5 Eceng gondok di Indonesia dikenal dengan nama yang berbeda-beda
seperti kelipuk Palembang, ringgak Lampung, ilung-ilung Dayak, mampau Kutai, bengok Banten, kembang bopong, weweyan Jawa, tumpe Manado
Widyaningrum, 2011.
2.1.4 Kandungan kimia
Kandungan kimia eceng gondok terdiri atas 60 selulosa, 8 hemiselulosa dan 17 lignin Ahmed, dkk., 2012, juga senyawa alkaloid,
antrakuinon, flavonoid, flobatanin, glikosida jantung, saponin, steroid, terpenoid, kuinon, tanin dan polifenol Lata dan Dubey, 2010; Widyaningrum, 2011
2.1.5 Khasiat
Eceng gondok Eichhornia crassipes Mart. Solms. berkhasiat untuk mengobati bengkak, biduran, tenggorokan panas dan pencahar air seni. Sebanyak
± 10 gram tangkai daun ditumbuk halus lalu ditempelkan pada bagian yang bengkak, untuk tenggorokan yang terasa panas, biduran, bisul, dan abses
Widyaningrum, 2011. Eceng gondok juga berguna sebagai antiinflamasi Jayanthi, 2013, antikoagulasi Rafiqua, 2012, antibakteri Jayanthi., 2013,
antijamur, antioksidan, antikanker Ahmed, 2011.
2.2 Uraian Kandungan Kimia Tumbuhan 2.2.1 Alkaloida
Menurut Harborne 1987, alkaloid adalah senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen yang terletak dalam sistem siklik yang
mempunyai aktivitas fisiologi yang dapat digunakan dalam bidang pengobatan.Alkaloid biasanya tanwarna, sering sekali bersifat optis aktif,
Universitas Sumatera Utara
6 kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan pada suhu
kamar. Manfaat alkaloid dalam bidang kesehatan antara lain adalah memicu
sistem saraf, menaikkan atau menurunkan tekanan darah, dan melawan infeksi mikroba Widi dan Indriati, 2007.
2.2.2 Flavonoida
Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa C
6
-C
3
- C
6,
artinya, kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C
6
cincin benzene tersubstitusi disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon. Beberapa fungsi
flavonoid bagi tumbuhan adalah sebagai pengatur tumbuh, pengatur fotosintesis Robinson, 1995.
Senyawa flavonoida memiliki aktifitas antioksidan, antibiotik
Roslizawaty, dkk., 2013 antikoagulan, antimikrobadan antiinflamasiLata dan Dubey, 2010. Makanan yang kaya flavonoid digunakan untuk mengobati
penyakit-penyakit seperti kanker dan penyakit jantung Heinrich, dkk., 2005.
2.2.3 Saponin
Saponin adalah sekelompok senyawa dengan struktur triterpenoid yang mengikat satu atau lebih gula sehingga memiliki sisi hidrofil dan lipofil dengan
penggocokan akan menimbulkan buih Harbone, 1987. Saponin mula-mula diberi nama demikian karena sifatnya yang
menyerupai sabun bahasa Latin sapo berarti sabun. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan
pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Dalam larutan yang sangat encer saponin sangat beracun untuk ikan. Beberapa
Universitas Sumatera Utara
7 saponin bekerja sebagai antimikroba. Saponin merupakan senyawa berasa
pahitdan mengakibatkan iritasi terhadap selaput lender Robinson, 1995. Uji saponin adalah dengan mengocok ekstrak alkohol air dari tumbuhan
dalam tabung reaksi, maka akan terbentuk busa yang bertahan lama pada permukaan cairan Harborne, 1987.
2.2.4 Tanin
Tanin adalah kelompok polifenol yang larut dalam air dengan berat molekul antara 500-3000 gmol. Berwarna putih kekuning-kuningan sampai
coklat terang tergantung sumber tanin tersebut Ismarani, 2012. Kondisi larutan basa, beberapa turunan tanin dapat mengabsorbsi oksigen contohnya katekin
Fajriati, 2006.
Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Senyawa tanin dapat bereaksi dengan
protein membentuk kopolimer mantap yang tak larut dalam air. Pada kenyataannya, sebagian besar tumbuhan yang banyak bertanin dihindari oleh
hewan pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat. Secara kimia terdapat dua jenis tanin yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis Harborne,1987.
2.2.5 Glikosida
Glikosida adalah suatu golongan senyawa bila dihidrolisis akan terurai menjadi gula glikon dan senyawa lain aglikon atau genin. Umumnya glikosida
mudah terhidrolisis oleh asam mineral atau enzim. Hidrolisis oleh asam memerlukan panas, sedangkan hidrolisis oleh enzim tidak memerlukan panas
Sirait, 2007. Gula yang paling sering dijumpai dalam glikosida adalah glukosa.
Universitas Sumatera Utara
8 Sacara kimia dan fisiologi, glikosida alam cenderung dibedakan berdasarkan
bagian aglikonnya Robinson, 1995. Berdasarkan ikatan antara glikon dan aglikonSirait, 2007, glikosida dapat
dibedakan menjadi : a.
Tipe O-glikosida, ikatan antara bagian glikon dengan aglikon melalui jembatan O
Gambar 2.1 Kuersetin
b. Tipe S-glikosida, ikatan antara bagian glikon dengan aglikon melalui jembatan
S. Contoh: sinigrin
Gambar 2.2 Sinigrin
c. Tipe N-glikosida, ikatan antara bagian dari glikon dengan aglikon melalui
jembatan N. Contoh: nikleosidin
Gambar 2.3 Nikleosidin
Universitas Sumatera Utara
9 d.
Tipe C-glikosida, ikatan antara bagian glikon dengan aglikon melalui jembatan C. Contoh: aloin.
Gambar 2.4 Aloin
2.2.6 Glikosida antrakuinon
Golongan kuinon alam terbesar terdiri dari antrakuinon. Beberapa antrakuinon merupakan zat warna penting dan yang lainnya sebagai pencahar
Robinson, 1995.
2.2.7 Steroidtriterpenoid
Triterpenoid adalah kelompok senyawa turunan terpenoid dengan kerangka karbon yang dibangun oleh enam C-5 yang disebut unit isopren.
Triterpenoid yang tersebar luas adalah triterpenoid pentasiklik Nassar, dkk., 2010.
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C
30
asiklik, yaitu skualen. Senyawa tersebut mempunyai struktur siklik yang relatif kompleks,
kebanyakan merupakan suatu alkohol, aldehid atau asam karboksilat. Senyawa triterpenoidmerupakan komponen aktif dalam tumbuhan obat yang telah
digunakan untuk penyakit termasuk diabetes, gangguan menstruasi, patukan ular, gangguan kulit, kerusakan hati. Senyawa tanpa warna, berbentuk kristal, sering
Universitas Sumatera Utara
10 kali bertitik leleh tinggi dan aktif optik, dapat dibagi atas 4 kelompok senyawa
yaitu triterpen sebenarnya, steroid, saponin dan glikosida jantung Harborne, 1987. Struktur kimia isopren dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Struktur kimia isopren
Pembagian triterpenoid berdasarkan jumlah cincin yang terdapat pada struktur molekulnya Robinson, 1995, antara lain:
a. Triterpenoid asiklik, yaitu triterpenoid yang tidak mempunyai cincin tertutup dalam cincin molekulnya, contohnya skualen.
b. Triterpenoid trisiklik, yaitu triterpenoid yang mempunyai tiga cincin tertutup dalam cincin molekulnya, contohnya ambrein.
c. Triterpenoid tetrasiklik, yaitu triterpenoid yang mempunyai empat cincin tertutup dalam cincin molekulnya, contohnya lanosterol.
d. Triterpenoid pentasiklik, yaitu triterpenoid yang mempunyai lima cincin tertutup dalam cincin molekulnya, contohnya α-amirin. Contoh struktur kimia
triterpenoid dapat dilihat pada Gambar 2.6.
struktur dasar triterpene
Universitas Sumatera Utara
11 skualen `
ambrein
lanosterol α-amirin
Gambar 2.6 Struktur kimia triterpenoid
Senyawa triterpenoid menunjukkan aktifitas farmakologi seperti antivirus, antibakteri, antiinflamasi, inhibisi terhadap sintesis kolesterol, antikanker Nassar,
dkk., 2010, antitumor Lage, dkk., 2010 dan aktifitas sitotoksik terhadap sel pangkreatik Sanchez, dkk., 2010
Steroid adalah senyawa yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana perhidrofenanten Harborne, 1987. Dapat dilihat pada Gambar 2.7
berikut ini:
Gambar 2.7 Struktur dasar steroid dan sistem penomorannya
OH
OH H
OH H
8 9
5 6
7 10
A B
C D
4 1
2 3
12 11
19 14
15 16
13 17
18 20
21 22
23 24
25 26
27
Universitas Sumatera Utara
12 Senyawa steroid dahulu dianggap sebagai senyawa yang hanya terdapat
pada hewan tetapi sekarang ini makin banyak senyawa steroid yang ditemukan dalam tumbuhan fitosterol. Fitosterol merupakan senyawa steroid yang berasal
dari tumbuhan. Senyawa fitosterol yang biasa terdapat pada tumbuhan tinggi yaitu sitosterol, stigmasterol dan kampesterol Harborne, 1987.
Senyawa golongan steroid memiliki sifat fisiologis dan bioaktif yang penting, misalnya berperan dalam pembentukan struktur membran, pembentukan
hormon kelamin dan hormon pertumbuhan serta pembentukan vitamin D, sebagai penolak dan penarik serangga dan sebagai antimikroba Robinson, 1995.
2.3 Metode Ekstraksi