Penyelesaian Utang Debitur Melalui Pembebanan Harta Pailit dengan

B. Penyelesaian Utang Debitur Melalui Pembebanan Harta Pailit dengan

Gadai Permohonan pernyataan pailit yang diajukan oleh Debitur mensyaratkan adanya dokumen yang berupa daftar aset atau neraca keuangan terakhir, sedang permohonan kepailitan yang diajukan oleh Kreditur syarat tersebut tidak ada.Persyaratan tersebut dibuat tentunya dengan pertimbangan bahwa sulit untuk dipenuhi Kreditur apabila dalam permohonannya harus menyertakan daftar aset atau neraca keuangan debitur. Daftar aset atau neraca keuangan Debitur akan mempermudah bagi Kurator untuk menelusuri harta pailit apabila permohonan pernyataan pailit dikabulkan oleh Pengadilan Niaga. Pertimbangan pembentukan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang UUK dan PKPU adalah sebagai salah satu sarana hukum untuk penyelesaian utang piutang secara cepat, adil, terbuka, dan efektif, sehingga menjadi kewajiban bagi semua pihak yang terlibat dalam proses kepailitan termasuk Majelis Hakim Niaga yang memutuskan permohonan pernyataan pailit untuk mensukseskan tujuan daripada UUK dan PKPU. Oleh karena daftar aset atau neraca keuangan sangat membantu Kurator dalam menelusuri aset debitur pailit, maka dalam hal permohonan pernyataan pailit diajukan oleh kreditur hendaknya pada kesempatan debitur hadir dalam persidangan ditanyakan kepada debitur tentang aset-asetnya. Kesempatan tersebut adalah saat yang tepat sebagaimana diatur dalam Pasal 8 ayat 1 a UUK dan PKPU debitur wajib hadir di persidangan dalam hal permohonan pernyataan pailit diajukan oleh kreditur. Pasal 8 ayat 5 UUK dan PKPU menyatakan: “Putusan Pengadilan atas permohonan pernyataan pailit harus diucapkan paling lambat 60 Universitas Sumatera Utara enam puluh hari setelah tanggal permohonan pernyataan pailit didaftarkan.” Sebagaimana terlihat dalam tabel 1, ketentuan batas waktu tersebut dalam praktek dapat dilaksanakan oleh Pengadilan Niaga Semarang, bahkan kurang dari 60 enam puluh hari putusan permohonan pernyataan pailit sudah diucapkan. Ketentuan tentang batas waktu putusan permohonan pernyataan pailit harus diucapkan sebagaimana diatur dalam UUK dan PKPU No. 37 Th. 2004 lebih lama, dibandingkan dengan ketentuan yang diatur dalam UUK No. 4 Th 1998 yaitu hanya 30 tiga puluh hari, sehingga Hakim mempunyai waktu yang cukup untuk memeriksa perkara permohonan kepailitan. Hakim Pengawas sering terlambat dalam menetapkan surat kabar harian untuk mengumumkan putusan pailit dengan alasan terlambat menerima salinan penetapan putusan pailit dapat dihindari apabila terdapat koordinasi yang baik, apalagi terjadi dalam satu kantor. Kurator mempunyai tugas yang berat dalam hal ini, karena disatu sisi ia harus segera turun ke lapangan untuk menginventarisir asetharta pailit karena paling lambat dua hari setelah putusan pailit diterima harus segera membuat pencatatan harta pailit sebagaimana diatur dalam Pasal 100 ayat 1 UUK dan PKPU, disisi lain masih harus memikirkan untuk mengumumkan putusan pernyataan pailit dalam jangka waktu paling lambat lima hari sebagaimana diatur dalam pasal 15 ayat 4 UUK dan PKPU, dimana pemberitahuan surat kabar yang ditunjuk oleh Hakim Pengawas belum diterima. Dedikasi yang tinggi dan profesionalitas dari kurator dalam menjalankan tugas merupakan kunci agar semua dapat berjalan sesuai ketentuan. Kreditur yang mempunyai bukti-bukti tagihan tidak meyakinkan pada waktu mengajukan Universitas Sumatera Utara tagihannya kepada kurator dan memaksakan agar diterima oleh kurator, maka untuk menghindari timbulnya perselisihan kalau tidak diterima karena kreditur yang demikian biasanya akan mudah marah, ia merasa mempunyai piutang tidak bisa mengajukan tagihan walau tidak memiliki bukti yang kuat, kiranya kurator dapat mengambil langkah tagihan tersebut diterima tetapi dimasukkan dalam daftar tagihan yang sementara ditolak. Tagihan tersebut masih akan diseleksi dalam rapat pencocokan piutang. Tugas utama kurator dalam kepailitan adalah melikudasi aset-aset debitur pailit, yaitu menjual aset-aset tersebut kepada pihak manapun sesuai dengan prosedur yang berlaku sehingga diperoleh uang tunai. Balai Harta Peninggalan Semarang sebagai Kurator dalam kepailitan pernah melaksanakan penjualan aset- aset Debitur Pailit dengan lelang terbuka dan tingkat keberhasilannya hanya 10 yang berhasil dijual. Peserta lelang biasanya ikut lelang dengan harapan memperoleh harga yang rendah dan untuk mencapai maksud tersebut membentuk suatu jaringan atau kelompok, sehingga kurator justru akan sulit untuk memperoleh harga yang maksimal. Kurator dapat menjual secara dibawah tangan dengan izin Hakim Pengawas apabila penjualan dengan lelang tidak tercapai Pasal 185 ayat 2 UUK dan PKPU. Menurut Pasal 1 angka 6 UUK dan PKPU yang dimaksud dengan utang adalah: “Kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang timbul di kemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau Undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh debitur dan bila Universitas Sumatera Utara tidak dipenuhi memberi hak kepada Kreditur untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan debitur. Undang-Undang Kepailitan dan PKPU mengatur dua alternatif penyelesaian utang debitur pailit terhadap para Krediturnya, yaitu: 1. Melalaui perdamaian accoord, diatur dalam Pasal 144 sampai dengan Pasal 177; dan 2. Melalui pemberesan harta pailit, diatur dalam Pasal 178 sampai dengan Pasal 203. Penyelesaian utang debitur pailit terhadap para Krediturnya melaui perdamaian accoord dapat terjadi apabila paling lambat delapan hari sebelum rapat pencocokan piutang debitur pailit mengajukan rencana perdamaian dan diumumkan dengan jalan diletakkan di Kepanitiraan Pengadilan Niaga Pasal 145 UUK dan PKPU. Rencana perdamaian tersebut wajib dibicarakan dan segera diambil keputusan setelah pencocokan piutang berakhir, apabila rencana perdamaian disetujui oleh kreditur prosedur yang berlaku serta memperoleh pengesahan dari Pengadilan Niaga dan telah berkekuatan hukum tetap, maka kepailitan berakhir. Kurator wajib mengumumkan perdamaian tersebut dalam Berita Negara Republik Indonesia dan paling sedikit 2 dua surat kabar harian yang ditunjuk oleh Hakim Pengawas, serta mempertanggung jawabkan kepada debitur di hadapan Hakim Pengawas Pasal 166 ayat 2 UUK dan PKPU. Universitas Sumatera Utara

C. Hambatan-Hambatan Penyelesaian Utang Debitur Melalui Pembebanan

Dokumen yang terkait

Kewenangan Kurator Dalam Meningkatkan Harta Pailit Debitur Dalam Hukum Kepailitan Indonesia

18 131 111

Analisis Yuridis Permohonan Pernyataan Pailit Terhadap Bank Oleh Bank Indonesia Dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

3 72 165

Akibat Hukum Kepailitan Terhadap Harta Warisan Ditinjau Dari Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

24 183 81

Tanggung Jawab Balai Harta Peninggalan dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit Menurut Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998.

0 4 6

Perlindungan Hukum Terhadap Kurator Dalam Melaksanakan Tugas Mengamankan Harta Pailit Dalam Praktik Berdasarkan Kajian Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

1 3 18

Pertanggungjawaban Kurator atas Kesalahan atau Kelalaiannya dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit ditinjau dari Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU.

0 1 2

Pembebanan Harta Pailit Dengan Gadai Dalam Pengurusan Harta Pailit Menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaankewajiban Pembayaran Utang

0 10 50

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pembebanan Harta Pailit Dengan Gadai Dalam Pengurusan Harta Pailit Menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaankewajiban Pembayaran Utang

0 0 15

BAB II PUTUSAN PAILIT MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG A. Pengertian Pailit - Analisis Yuridis Putusan Pailit Terhadap PT. Telkomsel Tbk.

0 1 31

JURNAL ILMIAH RENVOI DALAM KEPAILITAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG

0 0 16