Berdasarkan hasil scatterplot, terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas maupun
dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
penggangggu pada periode t-1 sebelumnya. Cara mengetahui adanya autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson. Hasil dari uji
autokorelasi dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini:
Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .423
a
.179 .123
.91321 1.717
a. Predictors: Constant, LNDER, LNCSR b. Dependent Variable: LNROA
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data diolah Berdasarkan uji autokorelasi pada Tabel 4.9 diperoleh hasil bahwa nilai
Durbin Watson DW sebesar 1,717. Penelitian ini diantara 1,5 sampai 2,5. Hal ini berarti dalam penellitian ini tidak terdapat autokorelasi.
4.2.3. Analisis Regresi Berganda pada Regresi yang Pertama
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Persamaan
regresi dapat dilihat dari tabel hasil uji coefficients terhadap keempat variabel
Universitas Sumatera Utara
independen yaitu CSR dan DER, terhadap Return on Asset ditunjukkan pada Tabel 4.10 berikut:
Tabel 4.10 Hasil Analisis Regresi
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
1.460 .334
4.374 .000
LNCSR .265
.115 .399
2.310 .028
LNDER -.250
.166 -.260
-1.504 .143
a. Dependent Variable: LNROA Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data diolah
Dari Tabel 4.10 dapat disusun persamaan regresi berganda sebagai berikut: Y = 1,460 + 0,265 X
1
- 0,250 X
2
Berdasarkan persamaan regresi linear berganda pada regresi pertama diperoleh
koefisien regresi
CSR sebesar
0,265. Koefisen
tersebut mengindikasikan adanya hubungan positif antara CSR terhadap Return on Asset.
Koefisien regresi DER sebesar -0,250. Koefisen tersebut mengindikasikan adanya hubungan negatif antara DER terhadap Return on Asset. Dari persamaan regresi
linear berganda tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Nilai konstanta persamaan diatas adalah sebesar 1,460. Artinya apabila nilai
CSR X
1
, DER X
2
dianggap konstan, maka Return on Asset sebesar 1,46 2. CSR memiliki nilai koefisien regresi yang positif yaitu sebsar 0,265. Nilai
koefisien positif menunjukkan bahwa CSR berpengaruh positif terhadap Return on Asset. Hal ini menggambarkan bahwa jika terjadi kenaikan CSR sebesar
Universitas Sumatera Utara
1, maka Return on Asset akan mengalami kenaikan sebesar 26,5, dengan asumsi variabel independen lain dianggap konstan.
3. DER memiliki nilai koefisien regresi yang negatif yaitu sebesar -0,250. Nilai koefisien negatif menunjukkan bahwa DER berpengaruh negatif terhadap
Return on Asset. Hal ini menggambarkan bahwa jika terjadi kenaikan DER sebesar 1x, maka Return on Asset akan mengalami penurunan sebesar 25,
dengan asumsi variabel independen lain dianggap konstan.
4.2.4 Pengujian Hipotesis 1. Uji Hipotesis Secara Serempak Uji F pada Regresi yang Pertama