Spesimen lain selain dahak dapat juga bilasan atau cucian bronkus dari pemeriksaan bronkoskopi. Pemeriksaan bronkoskopi disamping untuk melihat
langsung keadaan saluran nafas juga dapat dilakukan pengambilan spesimen secara biopsi atau bilasan bronkus.
Secara umum diagnosis jamur paru ditegakkan melalui: Sukamto, 2004 1. Kecurigaan yang tinggi terhadap kemungkinan infeksi jamur di paru.
2. Pemeriksaan diagnostik yang lazim terhadap penyakit paru: a.
Foto toraks PA dan lateral, CT Scan toraks. b.
Sputum: mikroskopis jamur dan kultur. c.
Bronkoskopi: sekret bronkus, bilasan bronkus, transbronkial lung biopsi.
d. Aspirasi paru dengan jarum.
3. Pemeriksaan laboratorium darah a.
Kultur darah. b.
Pemeriksaan serologi.
2.1.4 Tehnik pengambilan bahan untuk pemeriksaan jamur.
A. Pemeriksaan Sputum Sputum merupakan bahan yang paling sering digunakan untuk pemeriksaan
mikrobiologik karena cara pengambilan yang mudah dan non invasif. Namun sayang sekali beberapa penelitian membuktikan sputum kurang mencerminkan
jenis kuman yang sesungguhnya terdapat disaluran napas bagian bawah. Terkontaminasi terhadap jamur kandida yang merupakan flora normal dimulut
sangat tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Sputum pagi merupakan yang terbaik untuk melakukan kultur maupun pemeriksaan mikroskopi. Pengumpulan sputum selama 24 jam tidak
diperbolehkan untuk dilakukan pemeriksaan. Kuantitas sputum yang adekuat bila jumlah volume berkisar antara 5 – 10 ml. Kualitas sputum yang baik bila
tidak tercampur dengan saliva. Jamur dalam sputum dapat bertahan hidup dalam waktu 2 minggu bila disimpan pada suhu 4
⁰C. Kumala W, 2006 B. Aspirasi transtrakeal.
Merupakan tehnik yang invasif dalam usaha mendapatkan bahan pemeriksaan penyebab infeksi saluran napas bawah yang bebas kontaminasi flora kuman
yang hidup di orofaring. Meskipun cara ini lebih handal dari pemeriksaan sputum, namun kontaminasi masih mungkin terjadi
C. Aspirasi transtorakal dengan jarum. Aspirat diambil langsung dari lesi menggunakan jarum. Lokasi dari lesi
ditentukan melalui foto dada, insersi jarum dengan tuntunan CT dan fluoroskopi dibutuhkan untuk lesi yang kecil. Sensitifitas dan spesifitas cukup
tinggi, namun mempunyai resiko komplikasi pneumotoraks dan batuk darah D. Biopsi paru terbuka.
Dengan cara ini dapat diperoleh bahan pemeriksaan lebih banyak sehingga negatif palsu kemungkinannya lebih kecil, namun dapat menimbulkan resiko
yang tidak ringan berupa pneumotoraks dan perdarahan. E. Bilasan bronkus
Cara ini sudah digunakan sejak lebih 40 tahun yang lalu, dengan melakukan aspirasi sekret bronkus didaerah lesi melalui bronkoskopi. Dengan cara ini
meskipun kuman penyebab infeksi saluran nafas bawah mungkin diperoleh,
Universitas Sumatera Utara
namun cara ini belum mampu menghindari kontaminasi kuman dari orofaring.
F. Sikatan bronkus. Bilasan bronkoalveolar terbukti sangat bermanfaat dalam mendiagnosa paru
oportunistik pada pasien-pasien imunocompromised host.
Tehnik ini merupakan pengembangan dari cara bilasan bronkus yang tujuannya untuk menghindari semaksimal mungkin kontaminasi kuman
daerah orofaring terhadap bahan aspirat. Jenis sikatan bronkus yang terunggul dalam arti kata mampu mendapatkan bahan aspirat yang bebas sama sekali
darii kontaminasi kuman orofaring adalah sikatan bronkus dengan karakter ganda terlindung polietilen glikol.
2.2 Aspergillosis