Pengambilan dan Pengolahan Sampel .1 Pengambilan sampel Karakterisasi Simplisia

23

3.2.7 Pereaksi asam sulfat 2 N

Sebanyak 5,5 ml asam sulfat pekat diencerkan dengan air suling hingga volume 100 mlDepkes RI, 1995. 3.2.8 Pereaksi Dragendorff Sebanyak20 ml larutan bismut nitrat P 40 bv dalam asam nitrat P dicampur dengan 50 ml kalium iodida P 54,4 bv, didiamkan sampai memisah sempurna. Lalu diambil lapisan jernih dan diencerkan dengan air secukupnya hingga 100 ml Depkes RI, 1995.

3.2.9 Pereaksi asam nitrat 0,5 N

Sebanyak 3,4 ml asam nitrat pekat diencerkan dengan air suling hingga 100 ml Depkes RI, 1995.

3.2.10 Pereaksi timbal II asetat 0,4 M

Sebanyak 15,17 g timbal II asetat dilarutkan dalam air suling bebas CO 2 hingga 100 ml Depkes RI, 1995. 3.3 Pengambilan dan Pengolahan Sampel 3.3.1 Pengambilan sampel Pengambilan sampel dilakukan secara purposif tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun eceng gondok yang masih segar, yang diambil dari Jalan Jamin Ginting pasar 2 Padang Bulan, Kelurahan Titi rante, Kecamatan Medan baru, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara.

3.3.2 Identifikasi tumbuhan

Identifikasi tumbuhan eceng gondok dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor. Universitas Sumatera Utara 24

3.3.3 Pengolahan sampel

Eceng gondok disortir dan dipisahkan antara tangkai dan daunnya, dibersihkan dari pengotoran, dicuci bersih dengan air mengalir, ditiriskan,dipotong kecil-kecil, dan dikeringkan di lemari pengering pada suhu 50 ˚C sampel dinyatakan kering bila diremas akan hancur, kemudiansampeldihaluskan atau diserbukmenggunakan blender dan ditimbang, selanjutnya disimpan dalam wadah bersih.

3.4 Karakterisasi Simplisia

Karakterisasi simplisia meliputi penetapan kadar air, penetapan kadar sari yang larut dalam air,penetapan kadar sari yang larut dalam etanol, penetapan kadarabu total, dan penetapan kadar abu tidak larut dalam asam.

3.4.1 Penetapan kadar air

Sebanyak 200 ml toluen dan 2 ml air suling dimasukkan ke dalam labu alas bulat, lalu didestilasi selama 2 jam, kemudian toluen dibiarkan mendingin selama 30 menit, dan dibaca volume air pada tabung penerima dengan ketelitian 0,05 ml. Sebanyak 5 g sampel serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama dimasukkan kedalam labu alas bulat, lalu labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Kecepatan tetesan diatur lebih kurang 2 detik sampai sebagian air terdestilasi setelah toluen mendidih, kemudian kecepatan tetesan dinaikkan hingga 4 tetes tiap detik. Saat setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan Universitas Sumatera Utara 25 air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen WHO, 1992.

3.4.2 Penetapan kadar sari yang larut dalam air

Sebanyak 5 g serbuk simplisia dimaserasi selama 24 jam dengan 100 ml air-kloroform 2,5 ml kloroform dalam air sampai 1 liter menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam dan disaring. Sejumlah 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan dangkal berdasarkan rata yang telah ditara. Sisa dipanaskan sampai kering pada suhu 105 o C hingga bobot tetap. Kadar sari yang larut dalam air dihitung dalam persen terhadap bahan yang telah dikeringkan di udaraDepkes RI, 1995.

3.4.3 Penetapan kadar sari larut dalam etanol

Sebanyak 5 g serbuk simplisia dimaserasi selama 24 jam dengan 100 ml etanol 95 menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring dengan cepat untuk menghindarkan penguapan dari etanol, sejumlah 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara. Sisa dipanaskan sampai kering pada suhu 105 o C hingga bobot tetap. Kadar sari yang larut dalam etanol dihitung dalam persen terhadap bahan yang telah dikeringkan di udaraDepkes RI, 1995

3.4.4 Penetapan kadar abu

Sebanyak 2 g serbuk simplisia yang telah digerus ditimbang seksama, dimasukkan ke dalam krus porselen yang telah terlebih dahulu dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Lalu krus dipijarkan perlahan-lahan sampai bobot tetap. Universitas Sumatera Utara 26 Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udaraDepkes RI, 1995.

3.4.5 Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam

Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu dididihkan dengan 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, dicuci dengan air panas. Residu dan kertas saring dipijar sampai bobot tetap. Kadar abu yangtidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udaraDepkes RI, 1995.

3.5 Skrining Fitokimia