lainnya untuk menimalisir kerugian atau barang mati. Tempat penyimpanan dilengkapi dengan sarana penunjang seperti rak dan lemari, lemari pendingin untuk
menyimpan obat-obat tertentu yang harus disimpan dalam suhu dingin, satu unit air conditioner AC dan satu unit komputer untuk keperluan administrasi.
Prosedur penyimpanan ini sesuai dengan Hartini 2007 yang menjelaskan bahwa penyimpanan merupakankegiatan atau usaha untuk melakukan pengelolaan
obat di tempat penyimpanan, digolongkan berdasarkan bentuk bahan baku untuk menghindari dari hal-hal yang tidak diinginkan, penyusunan obat dilakukan dengan
cara alphabetis untuk mempermudah pencarian dengan cepat, mempertahankan kualitas obat, serta aman dari pencurian.
2. Apotek Sanata Dharma
a. Frekuensi pembelian
Frekuensi pembelian di Apotek Sanata Dharma disesuaikan dengan kebutuhan apotek, pembelian akan dilakukan saat obat menipis. Jumlah stok obat
diketahui melalui kartu stelling yang diisi setiap kali pergantian shift kerja melalui nota pembelian. Menurut DepKes RI 2004, menjelaskan fungsi kartu stok adalah
untuk mencatat mutasi obat yang diletakkan bersamaan berdekatan dengan obat yang bersangkutan. Pencatatan dilakukan secara rutin dari hari ke hari.
Pembelian dilakukan kepada supplier yang telah terdaftar dalam daftar supplier yang sudah dipilih sebelumnya dengan mempertimbangkan keresmian dan
pemberian potongan harga yang besar, pembayaran dilakukan saat jatuh tempo dan
dibayar tunai kepada salles yang datang. Hal ini sesuai dengan Hartono 2003, menjelaskan bahwa pembayaran dilakukan bila sudah jatuh tempo dimana faktur
akan dikumpulkan, kemudian dibuat bukti kas keluar serta cek atau giro, kemudian diserahkan ke bagian keuangan untuk ditandatangani sebelum di bayar ke supplier.
Frekuensi pembelian di Apotek Sanata Dharma dapat dilakukan setiap hari dengan melihat persediaan obat yang sudah menipis, dan dalam 1 bulan Apotek
Sanata Dharma melakukan1-2 kali pembelian dengan pesanan besar, karena jumlah distributor di Yogyakarta cukup banyak, terlapir dalam lampiran, maka pengadaan
dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan mudah dan lead time tidak terlalu lama. Waktupaling lama lead time dari distributor untuk mengirim barang ke
Apotek adalah 3 hari kerja, jika dalam 3 hari kerja tidak ada konfirmasi, maka Apoteker akan melakukan pemesanan ulang.
Banyaknya frekuensi pembelian ini adalah akibat sistem pembelian harian kepada beberapa supplier atau pemasok obat dengan pembelian obat yang jenisnya
berlainan kepada masing-masing pemasok.Frekuensi pembelian setiap bulan harus mendapat perhatian yang besar karena dapat mempengaruhi keefektifan dalam
manajemen obat, diantaranya dapat memperbesar biaya dan tenaga yang harus dikeluarkan pihak apotek, apabila frekuensi pembelian terlalu sering dilakukan.
Pembelian untuk memenuhi kebutuhan apotek dilakukan setiap hari, diakui tidak menjadi permasalahan dikarenakan letak apotek yang masih berada di dalam
kota, oleh sebab itu supplier bisa memberikan pelayanan sehari antar, sehingga kebutuhan obat yang mulai menipis bisa terlayani setiap hari nya.
b. Penerimaan dan pemeriksaan obat