Agama Khonghucu Di Indonesia a. Awal Mula Perkembangan

114 | Buku Guru kelas X SMASMK Hal ini terbukti bahwa sesungguhnya para nabi sebagai utusan Tuhan yang membawakan dan merangkai Ru Jiao adalah terdiri atas berbagai suku bangsa, seperti misalnya Nabi Yu Shun berasal dari suku bangsa I Timur seperti orang Korea dan Jepang. Wen Wang berasal dari suku bangsa I Barat seperti orang Asia Tenggara. Da Yu berasal dari Yunan seperti orang Melayu dan Asia Tenggara, di samping tentunya orang Han sendiri. Lebih daripada itu, agama Khonghucu pada kenyataannya bukan hanya dianut oleh orang-orang dari daratan Zhongguo saja, melainkan dianut juga oleh bangsa-bangsa seperti Jepang, Vietnam, Korea, Singapura, Malaysia termasuk Indonesia. Secara universal, budaya Khonghucu sudah merupakan milik dunia.

b. nabi Besar Penyempurna Ajaran Ru Jiao

Agama Khonghucu bukan sekadar suatu ajaran yang diciptakan oleh Nabi Kongzi, melainkan agama yang telah diturunkan Tian melalui para nabi purba dan raja suci jauh sebelum Nabi Kongzi lahir. Seperti disampaikan oleh Nabi Kongzi: “Aku hanya meneruskan, tidak mencipta. Aku hanya percaya dan menaruh suka kepada ajaran dan kitab-kitab yang kuno itu.” Lunyu. VII: 1. Pada Bab 5 kita telah membahas tentang rangkaian turunnya Wahyu Tuhan untuk Ru Jiao agama Khonghucu, di mana telah dibahas mengenai para nabi dan raja suci purba yang menerima wahyu Tuhan yang selanjutnya menjadi cikal bakal ajaran Khonghucu.

2. Agama Khonghucu Di Indonesia a. Awal Mula Perkembangan

Pada awal perkembangan agama Khonghucu di Indonesia, ajaran-ajarannya dipraktikkan terbatas di lingkungan keluarga keturunan Zhonghuo yang dimungkinkan antara satu dengan yang lainnya belum mencerminkan adanya suatu keseragaman. Mereka melakukan berbagai tata cara keagamaan dengan ritual menurut apa yang telah dilakukan secara turun-temurun oleh para nenek moyang mereka dengan penuh toleransi antara satu dengan yang lain. Perkembangan selanjutnya, ajaran agama Khonghucu didukung oleh kehidupan berorganisasi kemasyarakatan dan keagamaan dengan maksud agar teratur dan lebih baik sesuai dengan tuntutan zaman tanpa mengurangi esensiinti dan nilai penghayatan spiritual atau justru dalam rangka untuk meningkatkannya dalam berbagai aspek kehidupan umat manusia.

b. Masuknya Agama Khonghucu Ke Indonesia

Keberadaan umat Khonghucu Indonesia beserta lembaga-lembaga keagamaannya sudah ada sejak berabad-abad yang lalu. Mengingat sejak zaman San Guo sekitar abad ketiga sebelum Masehi, agama Khonghucu telah menjadi salah satu dari tiga agama di Negeri Zhongguo pada saat itu. Terlebih lagi pada zaman Dinasti Han tahun 136 SM bahwa agama Khonghucu ditetapkan sebagai agama Negara. Agama Khonghucu di Indonesia tiba sebagai agama keluarga. Kedatangan komunitas Konfusian pertama kali terjadi pada masa formasi Kerajaan Majapahit. Mereka datang bersama tentara Tar-Tar yang dikirim untuk menghukum Kertanegara Raja Singosari terakhir. Sebagai suatu bukti mengenai keberadaan agama Khonghucu di Indonesia, pada tahun 1688 dibangun Kelenteng hian Ho Kiong di Makassar, tahun 1819 dibangun Kelenteng Ban Hing Kiong di Manado, dan tahun 1883 dibangun Kelenteng Boen hiang Soe di Surabaya. Kemudian pada tahun 1906 setelah diadakan pemugaran kembali berganti nama menjadi Wen Miao. Kelenteng Talang di Kota Cirebon-Jawa Barat juga merupakan salah satu Kongzi Miaotempat ibadah Khonghucu. Semua itu juga merupakan peninggalan sejarah yang telah berusia tua. Diunduh dari http:kemdikbud.go.id Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti | 115 Kelenteng lain yang bernuansa Dao Po Gong antara lain: di Bogor didirikan pada zaman VOC dan banyak tempat lain di seluruh Nusantara mulai dari Aceh hingga ke NTT. Akhir abad ke-19, di seluruh Pulau Jawa, 217 sekolah berbahasa Mandarin, jumlah murid tercatat sebanyak 4.452 siswa sekolah, guru-gurunya direkrut dari Negeri Zhongguo. Kurikulum mengikuti sistem tradisional, yakni menghafalkan ajaran Khonghucu. Mereka adalah anak-anak pedagang dan tokoh masyarakat seperti Kapitan dan Lieutnant Cina. Siswa-siswa tersebut menempuh ujian di ibu kota Kerajaan Qing untuk menjadi seorang Junzi. Komunitas dagang Zhonghoa sudah sangat berkembang jauh sebelum kedatangan VOC. Jaringan Zhonghoa sudah meliputi Manila, Malaka, Saigon dan Bangkok. Jadi, sejak awal perkembangan komunitas Zhonghoa sudah sangat luas.

c. Lembaga Agama Khonghucu Indonesia

Dimulai dari didirikannya Kong Jiao Hui di Solo, Jawa Tengah pada tahun 1918 sebagai Lembaga Tinggi Agama Khonghucu MATAKIN. Tahun 1923 dilaksanakan kongres pertama Kong Jiao Zong Hui Lembaga Pusat Agama Khonghucu di Yogyakarta dengan kesepakatan memilih Kota Bandung sebagai pusat. Pada tanggal 25 Desember 1924, diadakan kongres kedua di Kota Bandung, Jawa Barat, yang antara lain membahas mengenai Tata Upacara Agama Khonghucu agar ada keseragaman dalam melaksanakan ibadah keagamaannya di seluruh Indonesia. Pada tanggal 11 s.d. 12 Desember 1924, diadakan konferensi antartokoh-tokoh agama Khonghucu di Sala, untuk membahas kemungkinan ditegakkannya kembali lembaga agama Khonghucu secara nasional setelah tidak adanya kegiatan karena pecahnya Perang Dunia Kedua dan masuknya tentara Jepang ke Indonesia. Pada tanggal 16 April 1955, berlangsung konferensi di Solo, dan disepakati dibentuknya kembali Lembaga Tertinggi Agama Khonghucu dengan memakai nama: Perserikatan K’ung Chiao Hui Indonesia PKCHI yang diketuai oleh Dr. Sardjono, yang kemudian mengadakan Kongres ke I pada tanggal 6-7 Juli 1956 di Solo, Konggres ke II tanggal 6-9 Juli 1957 di Bandung, Konggres ke III tanggal 5-7 Juli 1959 di Bogor, Konggres ke IV tanggal 14-16 Juli 1961 di Solo. Pada Kongres nama PKCHI diganti menjadi LASKI Lembaga Sang Kongzi Indonesia. Tahun 1963, nama LASKI diubah menjadi GAPAKSI Gabungan Perkumpulan Agama Khonghucu se Indonesia. Tahun 1964, namanya diubah kembali menjadi Gabungan Perhimpunan Agama Khonghucu se-Indonesia, disingkat tetap GAPAKSI. Tahun 1965, Presiden Soekarno mengeluarkan Penpres No.IPn.Ps1965 yang menetapkan Agama Khonghucu sebagai salahsatu agama yang diakui kehadirannya di Indonesia. Pada tahun 1967, untuk kesekian kalinya nama perhimpunan diubah menjadi MATAKIN Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia. Dalam Kongres MATAKIN VI Pada tangal 23 s.d. 27 Agustus 1967 di Solo, pejabat Presiden Republik Indonesia Letnan Jendral TNI Soeharto pada saat itu telah berkenan memberikan sambutan tertulisnya, yang antara lain menyatakan “agama Khonghucu mendapat tempat yang layak dalam negara kita yang berdasarkan Pancasila.”

3. Agama Khonghucu di Era Reformasi a. Pengakuan Agama Khonghucu Secara Yuridis