Menurut PSAK No. 2, “Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas. Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama
pendapatan entitas prinsipal revenue-producing activities dan aktivits lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan”. Arus
kas operasi dapat diartikan sebagai arus masuk atau keluar kas atau setara kas yang berasal dari aktivitas penghasil utama pendapatan utama dan
aktivitas lain entitas selain aktivitas investasi dan aktivitas pendaan. Menurut PSAK 19, “Aset adalah sumber daya yang: a dikendalikan
oleh entitas sebagai akibat peristiwa masa lalu; dan b manfaat ekonomis di masa depan dari aset tersebut diharapkan diterima oleh entitas”. Aset dibagi
menjadi dua kelompok besar, yaitu non-current assets dan current assets. Piutang dikategorikan ke dalam current assets yang dapat diklasifikasikan
menjadi piutang jangka pendek dan piutang jangka panjang Kieso, et al., 2011: 347. Menurut Kieso, et al. 2011: 347, piutang merupakan aset
keuangan yang sering dirujuk sebagai peminjaman yang diklaim sebagai tagihan kepada pelanggan berupa uang, barang, maupun jasa.
Dalam penelitian ini digunakan model Jones 1991 dimodifikasi. Nilai absolut dari akrual diskresioner yang tinggi mengindikasikan bahwa kualitas
laba rendah dan sebaliknya.
a Menghitung nilai total akrual dengan persamaan seperti di bawah ini:
TA
i,t
= NI
i,t
- CFO
i,t
b Menentukan nilai parameter
α
1
, β
1,
dan β
2
dengan persamaan seperti di bawah ini:
TA
i,t
A
i,t-1
= α
i,t
1A
i,t-1
+ β
1 i,t
[ΔREV
i,t
– ΔRECE
i,t
A
i,t-1
] + β2
i,t
[PPE
i,t
A
i,t-1
]+ε
i,t
c Menghitung akrual nondiskresioner NDA dengan persamaan seperti di
bawah ini:
NDA
i,t
= α
i,t
1A
i,t-1
+ β
1 i,t
[ΔREV
i,t
– ΔRECE
i,t
A
i,t-1
] + β2
i,t
[PPE
i,t
A
i,t-1
]
Nilai α
,
β
1
dan β2 diperoleh dari langkah kedua.
d Menghitung nilai akrual diskresioner absolut yang merupakan indikator
kualitas pelaporan keuangan dengan cara mengurangi total akrual dengan akrual nondiskresioner yang diabsolutkan, dengan persamaan seperti di
bawah ini: |DA
i,t
| = |TA
i,t
– NDA
i,t
| Keterangan:
TA
i,t
= Total akrual perusahaan i pada periode t NI
i,t
= Laba bersih perusahaan i pada periode t CFO
i,t
= Arus kas operasi perusahaan i pada periode t A
i,t-1
= Total aset perusahaan i pada periode t-1 ΔREV
i,t
= Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode t ΔRECE
i,t
= Perubahan piutang perusahaan i pada periode t
PPE
i,t
= property, plant, and equipment perusahaan i pada periode t ε
i,t
= error term perusahaan i pada periode t NDA
i,t
= Akrual nondiskresioner perusahaan i pada periode t |DA
i,t|
= Nilai akrual diskresioner absolut perusahaan i pada periode t Hasil perhitungan akrual diskresioner absolut digunakan menjadi data
yang akan diklasifikasikan ke dalam kategori pelaporan keuangan. Klasifikasi data kualitas pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan
membagi ke dalam kategori kualitas pelaporan keuangan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Roychowdhury 2006, sebagai berikut:
1 = 0 – 0,075
: Tidak terindikasi manipulasi laba 2 = 0, 075
: Terindikasi manipulasi laba Pelaporan keuangan yang terindikasi manipulasi laba menunjukkan
bahwa pihak manajemen telah melakukan tindakan kecurangan terhadap laporan keuangan yang bertujuan untuk membuat kinerja perusahaan tampak
baik di mata para stakeholders Mulford dan Comiskey, 2002. Tindakan manipulasi laba dapat menyebabkan proses pelaporan keuangan menjadi
bias, karena penyajian laporan keuangan yang sengaja dibuat salah dapat menyesatkan para pengguna informasi dalam pengambilan keputusan. Hal
ini dilakukan demi kepentingan manajemen dalam memenuhi target untuk menyajikan laba yang sesuai dengan keinginan pasar Roychowdhury,
2006. Dalam rentang 0 - 0,075 dikatakan tidak terindikasi manipulassi laba karena dianggap mendekati angka 0 dan masih dalam batas toleransi bahwa
perusahaan bertindak masih dalam prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum.
C. Hubungan Reputasi Perusahaan dengan Kualitas Pelaporan Keuangan
Menurut Fombrun 1996 dalam Luchs et al. 2009, Strategic management theory menunjukan bahwa reputasi yang baik akan menciptakan keunggulan
kompetitif yang berkelanjutan bagi perusahaan. Reputasi perusahaan dianggap sebagai sebuah aset yang unik yang akan berdampak terhadap kinerja perusahaan
Tan, 2007 dalam Luchs et al., 2009. Reputation effect memberi pandangan bahwa reputasi perusahaan akan berdampak pada aksi para pemain di dalam
sebuah perusahaan Weigelt dan Camerer 1988 dalam Cao et al., 2012. Cao et al. 2012 menjelaskan bagaimana reputasi akan berdampak pada
aksi dari para pemain dengan game theory. Pada sebuah perusahaan, pemain digambarkan oleh pihak agen dan pihak prinsipal. Pihak agen sebagai pemain
yang mendapat wewenang untuk menjalankan perusahaan akan memiliki informasi lebih banyak tentang perusahaan, dan pihak prinsipal menjadi pemain
yang menggunakan informasi yang diberikan oleh pihak agen sebagai dasar untuk membentuk kepercayaan terhadap kinerja pihak agen dan memutuskan
bagaimana harus bertindak atas kinerja pihak agen. Game theory menjelaskan bagaimana situasi konflik dalam perusahaan
dan kerja sama jika para pemain memiliki tujuan yang sama untuk memenangkan permainan Situmorang, 2015. Dalam hal ini, konflik diibaratkan sebagai sebuah
permainan yang membutuhkan strategi dan kerja sama dari para pemain. Tujuan dari kerja sama dan strategi yang dilakukan adalah untuk memenangkan
permainan, yang dalam hal ini adalah reputasi perusahaan. Pihak agen maupun pihak prinsipal memiliki strategi masing-masing.
Pihak prinsipal sebagai pihak yang memberikan wewenang kepada pihak agen untuk menjalankan dan mengambil keputusan di dalam perusahaan, tidak
semata-mata percaya bahwa pihak agen dapat selalu bekerja sama dengan baik. Sebelum kedua pihak tersebut bekerja sama, terlebih dahulu pihak prinsipal
shareholders akan mengawasi kinerja manajemen dengan melihat reputasi dari para manajer, karena reputasi manajemen menjadi dasar dari reputasi yang baik.
Agen yang baik akan bekerja untuk kepentingan prinsipal, sehingga agen yang memiliki reputasi yang baik akan diberikan gaji yang lebih tinggi dibandingkan
dengan agen dengan reputasi yang kurang baik. Oleh karena itu, pihak prinsipal akan melakukan pengawasan dan mengeluarkan monitoring costs Godfrey et al.,
2010. Pihak prinsipal akan menggunakan audit eksternal yang berkualitas Cao et al., 2012 dengan tujuan agar ada pihak yang akan mengkomunikasikan
temuan kecurangan atas laporan keuangan Tuankotta, 2013 yang dihasilkan oleh pihak agen dan biaya audit dalam mengadakan dewan komisaris untuk audit
internal Godfrey et al., 2010. Pihak agen manajemen akan bertindak untuk mendapatkan perspektif
yang baik sehingga memiliki reputasi di mata prinsipal. Cao et al. 2012 menjelaskan bagaimana agen top management akan berusaha untuk
menciptakan budaya kerja yang baik sehingga kinerja perusahaan menjadi kondusif. Hal ini sangat penting agar para karyawan mampu bekerja secara
professional, khususnya bagi accounting staffs yang berperan dalam proses pelaporan keuangan. Para accounting staff harus mampu bekerja secara
profesional dan tetap mempertahankan integritas sehingga menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas.
Strategi yang dilakukan oleh agen dan prinsipal mampu mereduksi agency problem yang muncul akibat perbedaan kepentingan antara agen dan prinsipal
Cao et al, 2012. Dengan demikian, agen manajemen akan bertindak demi kepentingan prinsipal. Pelaporan keuangan menjadi salah satu sarana
penyampaian kinerja oleh agen manajemen kepada prinsipal. Selain sebagai sarana komunikasi, pelaporan keuangan menjadi dasar bagi prinsipal owners
dalam mengambil keputusan. Pelaporan keuangan yang berkualitas akan memberikan gambaran kinerja perusahaan yang baik yang berkaitan dengan
penyajian kualitas laba Fanani, 2009. Pelaporan keuangan yang berkualitas akan meningkatkan kepercayaan shareholders atas kinerja perusahaan.
Shareholders sebagai salah satu unsur pembentuk organisasi Daft, 2004:23, kepuasan mereka menjadi sangat penting dalam meningkatkan citra
perusahaan. Oleh karena itu, pihak manajemen akan berusaha untuk melakukan pelaporan keuangan yang menyajikan laba yang berkualiatas yang mampu
mempengaruhi shareholders untuk membuat keputusan agar tetap melakukan investasi
pada perusahaan.
Pelaporan keuangan
yang berkualitas
mengindikasikan bahwa laporan keuangan memiliki transparansi yang tinggi, dikarenakan tingkat asimetri informasi yang rendah.
Kualitas pelaporan keuangan berhubungan dengan kualitas akrual absolut, semakin tinggi kualitas akrual yang menunjukan bahwa informasi laba yang
disajikan adalah berkualitas maka pelaporan keuangan yang dilakukan juga semakin berkualitas. Kualitas pelaporan keuangan yang diukur dengan
menggunakan absolute discretionary acrruals berhubungan negatif dengan reputasi perusahaan yang ditentukan dengan menggunakan Corporate Image
Index, karena semakin tinggi tingkat discretionary accruals maka Corporate Image Index akan semakin rendah. Hal ini berarti bahwa ketika informasi laba
dalam laporan keuangan disajikan tidak berkualitas akan berdampak pada reputasi perusahaan. Dengan demikian, kualitas pelaporan keuangan
berhubungan positif dengan reputasi perusahaan. Semakin baik nilai reputasi perusahaan maka akan semakin tinggi pula kualitas pelaporan keuangan.
D. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Cao et al. 2012 mengungkapkan bahwa adanya hubungan positif antara reputasi perusahaan dengan kualitas pelaporan
keuangan dengan proksi misstatements of annual financial statements. Pada penelitian ini ditemukan bahwa perusahaan-perusahaan yang masuk dalam
kategori America’s Most Admirable Companies cenderung untuk tidak
ditemukan melakukan restatements. Hal ini berbanding dengan perusahaan yang
tidak masuk dalam kategori Most Admired cenderung untuk melakukan restatements dalam pelaporan keuangan. Restatements dapat menurunkan
tingkat reputasi perusahaan karena perusahaa melakukan eranings restatements yang berarti bahwa laba yang disajikan sebelumnya adalah bukan yang
sebenarnya. Paramita 2016 meneliti bahwa reputasi perusahaan memiliki pengaruh
terhadap kualitas pelaporan keuangan. Penelitian ini menggunakan keterjadian restatements untuk menjelaskan bagaimana reputasi perusahaan dapat
mempengaruhi kualitas pelaporan keuangan. Selain itu, reputasi perusahaan dapat digunakan sebagai variabel pemoderasi untuk mengetahui hubungan antara
corporate governance dan kualitas pelaporan keuangan. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa salah satu usaha untuk menghasilkan pelaporan yang
berkualitas dibutuhkan corporate governance yang dapat berfungsi dengan baik. Bauer dan Boritz 2013 meneliti keterkaitan antara skor Corporate
Reporting Awards sebagai indikator reputasi perusahaan di Kanada dengan kualitas pelaporan keuangan. Hasil penelitian mereka menjelaskan bagaimana
kualitas laba sebagai indikasi pelaporan keuangan yang berkualitas memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap skor Corporate Reporting Awards
perusahaan. Bauer dan Boritz 2013 menyimpulkan bahwa ada banyak karakteristik kualitatif lainnya yang menentukan apakah sebuah perusahaan
memiliki tingkat reputasi yang tinggi.
Penelitian yang dilakukan Luchs et al. 2009 menjelaskan bahwa kualitas laba menjadi indikator suatu pelaporan keuangan yang berkualitas. Para
pemegang saham percaya pada kualitas laba yang disajikan sebagai informasi di dalam laporan keuangan yang membantu dalam pengambilan keputusan.
Semakin tinggi tingkat keprcayaan pemegang saham maka semakin banyak modal yang ditanamkan pada perusahaan. Reputasi perusahaan menjadi dasar
pemegang saham untuk menilai kinerja perusahaan. Kinerja yang baik tampak pada kualitas laba. Penelitian ini menemukan bahwa kualitas laba menjadi
informasi penting untuk menunjukan bahwa pelaporan keuangan berkualitas dan mampu meyakini pemegang saham ketika perusahaan juga memiliki tingkat
reputasi yang baik. Adzor dan Igbawase 2014 melakukan penelitian tentang bagaimana
reputasi perusahaan berhubungan dengan kualitas pelaporan keuangan terhadap perusahaan di Nigeria dan menemukan bahwa perusahaan yang bereputasi
menyajikan kualitas laba yang unggul. Namun demikian, penelitian ini tidak menemukan adanya hubungan yang signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh
Tan 2007 juga mengungkapkan hal serupa dimana sampel yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan di China.
Penelitian yang dilakukan Marinovic et al. 2016 melakukan penelitian kredibilitas pelaporan keuangan dengan pendekatan reputasi. Kredibilitas
pelaporan keuangan menunjukkan bagaimana proses pelaporan keuangan