Jalan Suci dan Hukum Suci Tuhan

40 | Buku Guru kelas X SMASMK • Sesungguhnya Mahabesar dan Mahaagung. Dilihat tiada tampak, didengar tiada terdengar. Semua benda tiada yang tanpa Dia. Menjadikan orang di dunia ini bersuci diri dan berpakaian sebaik-baiknya lengkap. Bersungguh hikmad bersembahyang. Sungguh Mahabesarlah melebihi samudra. Seperti selalu ada di atas. Seperti ada di kiri kanan. Maka, seorang Junzi hati-hati kepada yang tidak tampak. Segan kepada yang tiada terdengar. Tiada yang lebih tampak dari yang tersembunyi. Tiada yang lebih jelas dari yang terlembut. Maka, seorang Junzi hati-hati pada waktu seorang diri. Zhongyong. XV: 1-5

4. Jalan Suci dan Hukum Suci Tuhan

Sudah menjadi pola pemikiran umum, bahwa banyak hal yang terjadi dan dialami manusia adalah karena sudah menjadi ketetapan Tuhan. Bahwa Tuhan Yang Mahatahu itu sudah tahu dan menentukan apa yang akan dilakukandikerjakan manusia jauh sebelum manusia itu melakukannya. Ini berarti seluruh hidup kita sudah ditentukan sebelumnya. Jika demikian, jelas bahwa apapun kenyataan hidup dan bagaimana reaksi manusia terhadap kenyataan itu adalah sudah ketetapan Tuhan. Pemahaman ini sangat mungkin didorong oleh rasa ketakutan manusia untuk bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi karena bila manusia memang memiliki kemampuan dan kebebasan untuk memilih tindakan, berarti ia juga bertanggung jawab atas setiap hal yang terjadi. Jika segala yang terjadi sudah ditentukan, dan manusia tinggal menjalani, manusia tidak bisa disalahkan atas apapun situasi dan kondisi yang ada. Manusia selalu mencari sebab-sebab dari luar dirinya untuk setiap permasalahan yang terjadi menimpanya, menyalahkan pihak lain, menyalahkan keadaan, menyalahkan hukum alam, bahkan menyalahkan Tuhan yang menurutnya sebagai penentu semua keadaan yang ia lakukan dan yang ia alami. Lalu di mana tanggung jawab manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya? Maka, menjadi penting untuk kita renungi kembali, pertanyakan, dan teliti kembali, pemahaman tentang turut campur Tuhan terhadap situasi dan kondisi yang terjadi. Tuhan Mahakuasa adalah benar untuk kita yakini, tetapi menjadi salah jika semua yang terjadi pada manusia adalah mutlak ketentuan Tuhan. Dari sini semoga dapat tergambar sebuah pemahaman baru tentang ke-Mahakuasaan Tuhan dan ke-Mahatahuan Tuhan. Manusia telah diirmankan Tuhan memiliki benih kebajikan dalam watak sejatinya. Bagaimana manusia melaksanakan Firman itu, di situlah yang harus ditentukan dan dipertanggungjawabkan setiap manusia kepada Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa dan Mahatahu telah menentukan manusia berbeda kodratnya dengan makhluk ciptaan lainnya. Berbeda dengan tumbuh-tumbuhan dan berbeda pula dengan margasatwa. Tumbuh-tumbuhan tidak punya perasaan dan kesadaran instinktif naluriah, hanya punya daya hidup vegetatif tumbuh kembang. Margasatwa punya perasaan dan kesadaran instinktif, tetapi tidak dikaruniai benih kebajikan dan daya kehidupan rohani untuk membedakan salah dan benar. Hanya manusia yang dikaruniai daya hidup rohani yang merupakan benih kebajikan, punya hati nurani dan akal budi sehingga manusia tahu mana yang salah dan mana yang benar. Maka, setiap manusia dapat bebas menentukan cara hidupnya, dengan demikian maka manusia harus bertanggung jawab atas segala perilaku hidupnya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

a. Kehendak Tuhan

Dari sudut pandang makro, jagat raya telah ditentukan sebelumnya, atau telah ditakdirkan ditetapkan untuk ada. Artinya, ada hal yang telah ditetapkan dan menjadi pilihan Tuhan untuk kita, dan terhadapnya kita tidak dapat membantah. Bahwa kita dilahirkan sebagai manusia laki-laki atau perempuan dari sepasang ayah ibu yang menjadi orang tua kita, kapan dan di mana kita dilahirkan adalah bukan pilihan kita; Tuhan menjadikan kita manusia, menjadikan kita laki-laki atau perempuan. Kita juga tidak dapat menetapkan Diunduh dari http:kemdikbud.go.id Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti | 41 lebih dahulu kapan kita dilahirkan, begitu juga di mana kita akan dilahirkan kita tak bisa menentukan. Semua yang hidup diciptakan Tuhan diawali dengan kelahiran dan semua yang dilahirkan hidup akan diakhiri dengan kematian. Maka, kematian dari sesuatu yang dilahirkan, dan kelahiran dari sesuatu yang hidup adalah sebuah ketetapan Tuhan.

b. Firman

Ada hal yang memang telah ditentukan sebelumnya, atau telah ditakdirkanditentukan untuk ada, tetapi kejadian ’tertentu’ yang dialami manusia tidak ditakdirkan tidak ditentukan secara mutlak. Kematian adalah ketetapan Tuhan, artinya bahwa semua yang hidup, yang diciptakan Tuhan akan mengalami kematian kehendak tetap. Tetapi, bagaimana kematian itu terjadi bisa menjadi ‘pilihan’ manusia. Seperti halnya kematian, kelahiran adalah juga ketetapan. Semua yang hidup diawali dengan kelahiran, tetapi bagaimana hidup itu dijalani bukanlah suatu yang telah digariskan mutlak oleh Tuhan. Tuhan Yang Maha Esa menciptakan manusia memberkahinya dengan ‘Watak Sejati’ Xing yang menjadi ’kodrat’ suci manusia. Inilah Firman Tuhan atas diri manusia. Watak Sejati sebagai kodrat suci ini menjadikan manusia berpotensi untuk berbuat bajik, menjadi manusia berbudi luhur yang mampu menempuh Jalan Suci sebagaimana dikehendaki Tuhan atas manusia. Hal ini menunjukkan bahwa Firman Tuhan atas diri manusia yang berupa Watak Sejati itu bukanlah sebuah jaminan yang pasti untuk menjadikan manusia menjadi tetap baik seperti pada awalnya. Manusia memiliki kesempatanpeluang untuk memilih, menempati kodratnya atau mengingkari “kodratnya” itu. Tuhan berkehendak, manusia dapat memilih. “Mati hidup adalah Firman…” Kehidupan dan kematian itu adalah kehendak Tuhan atas manusia, tetapi bagaimana kematian dan kehidupan itu akan dijalani adalah pilihan manusia. Dari sini kita ditunjukkan satu hal penting, bahwa kita manusia memiliki kebebasan untuk memilih yang tentunya diikuti dengan kesediaan untuk mempertanggungjawabkannya.

5. Prinsip Hukum Alam