pedesaan berbeda secara signifikan diperoleh prevalensi 14,81 di perkotaan, 65,43 di pedesaan. KEPMENKES no 424 2006 tentang
Pedoman Pengendalian Cacingan menyebutkan bahwa prevalensi STH pada anak sekolah dasar berkisar antara 2,2 - 96,3.
4.2. Hubungan Antar Variabel Penelitian
4.2.1. Hubungan Antara Infeksi STH Dengan Status Gizi Anak
Distribusi anak menurut kejadian infeksi dan status gizi diperoleh hasil bahwa dari sebanyak 63 orang anak dengan status gizi kurang, sebanyak 57
anak 90,5 positif terinfeksi STH, dimana yang terinfeksi cacing A.lumbricoides
sebanyak 50 anak 79,37 dan terinfeksi cacing T.trichiura sebanyak 51 anak 81. Anak dengan status gizi normal yang positif
terinfeksi STH yaitu sebanyak 65 anak 82,3. Anak dengan status gizi overweight yang positif terinfeksi STH yaitu sebanyak 3 anak 27,3,
sedangkan pada anak dengan status gizi obesitas terlihat bahwa tidak ada anak yang positif terinfeksi STH.
Untuk menguji hubungan antara infeksi STH dengan status gizi anak dilakukan dengan uji chi square. Hasil uji chi square hubungan infeksi STH
dan status gizi anak menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara infeksi STH dengan status gizi p = 0,001. Hasil analisa statistik uji
chi square didapatkan hubungan yang bermakna antara infeksi STH
berdasarkan jenis cacing dengan status gizi anak, yaitu p=0,006 pada ascariasis
dan p=0,002 pada trichuriasis Tabel 4.2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2. Hubungan infeksi STH dan status gizi anak
Kejadian infeksi
Status gizi
Total
p
Gizi kurang
Normal Overweight
Obesitas
n n
n n
STH
positif negatif
Total 57
6 63
90,5 9,5
100 65
14 79
82,3 17,7
100 3
8 11
27,3 72,7
100 6
6 100
100 125
34 159
0,001
Ascariasis
positif negatif
Total 50
13 63
79,4 20,6
100 59
20 79
74,7 25,3
100 2
9 11
18,2 81,8
100 6
6 100
100 111
48 159
0,006
Trichuriasis
positif negatif
Total 51
12 63
81 19
100 46
33 79
58,2 41,8
100 3
8 11
27,3 72,7
100 6
6 100
100 100
59 159
0,002
Pada tabel 4.3 dapat dilihat hasil analisis status gizi anak berdasarkan intensitas infeksi STH, diperoleh hasil bahwa anak yang positif terinfeksi
A.lumbricoides terdapat 50 anak dengan status gizi kurang, dimana
sebanyak 12 anak 24 dengan intensitas berat, 35 anak 70 dengan intensitas sedang, dan 3 anak 6 dengan intensitas ringan. Anak yang
menderita infeksi cacing T.trichiura terdapat 51 anak dengan status gizi kurang, dimana 9 anak 17,6 terinfeksi dengan intensitas berat dan 28
anak 54,9 dengan intensitas sedang. Hasil uji chi square menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara intensitas infeksi STH dengan
status gizi, yaitu p = 0,000 intensitas infeksi A.lumbricoides, dan p = 0,004 intensitas infeksi T.trichiura .
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3. Hubungan intensitas infeksi STH dan status gizi anak
Intensitas infeksi
Status gizi
Total
p
Gizi kurang
Normal Overweight
Obesitas
n n
n n
Ascariasis
Ringan Sedang
Berat Total
3 35
12 50
6 70
24 100
23 35
1 59
39 59,3
1,7 100
2
2 100
100 28
70 13
111 0,000
Trichuriasis
Ringan Sedang
Berat Total
14 28
9 51
27,5 54,9
17,6 100
16 30
46 34,8
65,2 100
3
3 100
100 33
58 9
100 0,004
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Junaidi
2003 yang mendapatkan prevalensi gizi kurang sebesar 37,5, prevalensi cacingan sebesar 73,9, dan hasil analisa bivariat menunjukkan hubungan
yang bermakna antara intensitas kecacingan dengan status gizi anak sekolah p=0,001. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian Hazwan
2012 yang menyatakan terdapat hubungan antara intensitas infeksi A.lumbricoides
dengan status gizi. Siregar 2006 menyatakan infeksi cacing usus berpengaruh terhadap pemasukan, pencernaan, penyerapan,
serta metabolisme makanan, yang dapat berakibat hilangnya protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan darah dalam jumlah yang besar. Sehingga
anak penderita infeksi cacing usus merupakan kelompok resiko tinggi untuk mengalami malnutrisi.
Lestari 2009 menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara infeksi kecacingan dengan status gizi anak sekolah. Maharani 2005 dalam
penelitiannya memperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara kejadian infeksi nematoda usus dengan status gizi.
Status gizi seseorang dipengaruhi oleh konsumsi makanan kuantitas dan atau kualitas, faktor yang mengganggu absorbsi zat gizi seperti parasit
Universitas Sumatera Utara
di saluran pencernaan, faktor yang mempengaruhi metabolisme serta ekskresi zat gizi Almatsier, 2009. Bethony 2006 menyebutkan secara
kumulatif infeksi STH dapat menimbulkan kerugian zat gizi berupa kalori dan protein. Satu ekor cacing A.lumbricoides akan menghisap karbohidrat
sebesar 0,14 gram dan 0,035 gram protein per hari, sehingga anak yang positif terinfeksi STH akan beresiko tinggi untuk mengalami malnutrisi.
Kurang kalori ditandai dengan badan lemah, tidak bersemangat, dan anak menjadi kurus. Kekurangan protein ditandai dengan postur tubuh yang
pendek.
4.2.2. Hubungan Antara Infeksi STH Dengan Nilai Rapor