.11gsaat pengukuran jarak 50 meter dipengaruhi oleh turunnya kuat sinyal pada client karena jarak yang jauh sehingga mempengaruhi besar throughput sehingga fragmentasi paket data pada layerphysical dan MAC menjadi lebih lama.
Propagasi sinyal yang diterima WLAN 802.11b menjadi menurun karena jarak yang jauh dan memungkinkan terkena gangguan membuat besar throughput turun. Jika dibandingkan dengan WLAN 802.11g, kualitas throughput lebih besar karena menggunakan modulasi OFDM yang lebih resisten terhadap gangguan, jangkuan sinyal yang baik dan tidak mudah terhambat. Saat download dan upload pada jarak 75 meter kualitas throughput menurun karena dipengaruhi oleh kuat sinyal yang sangat rendah.
IV.2.2 Delay
Hasil pengukuran parameter delay noiseless wlan 802.11b dan 802.11g berdasarkan jarak pada ukuran file 50 MB dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.5.
(59)
Tabel 4.5 Rata-rata pengukuran delay pada ukuran file 50MB kondisi noiseless Ukuran File 50 MB 5 50 75
Mode G Upload (ms) 0.92 3.36 10.52 Mode G Download (ms) 1.58 3.14 9.07 Mode B Upload (ms) 1.95 4.08 11.19 Mode B Download (ms) 1.99 3.65 12.9
Gambar 4.5 Grafik delay download dan uploadnoiseless pada ukuran file 50 MB.
Hasil pengukuran delay berdasarkan jarak dengan melakukan download dan upload data yang telah ditentukan pada WLAN 802.11b dan 802.11g dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.5. Pada jarak 5 meter delay WLAN 802.11b dan WLAN 802.11g sangat baik karena rata–rata delay lebih cepat dari pada pengukuran jarak 50 meter dan 75 meter untuk download dan upload data. Hal tersebut dipengaruhi kuat sinyal yang baik sehingga besarnya throughput yang diterima cukup baik.
Pada pengukuran jarak 50 meter terjadi peningkatan delay pada WLAN 802.11b dan WLAN 802.11g. Peningkatan delay WLAN 802.11b terjadi karena turunnya kuat sinyal yang diterima dan adanya redaman saat propagasi sinyal wireless. Jika dibandingkan delay WLAN 802.11g lebih baik disebabkan oleh teknik modulasi OFDM mampu membawa paket data lebih baik dalam proses transfer data
(60)
dan kemampuan transfer data lebih maksimal, yaitu : 54 Mbps jika dibandingkan dengan DSSS hanya 11 Mbps.
Pengukuran pada jarak 75 meter besar delay 802.11b mengalami peningkatan cukup besar disebabkan oleh lemahnya kuat sinyal yang diterima, WLAN 802.11g besar delay cukup besar akan tetapi lebih baik dari WLAN 802.11b disebabkan teknik modulasi yang digunakan memiliki performansi lebih baik.
IV.2.3 Packet Loss
Hasil pengukuran parameter packet loss noiseless wlan 802.11b dan 802.11g berdasarkan jarak pada ukuran file 50 MB dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.6.
Tabel 4.6 Rata-rata pengukuran packet loss pada ukuran file 50MB kondisi noiseless.
Jarak (Meter) 5 50 75
Mode G Upload (%) 0 0.3 5.8 Mode G Download (%) 0.4 0.1 5.7
Mode B Upload (%) 0 0 7
Mode B Download (%) 0.2 2 1
Gambar 4.6. Grafik packet loss download dan upload noiseless pada ukuran file 50MB.
(61)
Hasil pengukuran persentasepacket loss berdasarkan jarak dengan melakukan download dan upload data pada WLAN 802.11b dan 802.11g dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.6. Pengukuran pada jarak 5 meter persentase packet loss sangat baik pada WLAN 802.11b dan WLAN 802.11g hal ini dipengaruhi oleh jarak sehingga kuat sinyal yang diterima oleh client sangat baik.
Pengukuran pada jarak 50 meter persentase packet loss WLAN 802.11g dan WLAN 802.11b upload berdasarkan standarisasi ITU dikategorikan sangat baik karena persentase packet loss tidak lebih dari 1% dan persentase packet loss WLAN 802.11b download dikategorikan sedang. Persentase packet loss WLAN 802.11g pada jarak 75 meter dikategorikan buruk karena banyak paket data yang hilang saat transfer data, dan akan mempengaruhi kualitas throughput ditambah system ack saat re-transfer paket data yang hilang akan membebani jaringan. Jika dibandingkan dengan persentase packet loss WLAN 802.11b, dikategorikan baik untuk download sedangkan untuk upload dikategorikan buruk. Hal tersebut dipengaruhi oleh jarak yang sangat jauh dan adanya redaman, refleksi, difraksi dan scattering saat propagasi sinyal.
IV.3 Analisis Kinerja Kasus 3
Analisa kinerja kasus 3 meliputi pengukuran download dan upload yang dilakukan berdasarkan besar ukuran file yang berjarak 50 meter yang terdiri dari pengukuran throughput,delay, dan packet loss dalam kondisi tempat noise.
IV.3.1 Throughput
Hasil pengukuran parameter throughput noise WLAN 802.11b dan 802.11g berdasarkan ukuran file pada jarak 50 meter dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.7.
(62)
Tabel 4.7 Rata-rata pengukuran throughput pada jarak 50 meter kondisi noise. Ukuran File (MB) 25 50 100
Mode G Upload (Mbps) 4.72 4.43 4.14 Mode G Download (Mbps) 2.58 2.75 2.84 Mode B Upload (Mbps) 2.82 2.82 2.93 Mode B Download Mbps) 2.5 2.74 2.46
Gambar 4.7. Grafik throughputdownload dan upload noise pada jarak 50 Meter.
Hasil pengukuran throughput berdasarkan ukuran file dengan melakukan download dan upload data pada WLAN 802.11b dan 802.11g dapat dilihat pada Gambar 4.7. Pengukuran besar throughput download dan upload data 25 MB memiliki performansi lebih baik dari pada pengukuran data 50 MB dan 100 MB karena semakin besar data semakin lama jaringan memproses paket data tersebut. Dengan adanya noise maka kualitas jaringan WLAN 802.11b dan WLAN 802.11g menurun sehingga proses transfer data menjadi mudah terjadi overhead mempengaruhi besar throughput.
Pengukuran download dan upload data 50 megabyte performansi throughput WLAN 802.11b dan WLAN 802.11g tidak berbeda jauh, hal ini dipengaruhi oleh noise yang cukup besar dari lingkungan sekitar wireless. Semakin besar noise yang diterima maka kualitas jaringan dan kuat sinyal semakin buruk. Pengukuran upload
(63)
data WLAN 802.11g memiliki besar throughput cukup baik dipengaruhi oleh kemampuan server dalam memberikan layanan dan kuat sinyal yang cukup baik.
IV.3.2 Delay
Hasil pengukuran parameter delay noise WLAN 802.11b dan 802.11g berdasarkan ukuran file pada jarak 50 meter dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.8
Tabel 4.8 Rata-rata pengukuran delay pada jarak 50 meter kondisi noise. Ukuran File (MB) 25 50 100
Mode G Upload (ms) 1.7 1.99 2.1 Mode G Download (ms) 3.45 3 3.02 Mode B Upload (ms) 3.11 3.08 2.99 Mode B Download (ms) 3.19 3 3.26 .
Gambar 4.8. Grafik delay download dan upload noise pada jarak 50 Meter.
Hasil pengukuran delay berdasarkan ukuran file dengan melakukan download dan upload data pada WLAN 802.11b dan 802.11g dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.8. Pengukuran waktu delay ukuran data 25 MB secara garis besar tidak berbeda jauh dengan pengukuran data 50 MB dan 100 MB, untuk WLAN 802.11b dan WLAN 802.11g. Hal ini dipengaruhi oleh interfensi dari lingkungan dan noise.
(64)
Hal tersebut mempengaruhi kinerja jaringan menjadi lebih sibuk memungkinkan terjadi overhead sehingga waktu delay menjadi lebih lama karena besarnya throughput berkurang. Pengukuran delay upload WLAN 802.11g cukup baik karena server dapat melayani proses upload dengan baik dan modulasi OFDM lebih resisten terhadap interfensi dari gelombang radio lainnya jika dibandingkan dengan teknik modulasi DSSS WLAN 802.11b.
IV.3.3 Packet Loss
Hasil pengukuran parameter packet loss noise WLAN 802.11b dan 802.11g berdasarkan besar data dapat dilihat padaTabel 4.9 dan Gambar 4.9.
Tabel 4.9 Rata-rata pengukuran packet loss pada jarak 50 meter kondisi noise. Ukuran File (MB) 25 50 100
Mode G Upload (%) 0 0 0 Mode G Download (%) 0 0.5 0 Mode B Upload (%) 0 0 0.5 Mode B Download (%) 0.3 0.9 0.5
(1)
Download Mode B Jarak 50 Meter
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Throughtput (Mbps) 2.1 2.1 2 2 2 2.5 2.5 2.4 2.5 2.4 2.25
Delay (s) 101.8 103.3 107.3 106.7 106.4 85.8 86.8 88.3 77.5 88.3 95.22
Packet Loss (%) 2 2 2 1 1 3 2 2 3 2 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Throughtput (Mbps) 2.5 2.4 2.4 2.3 2.4 2.4 2.3 2.3 2.3 2.3 2.36
Delay (s) 172.3 175.8 180.9 185.9 183.2 180.8 182.8 185 190 188.3 182.5
Packet Loss (%) 3 3 3 2 2 5 4 4 4 3 3.3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Throughtput (Mbps) 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.25
Delay (s) 363.3 363.6 3639 364.5 364.2 419.8 421.6 423.4 426.9 425.2 721.15
Packet Loss (%) 3 3 2 2 2 8 8 9 9 9 5.5
Ukuran File (Mbps) 25 50 100
Throughtput (Mbps) 2.25 2.36 2.25
Delay (s) 95.22 182.5 721.15
Packet loss (%) 2 3.3 5.5
Ukuran File (MB) 25 Average
Ukuran File (MB) 50 Average
Ukuran File (MB) 100 Average
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
Upload Mode B Jarak 50 Meter
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Throughtput (Mbps) 2.2 2.2 2.2 2.2 2.2 2.3 2.3 2.2 2.3 2.2 2.23
Delay (s) 98.3 98.2 98.4 98.1 98.2 94.4 96.5 100 95.1 98.2 97.54
Packet Loss (%) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Throughtput (Mbps) 2.3 2.3 2.3 2.3 2.3 2 2 2 2 2 2.15
Delay (s) 187.3 198.4 192.1 187.6 190 215.6 220.9 218.6 214.7 217.7 204.29
Packet Loss (%) 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0.5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Throughtput (Mbps) 2.1 2 2.1 2 2 1.9 1.9 1.9 1.9 1.9 1.97
Delay (s) 417.9 426.5 424.4 429.4 427.1 457.2 456.6 461.2 458.2 461 441.95
Packet Loss (%) 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1.1
Ukuran File (Mbps) 25 50 100
Throughtput (Mbps) 2.23 2.15 1.97
Delay (s) 97.54 204.29 441.95
Packet loss (%) 0 0.5 1.1
Ukuran File (MB) 100 Average
Ukuran File (MB) 25 Average
(3)
Download Mode B Jarak 75 Meter
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Throughtput (Mbps) 1.3 1.2 1.2 1.2 1.2 0.812 0.8 0.794 0.786 0.8 1.0092
Delay (s) 165.9 166.1 166.1 165.8 166.9 270.1 273.4 274 276.7 273.4 219.84
Packet Loss (%) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Throughtput (Mbps) 0.757 0.752 0.749 0.742 0.748 0.621 0.624 0.607 0.609 0.708 0.6917
Delay (s) 582.7 586.6 588.2 593.6 589.1 642.8 701 724.9 719.4 722.4 645.07
Packet Loss (%) 6 6 5 5 5 18 17 16 15 15 10.8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Throughtput (Mbps) 0.797 0.787 0.782 0.785 0.793 0.826 0.816 0.816 0.82 0.812 0.8034
Delay (s) 1107.8 1118.4 1128 1122.7 1112.8 1057.9 1070 1079.7 1063.7 1075.2 1093.62
Packet Loss (%) 6 5 5 6 6 6 5 5 5 5 5.4
Ukuran File (Mbps) 25 50 100
Throughtput (Mbps) 1.0092 0.6917 0.8034
Delay (s) 219.84 645.07 1093
Packet loss (%) 1 10.8 5.4
Ukuran File (MB) 25 Average
Ukuran File (MB) 50 Average
Ukuran File (MB) 100 Average
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
Upload Mode B Jarak 75 Meter
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Throughtput (Mbps) 0.763 0.763 0.763 0.761 0.761 0.777 0.78 0.771 0.763 0.773 0.7675
Delay (s) 286.9 286.8 286.9 287.8 287.7 281.2 280.3 283.4 286.4 282.8 285.02
Packet Loss (%) 7 7 8 8 8 6 6 7 7 6 7
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Throughtput (Mbps) 0.722 0.726 0.721 0.726 0.728 0.723 0.724 0.724 0.73 0.721 0.7245
Delay (s) 605.7 602.5 606.6 602.3 600.9 604.4 603.8 603.7 559.2 606.6 599.57
Packet Loss (%) 9 9 9 9 10 10 10 11 11 9.777778
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Throughtput (Mbps) 0.736 0.738 0.734 0.735 0.74 0.756 0.755 0.756 0.757 0.757 0.7464
Delay (s) 1189.6 1187.4 1193.4 1191.6 1182.9 1163.2 1163.7 1162 1161.1 1160.6 1175.55
Packet Loss (%) 12 12 12 12 13 13 13 13 14 14 12.8
Ukuran File (Mbps) 25 50 100
Throughtput (Mbps) 0.7675 0.725 0.7464
Delay (s) 285.02 599.57 1175.55
Packet loss (%) 7 9.777 12.8
Ukuran File (MB) 25 Average
Ukuran File (MB) 50 Average
(5)
vii
ABSTRAK
Kemajuan teknologi membawa kemajuan pada perangkat pertukaran data komputer yang tidak hanya melalui kabel, namun telah berkembang menjadi
teknologi mobile seperti wireless. Teknologi wireless sendiri bermacam-macam
seperti infrared, bluetooth, radio frequency, GSM/CDMA, dan wireless LAN (802.11). Wireless LAN biasanya digunakan pada lingkungan yang penggunanya selalu mobile atau berpindah-pindah tempat dan tidak ada jaringan kabel untuk penyaluran data Tipe untuk standarisasi wireless LAN juga terbagi menjadi 802.11a, 802.11b, 802.11g, dan 802.11n.
Tugas akhir ini membandingkan kinerja wireless 802.11b dan 802.11g pada
perangkat wireless LAN dan melihat hubungannya dengan QoS (Quality of Service).
QoS yang diukur berupa parameter throughput, delay, dan packet loss. Tugas akhir ini diharapkan mampu memberikan penjelasan dan alasan keunggulan atau kelemahan
kedua standar wireless LAN yaitu 802.11b dan 802.11g. Pengukuran dilakukan
dengan melakukan transfer data (Upload dan download) pada kondisi noiseless dan
noise pada ukuran file sebesar 25 MB, 50 MB, 100 MB serta pada jarak antara
komputer server dan client yaitu 5meter, 50meter, 75meter.
Dari hasil pengukuran setiap skenario, penelitian ini mengkonfirmasi teori yang menyatakan bahwa kinerja WLAN 802.11g memiliki performansi yang lebih baik dari pada WLAN 802.11b, terkait kinerja throughput, delay, dan packet loss.
Kata Kunci : Wireless LAN, Throughput, Delay, Packet Loss.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
viii
ABSTRACT
The development of technology comes to the era where data transfer is no longer necessary to use wire, in fact it has been developed into mobile technology as in wireless. Wireless technology itself is vary, such as infrared, bluetooth, radio frequency, GSM/CDMA, and wireless LAN (802.11). Wireless LAN is usually used in the environment where the users are usually mobile or dinamically moving and there is no linked cable to transfer the data. Types to standardize wireless LAN are also divided into 802.11a, 802.11b, 802.11g, and 802.11n.
This final project is comparing the performance of wireless 802.11b and 802.11g in the wireles LAN hardware and seeing its co-relation towards QoS (Quality of Service). QoS that is measured is the throughput parameter, delay, and packet loss. This final project is dedicated to give explanation and reason of both wireless LAN standard 802.11b and 802.11g's benefits and weakneses. The measurement is conducted by doing the data transfer (upload and download) in the noiseless and noise condition in several file sized 25 MB, 50 MB, 100 MB and in the distance of server computer into client computer in 5 metre, 50 metre, 75 metre.
From the result of each scenario's measurement, this research confirmed the theory that state if the performance of WLAN 802.11g has the better performance than WLAN 802.11b, related to the performance of throughput, delay and packet loss.