Ancylostoma duodenale dan Necator americanus

2.1.3. Ancylostoma duodenale dan Necator americanus

Di Eropa, Cina, dan Jepang infeksi cacing ini banyak di jumpai pada pekerja tambang sehingga dinamakan cacing tambang Ideham, 2007. Cacing dewasa berbentuk silindris berwarna putih keabuan. Cacing betina panjangnya 9-13 mm dan cacing jantan panjangnya 5-11 mm, mempunyai bursa kopulatriks di ujung posterior tubuhnya. Morfologi telurnya mirip antara satu spesies dengan lainnya. Telur berbentuk lonjong tidak berwarna, berukuran 65x40 mikron. Dinding telur tipis, tembus sinar, dan berisi embrio Zulkoni, 2010. Telur yang keluar bersama tinja, 2-3 hari kemudian menetas dan keluar larva rhabditiform tidak infektif, selama 2 hari larva rhabditiform berkembang menjadi larva filariform infektif yang tahan terhadap perubahan iklim dan dapat hidup selama 7-8 minggu di tanah lembab. Larva filariform yang menembus kulit akan memasuki pembuluh darah dan limfe, beredar di dalam aliran darah, masuk ke dalam jantung kanan, lalu masuk ke dalam kapiler paru. Larva menembus dinding kapiler masuk ke dalam alveoli, kemudian migrasi ke bronki, trakea, laring, dan faring, akhirnya tertelan masuk ke esofagus. Larva filariform A.duodenale jika tertelan manusia melalui makanan atau minuman juga dapat menimbulkan infeksi. Di esofagus larva berganti kulit untuk yang ketiga kalinya. Migrasi ini berlangsung sekitar 10 hari. Dari esofagus larva masuk ke usus halus, berganti kulit untuk yang keempat kalinya, lalu tumbuh menjadi cacing dewasa. Dalam waktu satu bulan cacing betina sudah mampu bertelur. Jumlah telur per hari yang dihasilkan satu ekor cacing betina N.americanus berkisar antara 9.000 - 10.000, dan cacing betina A.duodenale sebanyak 25.000 – 30.000. Cacing dewasa dapat hidup selama 5 – 7 tahun di dalam usus halus manusia Holland, 2002. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.3. Siklus hidup Hookworm

2.2. Gejala Klinis Infeksi Cacing STH