Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Penelitian Terdahulu

6 sebesar 2,06 dan penurunan kembali ROA menjadi sebesar 1,27 seharusnya ROA mengalami peningkatan sehingga tidak sesuai dengan pendapat Dendawijaya. Jika dilihat dari angka NPF dalam rentang waktu 2011 hingga 2013 rasio NPF masih pada ambang batas aman yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu tidak melewati 5. Berdasarkan dari uraian sebelumnya dengan hasil yang tidak konsisten dari data rata-rata FDR, NPF, dan ROA yang penulis sajikan pada Tabel 1.2 diatas, membuat peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing berpengaruh terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing terhadap profitabilitas bank syariah di Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap pihak-pihak terkait yaitu: 7 1. Bagi peneliti, diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti khususnya mengenai analisis financing to deposit ratio, non performing financing dan profitabilitas perbankan syariah di Indonesia. 2. Bagi Investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan Informasi keuangan yang dibutuhkan dalam mempengaruhi keputusan para investor dalam berinvestasi di saham bank syariah di Indonesia. Sehingga investor dapat mengharapkan laba perusahaan di masa yang akan datang lebih baik. 3. Bagi perusahaan perbankan syariah, sebagai bahan informasi dan sumbangan pemikiran untuk membuat keputusan bagi praktisi perbankan syariah. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Perbankan Syariah

Kata syariah berasal dari bahasa Arab, dari kata syara’a, yang berarti jalan, cara dan aturan. Syariah digunakan dalam arti luas dan sempit. Dalam arti luas, syariah adalah ajaran-ajaran agama Islam yang dibedakan menjadi dua aspek, yaitu ajaran tentang kepercayaan akidah dan ajaran tentang tingkah laku amaliah. Dalam arti sempit, syariah merujuk kepada aspek yang berupa kumpulan ajaran atau norma yang mengatur tingkah laku konkret manusia. Syariah dalam arti sempit inilah yang lazim diterjemahkan sebagai hukum Islam Anwar, 2007:5. Jadi perbankan Syariah adalah bank yang melakukan kegiatan usaha perbankan berdasarkan “prinsip syariah” Wangsawidjaja, 2012:16. Sebagaimana telah ditegaskan dalam penjelasan umum UU Perbankan Syariah bahwa kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah meliputi kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur riba, maisir, gharar, haram dan zalim. Pengertian dari prinsip-prinsip tersebut dalam Pasal 2 UU No.21 tahun 2008 menyatakan bahwa: 1. Riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah antara lain dalam transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas , kuantitas, dan waktu penyerahan fadhl, atau dalam transaksi pinjam meminjam yang 9 mempersyaratkan nasabah penerima fasilitas mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu nasi’ah; 2. Maisir, yaitu transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti dan bersifat untung-untungan; 3. Gharar, yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam syariah; 4. Haram, yaitu transaksi yang objeknya dilarang dalam syariah; 5. Zalim, transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak lainnya. Fungsi utama perbankan adalah sebagai lembaga perantara yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana kepada masyarakat. Dari kegiatan perbankan di bidang syariah tersebut digolongkan pada 3 kegiatan pokok, yaitu: 1. Kegiatan Penghimpun Dana Funding, yaitu bank mengumpulkan dana dari masyarakat untuk disimpan . Dalam perbankan syariah, prinsip dari kegiatan funding terdiri atas: a. Prinsip Wadi’ah titipan, yaitu penitipan dana antara pihak pemilik dana dengan pihak penerima titipan yang dipercaya untuk menjaga dana tersebut. b. Prinsip Mudharabah bagi hasil, yaitu kerjasama antara pemilik dana atau penanam modal dengan pengelola dana untuk melakukan usaha tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah. 10 2. Kegiatan Penyaluran Dana Financing, yaitu dana yang terdapat di Bank dapat disalurkan kembali oleh Bank kepada masyarakat. Dalam perbankan syariah prinsip dari kegiatan financing terdiri atas: A. Prinsip jual beli, dimana bentuk akadnya bisa berupa: a. Murabahah, yaitu pembiayaan saling menguntungkan yang dilakukan oleh bank selaku shahibul maal dengan pihak yang membutuhkan melalui transaksi jual beli dengan penjelasan bahwa harga pengadaan barang dan harga jual terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan atau laba bagi shahibul al maal dan pengembaliannya dapat dilakukan secara tunai atau secara angsuran. b. Istishna, yaitu jual beli barang atau jasa dalam bentuk pemesanan dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pihak pemesan dengan pihak penjual. c. Salam, yaitu jasa pembiayaan yang berkaitan dengan jual beli yang pembayarannya dilakukan bersamaan dengan pemesanan barang. B. Prinsip Kerjasama Bagi Hasil, dimana akadnya bisa berbentuk : a. Mudharabah, yaitu bentuk kerja sama antara pemilik dana atau penanam modal dengan pengelola modal untuk melakukan usaha tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah. b. Musyarakah, yaitu bentuk kerjasama dimana modal ditanggung bersama antara pelaksana dengan pemilik modal. Jadi, jika ada keuntungan maupun kerugian, maka untung rugi tersebut dibagi dua untuk bagian yang sama besarnya. 11 c. Ijarah sewa, yaitu sewa barang dalam jangka waktu tertentu dengan pembayaran sewa menyewa murni atau sewa menyewa dengan hak untuk membeli pada akhir masa sewa. 3. Prinsip Jasa Keuangan Service, yaitu dalam melaksanakan tugasnya dibidang jasa keuangan, pihak bank mengutip biaya jasa. Adapun bentuk jasa yang disediakan oleh pihak bank adalah : a. Wakalah, yaitu pemberian kuasa dari nasabah kepada bank untuk melakukan sesuatu, misalnya pembelian suatu barang. b. Kafalah, yaitu jaminan atau garansi yang diberikan oleh peminjam kepada pihak ketiga pemberi pinjaman untuk memenuhi kewajiban pihak kedua peminjam. Dalam hukum positifnya dikenal sebagai pemberian jaminan perorangan atau perusahaan. c. Hawalah, yaitu pengalihan hutang. Dalam prakteknya mengenai hiwalah ini akan dikembangkan menjadi bentuk pembiayaan factoring atau anjak piutang. d. Rahn Gadai, yaitu penguasaan barang milik peminjam oleh pemberi pinjaman sebagai jaminan. e. Qardh, yaitu penyediaan dana atau tagihan antara lembaga keuangan syariah dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak peminjam untuk melakukan pembayaran secara tunai atau cicilan dalam jangka waktu tertentu. f. Sharf, yaitu pertukaran antara emas dan perak atau sebaliknya, atau pertukaran antara mata uang asing dengan mata uang lainnya. 12

2.1.2 Profitabilitas

Sebagaimana dengan Bank Umum lainnya, tugas utama Bank Syariah dalam upaya pencapaian keuntungan adalah dengan mengoptimalkan laba, meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup. Tingkat laba yang dihasilkan oleh bank dikenal dengan istilah profitabilitas. Menurut Brigham dan Houston 2012:146 profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan utang pada hasil operasi. Definisi profitabilitas menurut Dendawijaya 2005:118, profitabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efesiensi usaha dan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi perusahaan yang bersangkutan. Untuk itu maka dibutuhkan suatu alat analisis untuk bisa menilainya. Alat analisis yang dimaksud adalah rasio-rasio keuangan. Rasio-rasio profitabilitas tersebut terdiri dari return on assets ROA dan return on equity ROE. ROA menunjukkan laba yang diperoleh untuk setiap nilai asset dan mencerminkan kemampuan manajemen untuk menggunakan sumber daya bank dalam menghasilkan laba. Sedangkan ROE mencerminkan seberapa efektif manajemen bank menggunakan dana dari pemegang sahamnya. Secara matematis ROA dan ROE dapat dirumuskan sebagai berikut: 100 x Aset Total Pajak Sebelum Laba ROA = 100 x Ekuitas Total Pajak Setelah Laba ROE = 13 Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat evaluasi kinerja manajemen selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut. Jika berhasil mencapai target yang telah ditentukan maka dikatakan telah berhasil mencapai target untuk periode atau beberapa periode, sebaliknya jika gagal atau tidak berhasil mencapai target yang telah ditentukan, ini akan menjadi pelajaran bagi manajemen untuk periode ke depan. Kegagalan ini harus diselidiki dimana letak kesalahan dan kelemahannya sehingga kejadian tersebut tidak terulang. Kegagalan atau keberhasilan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk perencanaan laba ke depan, sekaligus kemungkinan untuk menggantikan manajemen yang baru terutama setelah manajemen lama mengalami kegagalan. Profitabilitas mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah badan usaha tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Dengan demikian setiap badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu badan usaha maka kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan lebih terjamin. Mengingat begitu pentingnya bagi bank menjaga profitabilitasnya tetap stabil bahkan meningkat untuk memenuhi kewajiban kepada pemegang saham, meningkatkan daya tarik investor dalam menanamkan modal, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk menyimpan kelebihan dana yang dimiliki untuk memperoleh laba selama periode tertentu Munawir, 2010:33, maka perlu untuk 14 melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat profitabilitas dalam sebuah perbankan diantaranya dipengaruhi oleh tingkat likuiditas dan non performing financing pembiayaan bermasalah.

2.1.3 Likuiditas

Bank dalam menjalankan usahanya dihadapkan pada beragam risiko. Likuiditas merupakan salah satunya. Menurut Peraturan Bank Indonesia PBI No.11252009 likuiditas adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh bank tidak mampu memenuhi kewajibannya yang telah jatuh tempo. Sementara itu, Islamic Financial Service Board IFBS mendefinisikan likuiditas sebagai potensi kerugian yang dapat dialami oleh bank Islam karena ketidakmampuan bank Islam dalam mendanai peningkatan asetnya dengan biaya yang relatif murah dan tanpa adanya kerugian yang diderita. Dari dua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa likuiditas bagi instusi perbankan mencakup dua hal yakni kemampuan bank Islam untuk segera memenuhi liabilitas yang telah jatuh tempo dan kemampuan bank Islam untuk mendapatkan dana baru dengan biaya relatif murah Wahyudi dkk, 2013:212. Liabilitas bank yang jatuh tempo adalah jumlah dana simpanan giro, tabungan, dan deposito yang akan ditarik kembali oleh nasabah. Sementara dana baru yang dimaksud adalah sumber pendanaan yang diperoleh oleh bank ketika bank membutuhkan dana cepat, untuk mendanai aset atau untuk memenuhi liabilitas jangka pendek yang jatuh tempo. 15 Menurut Taswan 2010:245, Pengendalian likuiditas bank merupakan persoalan dilematis, artinya jika bank menghendaki untuk memelihara likuiditas tinggi maka profit akan rendah, sebaliknya kalau likuiditas rendah maka profit menjadi tinggi. Bank yang memiliki likuiditas tinggi, aktivanya relatif lebih besar pada aktiva jangka pendek, sedangkan bank yang likuiditasnya rendahnya, secara umum porsi dana yang tertanam lebih besar pada aktiva jangka panjang. Oleh karena itu, bank harus memperhatikan jumlah likuiditas yang tepat. Menurut Muljono 1989:64, bank dikatakan likuid apabila: a. Memegang sejumlah alat likuid, cash assets, yang terdiri dari uang kas, rekening pada bank sentral dan rekening pada bank-bank lainnya sama dengan jumlah kebutuhan likuiditas yang diperkirakan. b. Memegang kurang dari jumlah alat-alat likuid sebagaimana disebutkan pada huruf a diatas, akan tetapi bank tersebut memiliki surat-surat berharga berkualitas tinggi yang dapat segera ditukar atau dialihkan menjadi uang tanpa mengalami kerugian baik sebelum jatuh tempo maupun pada waktu setelah jatuh tempo. c. Memiliki kemampuan untuk memperoleh alat-alat likuid melalui penciptaan utang, misalnya penggunaan fasilitas diskonto, call money, penjualan surat- surat berharga dengan repurchase agreement. Dengan memenuhi sebagai bank yang likuid, maka likuiditas dapat berfungsi sebagai berikut Taswan, 2010:246, yaitu: a. Untuk menunjukkan dirinya atau bank sebagai tempat yang aman untuk menyimpan uang. 16 b. Untuk menghindari penjualan aktiva yang tidak memungkinkan. c. Memperkecil penilaian risiko ketidakmampuan membayar kewajiban penarikan dananya. d. Untuk menghindari diri dari penyalahgunaan kemudahan atau kesan negatif dari otoritas pengawas atau pengusaha moneter karena meminjam dana likuiditas dari bank sentral. Dalam penelitian ini likuiditas bank syariah diukur dengan Financing to Deposits Ratio FDR karena rasio ini merupakan teknik yang sangat umum digunakan untuk mengukur posisi atau kemampuan likuiditas suatu bank.

2.1.4 Financing to Deposit Ratio FDR

Financing to Deposit Ratio FDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit pembiayaan yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank Dendawijaya, 2005:116. Rasio ini berpengaruh positif pada tingkat profitabilitas, semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, karena semakin besar jumlah dana yang disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan maka dengan demikian, jumlah dana yang menganggur bekurang sehingga berdampak pada naiknya profitabilitas Rivai dkk, 2007:394. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman FDR suatu bank adalah 80. Namun batas toleransi berkisar antara 85 - 100 Dendawijaya, 2005:116. Kebutuhan likuiditas setiap bank berbeda-beda tergantung antara lain pada kekhususan usaha bank, besarnya bank dan sebagainya. Oleh karena itu untuk menilai cukup tidaknya likuiditas suatu bank dengan menggunakan ukuran 17 financing to deposit ratio FDR, yaitu dengan memperhitungkan berbagai aspek yang berkaitan dengan kewajibannya, seperti antisipasi atas pemberian jaminan bank yang pada gilirannya akan menjadi kewajiban pada bank. Apabila hasil pengukuran jauh berada diatas target dan limit bank tersebut maka dapat dikatakan bahwa bank akan mengalami kesulitan likuiditas yang pada gilirannya akan menimbulkan beban biaya yang besar. Sebaliknya bila berada dibawah target dan limitnya, maka bank tersebut dapat memelihara alat likuid yang berlebihan dan ini akan menimbulkan tekanan terhadap pendapatan bank berupa tingginya biaya pemeliharaan kas yang menganggur idle money. Dari uraian diatas maka dapat dikatakan Financing to Deposit Ratio FDR adalah perbandingan jumlah pembiayaan yang diberikan dengan simpanan masyarakat. 100 x Masyarakat Simpanan Dana diberikan yang Pembiayaan Jumlah FDR =

2.1.5 Non Performing Financing NPF

Berdasarkan Pasal 1 butir 12 UU No. 10 Tahun 1998 dan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pengertian dari pembiayaan, adalah “penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”. Sehubungan dengan peran bank syariah sebagai lembaga intermediary dalam kaitannya dengan penyaluran dana masyarakat atau fasilitas pembiayaan 18 berdasarkan prinsip syariah, bank syariah menanggung risiko kredit atau risiko pembiayaan. Hal tersebut dijelaskan dalam Pasal 37 ayat 1 UU Perbankan Syariah yang menyatakan bahwa penyaluran dana berdasarkan prinsip syariah oleh bank syariah mengandung risiko kegagalan atau kemacetan dalam pelunasannya sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatan bank syariah apabila pembiayaan tersebut dinyatakan bermasalah. Pembiayaan bermasalah atau non performing financing NPF merupakan gambaran kinerja usaha pembiayaan yang diberikan. Misalnya berapa persen jumlah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah yang tidak dapat ditagih Purwanto, 2011. Timbulnya pembiayaan bermasalah diantaranya mengakibatkan hilangnya kesempatan memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang diberikan, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas bank Dendawijaya, 2005:88. Menurut Hidayat, 2014:122, apabila tingkat NPF semakin rendah maka bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan, sebaliknya apabila tingkat NPF tinggi maka bank tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet. Berdasarkan dari uraian tersebut menunjukkan bahwa pembiayaan bermasalah Non Performing Financing memiliki pengaruh negatif bagi profitabilitas bank. Adapun beberapa faktor penyebab pembiayaan bermasalah sebagai berikut Djamil, 2012:73 yaitu: 1. Faktor intern berasal dari pihak bank, terdiri dari: a. Kurang baiknya pemahaman atas bisnis nasabah. b. Kurang dilakukan evaluasi keuangan nasabah. 19 c. Perhitungan modal kerja tidak didasarkan kepada bisnis usaha nasabah. d. Proyeksi penjualan terlalu optimis. e. Proyeksi penjualan tidak memperhitungkan kebiasaan bisnis dan kurang memperhitungkan aspek kompetitor. f. Aspek jaminan tidak diperhitungkan aspek marketable g. Lemahnya supervisi dan monitoring. h. Terjadinya emosi mental: kondisi ini dipengaruhi timbal balik antara nasabah dengan pejabat bank sehingga mengakibatkan proses pemberian pembiayaan tidak didasarkan pada praktek perbankan yang sehat. 2. Faktor ekstern,terdiri dari : a. Karakter nasabah tidak amanah tidak jujur dalam memberikan informasi dan laporan tentang kegiatannya b. Kemampuan pengelolaan nasabah tidak memadai sehingga kalah dalam persaingan usaha c. Usaha yang dijalankan relatif baru. d. Bidang usaha nasabah telah jenuh. e. Tidak mampu menanggulangi masalah kurang menguasai bisnis. f. Meninggalnya key person. g. Perselisihan sesama direksi. h. Terjadi bencana alam. i. Adanya kebijakan pemerintah: peraturan suatu produk atau sektor ekonomi atau industri dapat berdampak positif maupun negatif bagi perusahaan yang berkaitan dengan industri tersebut. 20 Keberlangsungan usaha suatu bank yang didominasi oleh aktivitas pembiayaan dipengaruhi oleh kualitas pembiayaan yang merupakan sumber utama bank dalam menghasilkan pendapatan dan sumber dana untuk ekspansi usaha yang berkesinambungan. Pengelolaan bank yang optimal dalam aktivitas pembiayaan dapat meminimalisasi potensi kerugian yang akan terjadi. Pengelolaan tersebut antara lain dilakukan melalui Restrukturisasi Pembiayaan terhadap nasabah yang mengalami penurunan kemampuan membayar namun dinilai masih memiliki prospek usaha dan mempunyai kemampuan untuk membayar setelah restrukturisasi. Adapun tingkat dari Non Performing Financing dapat dihitung dengan sebuah rasio yaitu sebagai berikut : 100 x Pembiayaan Total Bermasalah Pembiayaan NPF =

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian tentang financing to deposit ratio, non performing financing, dan profitabilitas, yaitu: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian Teknik Analisis Data Hasil Penelitian Riki Antariksa 2005 Analisis Pengaruh Risiko Likuiditas terhadap Profitabilitas Perbankan. Independen: Likuiditas Total Aset LTA, Likuiditas Aset Deposit LAD, dan Financial Deposit Ratio FDR. Dependen: ROA dan ROE. Metode analisis regresi linier dengan uji kelembanan lag dan analisis musiman dummy variabel. Risiko likuiditas yang diwakili oleh LTA, LAD dan FDR berpengaruh posiif dan signifikan terhadap profitabilitas. 21 Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian Teknik Analisis Data Hasil Penelitian Suryani 2011 Analisis Pengaruh Financing to Deposit Ratio FDR terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia. Independen: Financing to Deposit Ratio FDR Dependen: ROA. Metode analisis regresi linear. Tidak adanya pengaruh signifikan Financing to Deposit Ratio terhadap Return on Asset ROA. Tri Joko Purwanto 2011 Analisis Besarnya Pengaruh Pembiayaan, Financing to Deposit Ratio FDR dan Ratio Non Performing NPF terhadap Laba Bank Syariah. Independen: Pembiayaan, Financing to Deposit Ratio FDR dan Non Performing Financing NPF. Dependen: Laba. Terdiri dari dua model regresi linear sederhana dan satu model regresi linear berganda. FDR dan rasio NPF berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Laba, sedangkan penyaluran pembiayaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Laba. Muh. Sabir. M, Muhammad Ali, Abd. Hamid Habbe. 2012 Pengaruh Rasio Kesehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia Independen: BOPO, NOM, NPF, FDR, NIM, NPL, dan LDR. Dependen: Return on Asset ROA Metode analisis regresi berganda dan uji beda. 1. BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, 2. NOM berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, 3. NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA, 4. FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Syariah di Indonesia, 5. NIM berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, 6. NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, 7. LDR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap 22 Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian Teknik Analisis Data Hasil Penelitian ROA pada Bank Konvensional di Indonesia.

2.3 Kerangka Konseptual

Dokumen yang terkait

Pengaruh non performing financing,financing to deposit ratio, dan retrun on assets terhada pertumbuhan aset bank syariah

0 7 0

Pengaruh non performing financing,financing to deposit ratio, dan retrun on assets terhada pertumbuhan aset bank syariah (analisis pada bank umum syariah di Indonesia periode 2011-2014)

0 9 105

Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Profitabilitas PT Bank Mega Syariah

1 15 95

Pengaruh CAR, NPF, FDR dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah (Periode 2011-2015)

1 9 152

Pengaruh Capital Adequancy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2015

0 2 108

Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Financing dan Financing to Deposit Ratio terhadap Return on Asset pada Bank Umum Syariah di Indonesia

1 8 96

Pengaruh Inflasi, Gross Domestic Product, Financing to Deposit Ratio, Non Performing Financing dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia

2 13 100

Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Financing dan Financing to Deposit Ratio terhadap Return on Asset pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia

0 0 7

Pengaruh Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia

0 0 11