Teknik Analisis Data METODE PENELITIAN

32

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Awal Kerajinan Gerabah Kasongan

Pada masa penjajahan Belanda, salah satu daerah di sebelah selatan kota Yogyakarta pernah terjadi peristiwa yang mengejutkan warga setempat, yaitu seekor kuda milik Reserse Belanda ditemukan mati di atas lahan sawah milik seorang warga. Hal tersebut membuat warga ketakutan setengah mati. Karena takut akan hukuman, warga akhirnya melepaskan hak tanahnya dan tidak mengakui tanahnya lagi. Hal ini diikuti oleh warga lainnya. Tanah yang telah dilepas inipun kemudian diakui oleh penduduk desa lain. Warga yang takut akhirnya berdiam diri di sekitar rumah mereka. Karena tidak memiliki lahan persawahan lagi, maka untuk mengisi hari, mereka memanfaatkan apa saja yang ada di sekitar. Mereka memanfaatkan tanah yang ada, kemudian mengempal-ngempalnya yang ternyata tidak pecah bila disatukan, lalu mulai membentuknya menjadi berbagai fungsi yang cenderung untuk jadi barang keperluan dapur atau mainan anak-anak. Berawal dari keseharian nenek moyang mereka itulah yang akhirnya kebiasaan itu diturunkan hingga generasi sekarang yang memilih menjadi perajin keramik untuk perabot dapur dan mainan hingga kini. Kerajinan Kasongan pada mulanya sangat sederhana, hanya berupa celengan, mainan anak dan perabot dapur serta pot bunga. Pada tahun 1971 - 1972, seorang seniman Yogyakarta yang bernama Sapto Hudoyo 32 33 membantu masyarakat Kasongan untuk lebih kreatif dalam berproduksi, sehingga Kerajinan Kasongan atau Gerabah Kasongan ini menjadi bekembang motif dan ragamnya tidak hanya monoton dan membosankan.

B. Lokasi Desa Wisata Gerabah Kasongan

Kasongan adalah nama sebuah desa yang terletak di daerah dataran rendah bertanah gamping di Pedukuhan Kajen, Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul sekitar 8 km ke arah barat daya dari pusat Kota Yogyakarta atau sekitar 15-20 menit berkendara dari pusat kota Yogyakarta. Desa Kasongan merupakan sentra industri kerajinan gerabah.Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat atau tanah lempung. Kawasan ini merupakan wilayah pemukiman para pembuat barang-barang kerajinan berupa perabotan dapur dan juga beraneka macam barang-barang sejenisnya yang sebagian besar menggunakan tanah liat sebagai bahan baku.

C. Proses Pembuatan Gerabah di Kasongan

Pada dasarnya proses pembuatan gerabah dibagi dalam dua bagian besar, yakni dengan cara cetak untuk pembuatan dalam jumlah banyak massal atau langsung dengan tangan. Untuk proses pembuatan dengan menggunakan tangan pada keramik yang berbentuk silinder jambangan, pot, guci, dilakukan dengan menambahkan sedikit demi sedikit tanah liat diatas tempat yang bisa diputar. Salah satu tangan pengrajin akan berada disisi dalam sementara yang lainnya berada diluar. Dengan memutar alas 34 tersebut, otomatis tanah yang ada diatas akan membentuk silinder dengan besaran diameter dan ketebalan yang diatur melalui proses penekanan dan penarikan tanah yang ada pada kedua telapak tangan pengrajin. Pembuatan gerabah atau keramik, mulai dari proses penggilingan, pembentukan bahan dengan menggunakan perbot, hingga penjemuran produk biasanya memakan waktu 2-4 hari. Produk yang telah dijemur itu kemudian dibakar, sebelum akhirnya proses finishing dengan menggunakan cat tembok atau cat genteng.

D. Usaha Kecil dan Menengah Kerajinan Gerabah Kasongan

Setiap galeri atau showroom di Kasongan biasanya merupakan usaha keluarga yang diwariskan secara turun temurun dan mereka bekerja secara kolektif. Proses produksi pembuatan keramik melibatkan tetangga sekitar tempat tinggal pemilik galeri, namun pihak keluarga tetap bertanggung jawab untuk pemilihan bahan dan pengawasan produksi. Berdasarkan catatan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Bantul terdapat sebanyak 400 unit usaha kerajinan gerabah dengan menyerap tenaga kerja kurang lebih 3200 orang. Setiap bulannya UKM di Kasongan memiliki rata-rata kapasitas produksi sebanyak 3600 buah. Hasil produksi kerajinan gerabah di Kasongan tidak hanya dipasarkan untuk lokal, namun sebagian besar juga sudah di pasarkan di beberapa negara di benua Eropa, Amerika dan Australia.Gerabah yang dihasilkan ini bisa berupa guci, pot dengan berbagai ukuran, pigura, souvenir, hiasan dinding dan perabotan lainnya seperti meja dan kursi. Produknya pun kemudian berkembang menjadi bunga tiruan dari dedaunan pisang, topeng-topengan dan perabotan dari bambu. 35

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Dalam penelitian ini jumlah responden yang berada di Kasongan adalah 83 responden. Kuesioner disebarkan kepada wirausahawan atau pemilik usaha gerabah yang beralamat di Jalan Kasongan, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Data responden diperoleh dengan menggunakan sumber data primer yang dihasilkan oleh kuesioner. Data responden terbagi menjadi dua bagian, yaitu data pribadi responden dan data terkait persepsi responden terhadap Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2013. Dari sebanyak 90 kuesioner yang disebarkan kepada responden hanya 83 kuesioner yang kembali atau tingkat pengembalian kuesioner sebesar 92,22 maka dari 83 kuesioner tersebut diperoleh gambaran persepsi wirausahawan terhadap Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. 1. Umur Responden Dari 83 responden dapat diketahui data pribadi wirausahawan yang barada di Kasongan berdasarkan umur responden, yaitu sebagai berikut: 35 36 Tabel 5.1 Data Responden Berdasarkan Umur Umur Responden Jumlah Responden 20 - 30 tahun 5 6.02 30 - 40 tahun 35 42.17 40 - 50 tahun 20 24.11 50 tahun 23 27.7 Total 83 100 Sumber: Data diolah Dari tabel 5.1 dapat diketahui data responden berdasarkan umur, yaitu kelompok umur 20 – 30 tahun sebanyak 5 orang dengan persentase sebesar 6,02, kelompok umur 30 – 40 tahun sebanyak 35 orang dengan persentase 42,17, kelompok umur 40- 50 tahun sebanyak 20 orang dengan persentase 24,11, kelompok umur 50 tahun sebanyak 23 orang dengan persentase 27,7. Dengan demikian data responden berdasarkan umur terbesar ada pada kelompok umur 30 – 40 tahun yaitu sebanyak 35 orang dengan persentase 42,17. 2. Jenis Kelamin Responden Dari 83 responden dapat diketahui data pribadi wirausahawan yang barada di Kasongan berdasarkan jenis kelamin responden, yaitu sebagai berikut : Tabel 5.2 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Responden Laki-laki 48 57.83 Perempuan 35 42.17 Total 83 100 Sumber: Data diolah 37 Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat diketahui bahwa responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu sebanyak 48 orang dengan persentase sebesar 57,83 dibandingkan responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 35 oarang dengan persentase sebesar 42,17. 3. Tingkat Pendidikan Terakhir Responden Dari 83 responden dapat diketahui data pribadi wirausahawan yang barada di Kasongan berdasarkan tingkat pendidikan terakhir responden, yaitu sebagai berikut : Tabel 5.3 Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan Terakhir Jumlah Responden SLTASMASMK sederajat 56 67.47 D1 Akademika 12 14.46 Jenjang S1 15 18.07 Jenjang S2 Jenjang S3 Total 83 100 Sumber: Data diolah Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat diketahui bahwa pendidikan terakhir responden paling banyak pada tingkat SLTASMASMK sederajat yaitu sebanyak 56 orang dengan persentase sebesar 67,47 kemudian untuk jenjang S1 sebanyak 15 orang dengan persentase 18,07 dan untuk tingkat D1Akademika sebanyak 12 orang dengan persentase 14,46.

Dokumen yang terkait

Prosedur Pemilihan Kepala Desa Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 (Studi Desa Kutambaru Kecamatan Munthe Kabupaten Karo)

1 67 82

Kewenangan Pemerintah Terhadap Pengelolaan Investasi Pemerintah

2 26 156

Faktor – Faktor Pendukung Keberhasilan Penerapan Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2005 Pada Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu

1 32 103

Eksistensi Peraturan Hukum Dalam Rangka Pemberdayaan Pemerintah Desa

0 22 3

PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 PADA USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Pada Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Di Kabupaten Batang( Studi Empiris Pada Wajib Pajak Orang Pribadi P

0 3 17

PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 PADA USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Pada Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Di Kabupaten Batang( Studi Empiris Pada Wajib Pajak Orang Pribadi P

2 6 12

ANALISIS TINGKAT PERSEPSI, KEPATUHAN DAN MOTIVASI WAJIB PAJAK TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS USAHA MENENGAH KECIL MIKRO

0 0 13

PERSEPSI WAJIB PAJAK TERHADAP PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 PADA PELAKU USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) (STUDI KASUS DI KPP PRATAMA GRESIK SELATAN) - Perbanas Institutional Repository

0 0 12

PERSEPSI WAJIB PAJAK TERHADAP PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 PADA PELAKU USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) (STUDI KASUS DI KPP PRATAMA GRESIK SELATAN) - Perbanas Institutional Repository

0 0 8

PERSEPSI WAJIB PAJAK TERHADAP PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 PADA PELAKU USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) (STUDI KASUS DI KPP PRATAMA GRESIK SELATAN) - Perbanas Institutional Repository

0 0 30