Pencegahan dan pemberantasan kecacingan Alur Penelitian Kerangka Konsep

defisiensi zat besi, karena jumlah kehilangan darah yang disebabkan oleh seekor cacing T.trichiura dalam sehari sebanyak 0,005 cc, dan hookworm menyebabkan kehilangan darah sehari sebanyak 0,2 cc Kepmenkes Nomor 424, 2006. Kurang kalori ditandai dengan badan lemah, tidak bersemangat, tidak bisa konsentrasi, dan kurus. Bila anak sekolah kurang kalori, akibatnya tidak optimal saat menerima pelajaran dan berfikir, badan kurus karena asupan kalori dari makanan tidak mencukupi. Kekurangan protein ditandai dengan postur tubuh pendek, mudah sakit, dan perkembangan mental terganggu. Dampak kekurangan protein pada anak sekolah adalah terhambatnya pertumbuhan fisik terutama tinggi badan, terhambatnya perkembangan otak karena otak membutuhkan protein untuk membangun dan menjaga sel-sel otak, juga mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh anak terhadap penyakit karena protein dibutuhkan untuk antibodi. Akibat dari kekurangan vitamin A yaitu gangguan mata seperti rabun senja, dan dapat menyebabkan terganggunya perkembangan otak karena vitamin A membantu membangun protein otak Almatsier, 2009. Anemia defisiensi besi pada anak sekolah akan mengakibatkan anak menjadi lesu, cepat lelah, tidak bersemangat, hal ini karena anak kekurangan oksigen secara kronis. Anak yang pernah kekurangan zat besi menunjukkan skor motorik dan tingkat kecerdasan IQ, Inteligensi Quotient lebih rendah, sehingga menyebabkan berkurangnya kemampuan belajar dan gangguan kecerdasan serta menurunnya daya ingat sehingga prestasi sekolah jadi rendah. Zat besi juga turut berperan dalam pembentukan neurotransmitter dopamine, sehingga anak yang kekurangan zat besi akan kekurangan dopamine yang memperlihatkan perilaku hiperaktif. Ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi sel darah merah dan perkembangan kognitif atau nilai prestasi di sekolah Crompton, 2002.

2.6. Pencegahan dan pemberantasan kecacingan

WHO menganjurkan pencegahan dan pemberantasan kecacingan dengan tiga cara yaitu pengobatan, sanitasi dan pendidikan kesehatan. Universitas Sumatera Utara Pengobatan bertujuan untuk mengurangi angka kesakitan dengan menurunkan gangguan akibat infeksi STH. Pemberian obat pada masyarakat dapat dilakukan secara: universal semua penduduk tidak tergantung usia, jenis kelamin, dan status infeksi diberikan pengobatan, populasi sasaran pengobatan diberikan pada kelompok usia dan jenis kelamin tertentu tanpa memperhatikan status infeksi, selektif pengobatan diberikan pada individu yang dipilih berdasarkan diagnosisnya. Obat yang direkomendasikan yaitu benzimidazole, albendazole, mebendazole, levamisole, pyrantel pamoate. Anak usia sekolah merupakan kelompok risiko tinggi untuk menderita infeksi STH dengan intensitas yang tinggi. Pengobatan secara teratur dapat mencegah terjadinya kesakitan yang kemudian mampu memperbaiki keadaan gizi dan kognitif anak anak WHO, 2006. Perbaikan sanitasi bertujuan untuk mengendalikan penyebaran STH dengan cara menurunkan kontaminasi air dan tanah. Pendidikan kesehatan bertujuan untuk menurunkan penyebaran dan terjadinya reinfeksi dengan cara memperbaiki perilaku kesehatan Bethony, 2006.

2.7. Alur Penelitian

Alur penelitian yang dibangun dalam penelitian ini sebagai alur pengkajian guna menemukan jawaban dari pertanyaan penelitian disajikan pada gambar 2.6. berikut. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.4. Alur Penelitian

2.8. Kerangka Konsep

Gambar 2.5. Kerangka konsep INFEKSI STH STATUS GIZI NILAI RAPOR Populasi terjangkau 159 anak SDN Bagan Kuala Pemeriksaan Infeksi STH Kato-Katz Status Gizi BB TB: - Obesitas - Overweight - Normal - Gizi kurang - Gizi buruk STH + STH - Nilai Rapor KKM Status Gizi BB TB: - Obesitas - Overweight - Normal - Gizi kurang - Gizi buruk Nilai Rapor KKM Albendazole 400mg Variabel Independen Variabel Dependen Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional dengan tujuan untuk mengetahui hubungan intensitas infeksi Soil-Transmitted Helminths STH dengan status gizi dan nilai rapor pada anak Sekolah Dasar Negeri 102052 Bagan Kuala, Kabupaten Serdang Bedagai.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SDN 102052 Bagan Kuala kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai pada bulan Maret 2013.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak yang bersekolah di SD N 102052 Bagan Kuala, Kabupaten Serdang Bedagai. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yang jumlahnya memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria Inklusi : 1. Anak kelas 1 sampai dengan kelas 6 SD N 102052 Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai. 2. Bersedia mengikuti penelitian. Kriteria Ekslusi : 1. Minum obat cacing dalam 1 bulan terakhir. 2. Menderita penyakit kronis

3.4. Cara Kerja

1. Pot yang telah dinomori dibagikan kepada setiap siswa sebagai wadah untuk menampung tinja. 2. Tinja yang terkumpul diperiksa di laboratorium Parasitologi FK USU dengan menggunakan metode Kato-Katz. Universitas Sumatera Utara