Gambar 2.3
Spektrum klinis yang dihasilkan akibat terhirupnya spora aspergillus. ICH, immunocompromised host; IPA, invasive pulmonary
aspergillosis; ABPA, allergic bronchopulmonary aspergillosis. Zmeili dan Soubani, 2007
2.2.5 Uji diagnostic laboratorium
a. Spesimen
Sputum, spesimen saluran pernapasan lain, dan biopsy jaringan paru merupakan specimen yang baik. Sampel darah jarang positif. Mitchell, 2007
kontaminasi material dapat terjadi pada semua level, sehingga kontaminasi harus dihindari sebisa mungkin. Kontaminasi oleh konidia yang berada di udara dapat
terjadi pada sampel. Resiko ini rendah pada sampel darah, meningkat pada sampel saluran pernafasan, sputum, dan sekresi endotracheal, begitu juga dengan sampel
yang berasal dari BAL, namun resikonya lebih rendah. Bolehovska et al, 2006 b.
Pemeriksaan Mikroskopik Bahan yang dapat digunakan yaitu sputum, bilasan bronchial, aspirasi
tracheal dari pasien dengan penyakit paru dan biopsy jaringan dari pasien
Universitas Sumatera Utara
disseminated. Sebelum pemeriksaan sputum, bronchial washing dan aspirasi tracheal dilakukan, specimen tersebut diberi KOH 10 dan tinta parker kemudian
selanjutnya diberi pewarnaan gram, sedangkan specimen yang berasal dari biopsy jaringan diberi pewarnaan khusus untuk jamur yaitu Gomori methenamine silver
atau Periodic acid-Schiff. Dumasari, 2008 Dari Hasil pemeriksaan dijumpai adanya cabang dichotomous and hypa bersepta yang mempunyai lebar yang sama
sekitar 4 µm. Mitchell, 2007 c.
Biakan Aspergilus Sp.
Tumbuh dalam beberapa hari pada sebagian besar medium pada suhu ruangan. Spesies diidentifikasi berdasarkan morfologi struktur konidia.
Mitchell, 2007 d.
Pemeriksaan Kultur Specimen kultur berasal dari sputum, bilasan bronchial dan aspirasi
tracheal di inokulasi pada agar Sabouroud dextrose dengan antibiotic dan tanpa cycloheximide pada temperature 25
⁰C dan 37⁰C. Subkultur isolate dapat dilakukan pada agar czapk Dox dan agar 2 ekstrak malt dengan inkubasi pada
25 ⁰C. agar Potato dextrose sangat berguna untuk menginduksi sporulasi sehingga
identifikassi isolate menjadi lebih mudah.Chander, 2002 Pertumbuhan koloni cepat dan dapat berwarna putih, kuning, kuning
kecoklatan, coklat kehitaman atau hijau. Hasil yang positif dari pemeriksaan kultur tersebut hanya dijumpai 10 - 30. Hal ini dapat dijumpainya kontaminan
lain pada kultur sehingga menimbulkan kesulitan melakukan isolasi dan akibatnya organism yang di isolasi jumlahnya relatif sedikit. Kesulitan yang lain yaitu
spesies Aspergillus sering merupakan kontaminan laboratorium. Hasil
Universitas Sumatera Utara
pemeriksaan kultur darah biasanya negatif tetapi apabila hasilnya positif dapat membantu untuk menegakkan diagnosis.Dumasari, 2008
e. Tes Kulit
Tes kulit dengan menggunakan antigen aspergillus hanya berhasil untuk mendiagnosis allergic aspergillosis. Penderita dengan asma tanpa komplikasi yang
disebabkan aspergillus menimbulkan reaksi immediate tipe I. Pada pasien allergic bronchopulmonary aspergillosis menimbulkan reaksi immediate tipe I dan juga
70 memberikan reaksi delayed tipe III.Dumasari, 2008 f.
Serologi Pemeriksaan antibody Aspergillus sering membantu untuk mendiagnosis
bentuk lain dari aspergillosis yang dijumpai pada penderita non-compromise. Pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan yaitu immunodiffusion ID, indirect
haemagglutination dan enzyme-linked immunosorbeny assay ELISA.
Pemeriksaan immunodiffusioan mudah dilaksanakan dan pengendapaan dapat dideteksi lebih dari 70 penderita dengan allergic bronchopulmonary
aspergillosis dan lebih dari 90 pada penderita pulmonary aspergilloma atau kronik necrotizing pulmonary aspergillosis. Pemeriksaan immunodiffusion juga
berguna untuk mendeteksi infeksi Aspergillus bentuk invasive. Pemeriksaan untuk mendeteksi antigen Aspergillus di dalam darah dan
cairan tubuh yang lain dapat lebih cepat untuk mendiagnosis aspergillosis pada penderita immunocompromise. Pada pasien invasive aspergillosis, ditemukan titer
yang tinggi dari antigen galactomannan galactomannan merupakan komponen utama dari dinding sel Aspergillus. Ada dua jenis pemeriksaan untuk mendeteksi
Aspergillus galactomannan yaituLatex particle agglutination tetapi pemeriksaan
Universitas Sumatera Utara
ini kurang sensitive dan Sandwich ELISA Enzyme-linked immunosorbent Assay dimana sensitivitinya 90-93 dan spesivitinya 94-98. Dumasari, 2008
Uji ID untuk presipitin terhadap A. fumigates positif pada lebih dari 80 penderita aspergiloma atau aspergilosis bentuk alergi, tetapi uji antibody tidak
membantu dalam diagnosis aspergilosis invasive. Namun, uji serologi untuk galaktomanan dinding sel yang bersirkulasi bersifat diagnostic. Mitchell, 2007
g. Diagnostik Molekuler
Metode pemeriksaan PCR telah mengalami perkembangan, digunakan untuk mendeteksi DNA Aspergillus di dalam darah, serum dan cairan
bronchoalveolar lavage. Metode pemeriksaan Nucleic acid sequence-based amplification
assay NASBA juga telah mengalami perkembangan, digunakan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi genus Aspergillus dengan RNA sequences
yang spesifik dari specimen darah. Dumasari, 2008 Penelitian mengenai deteksi asam nukleat Aspergillus dengan PCR telah
banyak dilaporkan untuk memperbaiki diagnosis dari invasive aspergillosis, baik yang berasal dari cairan BAL, serum darah, dan sputum. Bansod et al., 2008
Penggunaan PCR menjadi standard dan valid dalam pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosa invasive aspergillosis secara cepat. WHO, 2009
Metode PCR terbukti lebih sensitiv daripada deteksi antigen jamur Aspergillus. Stevens et al., 2000 PCR dengan menggunakan cairan BAL memiliki sensitivity
67 – 100 dan specificity 55 – 95 untuk invasiv pulmonary Aspergillosis. Dan pada sampel serum memiliki sensitivity 100 dan specificity 65 – 92. Zmeili
dan Soubani, 2007, Raad et al, 2002 DNA target yang biasa digunakan adalah 18S rRNA atau 28S rRNA. Jun et al, 2001
Universitas Sumatera Utara
2.2.6 Pengobatan