tidak mampu lagi membayar utangnya yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih involuntary petition for bankcruptcy.
3
Proses kepailitan dimulai dengan adanya suatu permohonan pailit terhadap debitur yang memenuhi syarat, sesuai Pasal 2 ayat 1 UUK dan PKPU yang
menyatakan bahwa ”debitur yang mempunyai dua atau lebih Kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih,
dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih dari krediturnya.”
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis memilih judul Pemberesan Harta Pailit Dengan Gadai Dalam Pengurusan Harta Menurut
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengurusan dan pemberesan harta pailit menurut Undang-
Undang Nomor 37 Tahun 2004?
2. Bagaimanakah keberadaan gadai dalam pengurusan dan pemberesan harta
pailit?
3. Bagaimanakah pembebanan harta pailit dengan gadai dalam pengurusan
harta pailit?
3
Ricardo Simanjuntak, “Esensi Pembuktian Sederhana dalam Kepailitan” dalam Emmy Yuhassarie ed, Undang-Undang Kepailitan dan Perkembangannya Jakarta: Pusat Pengkajian
Hukum, 2005, hlm.55-56.
Universitas Sumatera Utara
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah: a.
Untuk mengetahui pengurusan dan pemberesan harta pailit menurut
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004.
b. Untuk mengetahui keberadaan gadai dalam pengurusan dan pemberesan
harta pailit.
c. Untuk mengetahui pembebanan harta pailit dengan gadai dalam
pengurusan harta pailit
2. Manfaat Penulisan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu sebagai berikut:
a. Manfaat teoritis 1
Diharapkan menjadi pertimbangan dalam pemikiran dan wawasan berpikir dalam suatu karya ilmiah di bidang hukum, khususnya dalam
bidang hukum kepailitan yang membahas pembebanan harta pailit dengan gadai dalam pengurusan harta pailit menurut Undang-Undang
Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PenundaanKewajiban Pembayaran Utang
2 Diharapkan dapat menjadi masukan bagi pembaca, khususnya
mengenai dengan adanya penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang Pembebanan Harta Pailit dengan Gadai Dalam
Pengurusan Harta Pailit
Universitas Sumatera Utara
b. Manfaat praktis
Diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat tentang pembebanan harta pailit dengan gadai dalam pengurusan harta pailit
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh peneliti di perpustakaan Universitas Sumatera Utara diketahui bahwa penelitian tentang
Pemberesan Harta Pailit Dengan Gadai Dalam Pengurusan Harta Menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang Adapun judul-judul yang telah ada di perpustakaan universitas cabang
Fakultas Hukum yang mirip yang penulis temukan adalah : 1.
Harri Sugandi H, NIM 010200102, dengan judul Kewenangan Bank Indonesia terhadap kepailitan Banak dan Penundaan Kewajiban pembayaran uang.
2. Putri Herwina, NIM 040200065 dengan judul Tugas dan Wewenang Hakim
Pengawas dalam Kepailitan menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004. 3.
Lisnawati Solin, NIM dengan judul Tinjauan yuridis akibat putusan pailit terhadap karyawan perusahaan berdasarkan Undnag-Undang Nomor 37 Tahun
2004. 4.
Amirudin, NIM 050200086, dengang judul Tinjauan hukum mengenai permohonan pailit perusahaan BUMN berdasarkan Undang-Undang Nomor
37 Tahun 2004 tentang Kepailitan.
Universitas Sumatera Utara
Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan terbuka atas segala kritikan dan masukan yang sifatnya membangun
guna penyempurnaan hasil penelitian.
E. Tinjauan Pustaka