Religiusitas Dan Aktivitas Ekonomi Pada Rufaga International (Studi Deskriptif Pada Rufaqa Pekanbaru)

(1)

RELIGIUSITAS DAN AKTIVITAS EKONOMI

PADA RUFAQA INTERNASIONAL

( Studi Deskriptif Pada Rufaqa Pekanbaru )

SKRIPSI

Oleh :

Zulfahriani Putri S Pane 020901010

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2007


(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah ‘alaa kulli hal yang bisa penulis ucapkan diawal kata atas selesainya perkuliahan dan juga atas selesainya penyusunan skripsi yang berjudul: “Religiusitas dan Aktivitas Ekonomi Pada Rufaqa Internasional” (Studi Deskriptif Pada Rufaqa Pekanbaru). Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana dari Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menghadapi berbagai hambatan, hal ini karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, kepustakaan dan materi penulis. Namun, semua karena pemberian Allah subhanahu wa ta’ala yang memberi kesabaran, kemauan serta kesehatan penulis pada saat-saat mengalami kesulitan. Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan, kritikan, saran, motivasi serta dukungan dan terutama doa dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberi motivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. DR. Arief Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Badaruddin, MA, selaku Ketua Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Rosmiani, MA, selaku sekretaris Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara


(3)

4. Ibu Harmona Daulay, S.Sos. M.Si selaku dosen pembimbing penulis, yang telah banyak memberikan waktu, tenaga, dan pemikiran dalam membimbing dan mengarahkan penulis serta dengan penuh kesabaran sampai selesai penulisan skripsi ini.

5. Dra. Ria Manurung, M.Si selaku dosen wali penulis, yang telah membimbing penulis semenjak semester pertama sampai pada penyelesaian skripsi ini. 6. Khusus kepada kedua orang tuaku tersayang Ayahanda Drs. Amran S. Pane

dan Ibunda Aina Sulastri telah melahirkan dan membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang serta selalu memberi nasehat, motivasi, perhatian dan do’a yang tak putus-putusnya bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Teristimewa untuk suamiku tercinta Junaidi Caisaria, S.Si atas semua cinta

dan sayangmu, atas semua pengorbananmu untuk terselesaikannya ‘amanah’ dari mamak dan ayah ini. Dan untuk ‘calon jundi’ kita yang tak pernah merepotkan ummi nya.

8. Untuk adik-adikku yang tersayang. Adikku Fitria Ramadhani, do’aku semoga engkau cepat jadi dokter yang sholih agama dan sholih sosial. Adikku Ahmad Khairiza, begitu banyak harapan mamak padamu dan do’aku menjadilah apa yang diinginkan mamak dan ayah padamu.

9. Terima kasihku juga buat teman-temanku Sosiologi ’02: Sariomas, Intan Dalimunthe, Intan Permata Sari, Mahyani, Inneke Rahma Dewi, Mona Hutagalung, Citra Rasyid, Witha Adriati, Juni Avanty, dan seluruh anak Sosioligi ’02, semoga sukses buat kita semua.

10.Kepada seluruh informan penelitian ini: Pak Wahyudin, Pak Fauzan, Pak Abdurrahman Umar, Ibu Sofiah, Ibu Umi Kalsum, dan Ibu Rahma yang telah


(4)

banyak meluangkan waktunya dan memberi informasi yang sesuai dengan permasalahan penelitian, sehingga dapat menjawab permasalahan penelitian, dan penulis bisa menulis laporan penelitian yang berbentuk skripsi ini.

11.Dan kepada semua sanak keluarga, yang telah banyak memberikan dukungan semangat serta doa kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis telah mencurahkan segala kemampuan, tenaga, pikiran begitu juga waktu dalam menyelesaikan skripsi ini. Namun demikian penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari para pembaca. Besar harapan penulis kiranya skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, November 2007 Penulis

(Zulfahriani Putri S Pane) NIM: 020901010


(5)

ABSTRAKSI

Rufaqa adalah gerakan sosial sekaligus merupakan sekelompok muslim yang lahir untuk mengbendung meluasnya pengaruh kehidupan moderen yang berkiblat kepada peradaban barat yang sekuler dan materialistik serta individualis, hal ini setidaknya dibuktikan dari ungkapan pemimpin tertinggi Rufaqa, Ashaari Muhammad yang mengaku prihatin dengan kondisi umat Islam yang jauh dari nilai-nilai Islam tetapi dekat dengan nilai-nilai barat (Arifin.dkk,1996:121). Dan akhirnya Rufaqa mampu membangun eksistensi diri sebagai komunitas Islamiyah di tengah pengaruh kemoderenan dengan tidak meninggalkan nilai keislaman.

Rufaqa melihat adanya suatu bahaya dari kemungkinan terpuruknya ekonomi kaum muslim yang belum maksimal dengan adanya system ekonomi kapitalis yang sangat menggurita. Oleh sebab itu, Rufaqa memacu orang-orang di dalamnya untuk mampu bersaing dalam bidang ekonomi dunia secara sehat dan menanamkan etos kerja di antara anggotanya bahwa berekonomi itu sebagai bagian dari ibadah. Akhirnya Rufaqa mampu membangun sebuah komunitas keislaman yang memiliki etos kerja tinggi serta mempu pula membangun sebuah konglomerasi ekonomi yang bersifat koperatif. Dengan demikian, fakta membuktikan jika secara mayoritas terdapat suatu prasangka negatif atau menurut Qodri Azizy (2004:24) adanya kontradiktif antara semangat ajaran Islam dengan realita umatnya, yang menganggap bahwa orang-orang Islam sebagai umat pemalas yang tidak mungkin dapat bersaing dengan orang-orang diluarnya tidak berlaku bagi komunitas Rufaqa.

Dengan ini, komunitas Rufaqa yang diprakarsai oleh Ashaari Muhammad dapat dilihat sebagai “perlawanan” akan prasangka negatif terhadap sebagian umat Islam terutama dijabarkan melalui pembinaan-pembinaan mentalitas keagamaan dan tentu saja pada perbaikan tingkat kehidupan serta perekonomian orang-orangnya. “Perlawanan” Rufaqa akan prasangka negatif tersebut terlihat juga dari sejumlah gagasan dan konsep yang dilontarkan oleh satu-satunya pemimpin tertinggi Rufaqa yaitu Ashaari Muhammad yang menolak setiap konsep yang berasal dari barat seperti kapitalisme. Dan untuk menunjukkan bahwa orang-orang Islam itu tidak lebih inferior dibanding bangsa-bangsa barat, Rufaqa menyodorkan alternative konseptual yang digali dari ajaran Islam baik tentang konsep sosial, pendidikan terutama lagi konsep ekonomi. Dan lebih tegas lagi “perlawanan” Rufaqa dalam konsep ekonomi dijabarkan melalui sistem baru dalam ekonomi yaitu sistem ekonomi menurut kehendak Tuhan. Hal ini sekaligus menjadi alternatif ideal yang sesuai dengan gagasan utopis komunitas ini dimana keberhasilan mereka dalam menumbuhkembangkan identitas komunitasnya sebagai suatu komunitas muslim yang akan melakukan suatu “perlawanan” yang tercermin dalam aktivitas ekonomi dengan tidak sedikit pun meninggalkan nilai-nilai religiusitas keislaman yang dirangkum dalam sistem ekonomi menurut kehendak Tuhan.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR….………….………..i

DAFTAR ISI………..………...iv

DAFTAR TABEL………..………...………….vii

DAFTAR SKEMA………...………..…...………..…………viii

ABSTRAKSI………...……….………….…ix

BAB I PENDAHULUAN………….………..1

1. 1. Latar Belakang Masalah………...………...1

1. 2. Perumusan Masalah………...…………11

1. 3. Tujuan Penelitian………..….11

1. 4. Manfaat Penelitian………...11

1. 5. Defenisi Konsep………...12

BAB II KAJIAN PUSTAKA……….………..14

BAB III METODE PENELITIAN……….19

3.1. Jenis Penelitian………...……….19

3.2. Lokasi Penelitian………...………..19

3.3. Unit Analisis dan Informan………….………..…..20

3.4. Teknik Pengumpulan Data………...……...21

3.5. Interpretasi Data………..…22


(7)

3.7. Keterbatasan Penelitian………...…..…….….36

BAB IV PENYAJIAN DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN...25

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………..……..25

4.1.1. Sekilas Tentang Kota Pekanbaru………...25

4.1.2. Kondisi Geografis Pekanbaru……….….33

4.2. Profil Informan Penelitian………...……...34

4.3. Berkembangnya Rufaqa Pekanbaru………...…………...….38

4.4. Nilai-nilai Keislaman Sebagai Motivasi Berekonomi………61

4.5. Sistem Ekonomi Dan Sosial Dalam Tubuh Rufaqa…………...72

4.5.1. Sistem Sosial………..………..………..72

4.5.2. Sistem Ekonomi……….………76

4.5.2.1. Sistem Ekonomi Islam Menurut Kehendak Tuhan………..………...…79

a. Perbedaan Antara Sistem Ekonomi Menurut Kehendak Tuhan Dengan Sistem-Sistem Ekonomi Yang Lain...81

b. Tujuan Berekonomi Mengikuti Kehendak Tuhan………...87

c. Sifat Dan Hakikat Ekonomi Islam………...88

d. Tiga Peringkat Ekonomi Islam………....90

4.6. Eksklusivitas Rufaqa…..………..…………...…...93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………...………..……....105


(8)

5.2. Saran……….….111

DAFTAR PUSTAKA……….112 LAMPIRAN

1. Surat Penelitian

2. Surat Keputusan PBNU Tentang Rufaqa Tahun 1994 3. Draf Interview


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jadwal Kegiatan………..……….23

2. Banyaknya Desa/ Kelurahan, RW, RT Dirinci Menurut Bentuk Desa Dalam Kota Pekanbaru Tahun 2000………...……….27 3. Nama-Nama Desa/Kelurahan Dirinci Menurut Status dan Kecamatan Kota Pekanbaru Tahun 2000...28


(10)

DAFTAR SKEMA

Halaman 1. Tiga Asas Kekuatan Perusahaan………...……..……….45 2. Aset Untuk Mencapai Kejayaan ………....…….55


(11)

ABSTRAKSI

Rufaqa adalah gerakan sosial sekaligus merupakan sekelompok muslim yang lahir untuk mengbendung meluasnya pengaruh kehidupan moderen yang berkiblat kepada peradaban barat yang sekuler dan materialistik serta individualis, hal ini setidaknya dibuktikan dari ungkapan pemimpin tertinggi Rufaqa, Ashaari Muhammad yang mengaku prihatin dengan kondisi umat Islam yang jauh dari nilai-nilai Islam tetapi dekat dengan nilai-nilai barat (Arifin.dkk,1996:121). Dan akhirnya Rufaqa mampu membangun eksistensi diri sebagai komunitas Islamiyah di tengah pengaruh kemoderenan dengan tidak meninggalkan nilai keislaman.

Rufaqa melihat adanya suatu bahaya dari kemungkinan terpuruknya ekonomi kaum muslim yang belum maksimal dengan adanya system ekonomi kapitalis yang sangat menggurita. Oleh sebab itu, Rufaqa memacu orang-orang di dalamnya untuk mampu bersaing dalam bidang ekonomi dunia secara sehat dan menanamkan etos kerja di antara anggotanya bahwa berekonomi itu sebagai bagian dari ibadah. Akhirnya Rufaqa mampu membangun sebuah komunitas keislaman yang memiliki etos kerja tinggi serta mempu pula membangun sebuah konglomerasi ekonomi yang bersifat koperatif. Dengan demikian, fakta membuktikan jika secara mayoritas terdapat suatu prasangka negatif atau menurut Qodri Azizy (2004:24) adanya kontradiktif antara semangat ajaran Islam dengan realita umatnya, yang menganggap bahwa orang-orang Islam sebagai umat pemalas yang tidak mungkin dapat bersaing dengan orang-orang diluarnya tidak berlaku bagi komunitas Rufaqa.

Dengan ini, komunitas Rufaqa yang diprakarsai oleh Ashaari Muhammad dapat dilihat sebagai “perlawanan” akan prasangka negatif terhadap sebagian umat Islam terutama dijabarkan melalui pembinaan-pembinaan mentalitas keagamaan dan tentu saja pada perbaikan tingkat kehidupan serta perekonomian orang-orangnya. “Perlawanan” Rufaqa akan prasangka negatif tersebut terlihat juga dari sejumlah gagasan dan konsep yang dilontarkan oleh satu-satunya pemimpin tertinggi Rufaqa yaitu Ashaari Muhammad yang menolak setiap konsep yang berasal dari barat seperti kapitalisme. Dan untuk menunjukkan bahwa orang-orang Islam itu tidak lebih inferior dibanding bangsa-bangsa barat, Rufaqa menyodorkan alternative konseptual yang digali dari ajaran Islam baik tentang konsep sosial, pendidikan terutama lagi konsep ekonomi. Dan lebih tegas lagi “perlawanan” Rufaqa dalam konsep ekonomi dijabarkan melalui sistem baru dalam ekonomi yaitu sistem ekonomi menurut kehendak Tuhan. Hal ini sekaligus menjadi alternatif ideal yang sesuai dengan gagasan utopis komunitas ini dimana keberhasilan mereka dalam menumbuhkembangkan identitas komunitasnya sebagai suatu komunitas muslim yang akan melakukan suatu “perlawanan” yang tercermin dalam aktivitas ekonomi dengan tidak sedikit pun meninggalkan nilai-nilai religiusitas keislaman yang dirangkum dalam sistem ekonomi menurut kehendak Tuhan.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang berpenduduk mayoritas muslim. Namun kondisi muslim yang banyak tersebut tidak menjadikan Indonesia maju dalam berbagai bidang kehidupan terlebih untuk maju pada bidang perekonomian. Umat yang banyak ini tidak mampu menjadi modal utama untuk kemajuan perekonomian Indonesia secara universal, karena pada zaman sekarang ini tidak sedikit kita menyaksikan umat Islam yang dalam urusan perekonomiannya sangatlah memprihatinkan. Mereka banyak mengalami masalah dalam perekonomian sehari-hari. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Yang paling dominan, tidak jarang mereka kurang peka terhadap ajaran agama mereka, yang sebenarnya ajaran agama itu sangat baik dalam membantu mereka menyelesaikan masalah perekonomian yang melilit kehidupan mereka sehari-hari. Serta tidak sedikit pula dari mereka yang sering salah dalam mengambil arti yang tersirat dalam ajaran agama tersebut yaitu Islam. Kesalahan ini terutama sekali disebabkan oleh kesalahan pemahaman dan penafsiran terhadap ajaran Islam. Ajaran dalam praktek, yang biasanya diyakini oleh mayoritas mereka dan terkadang juga terjadi pada mereka yang sudah faham dengan ajaran agama itu, dimana kadangkala mereka tidak dapat menyentuh tuntutan ekonomi. Mungkin saja itu yang menyebabkan munculnya stigma bahwa ajaran-ajaran agama seperti menjauh dari hiruk pikuk keduniaan dan memfokuskan pada keakhiratan yang berupa ibadah-ibadah murni saja, seperti


(13)

sholat, zakat dan puasa tanpa mungkin menyentuh aspek keduniaan seperti kemajuan perekonomian. Yaitu, ajaran-ajaran yang pada intinya menjauh dari hiruk-pikuk keduniaan dan memfokuskan pada keakhiratan berupa ibadah murni. Alhasil, terjadi banyak kontradiktif (Azizy,2004:23). Kontradiktif antara ideal ajaran Islam dengan realita umatnya, kontradiktif antara istilah ajaran Islam dengan pemaknaannya dan sekaligus pada prakteknya, kontradiktif antara sasaran inti dari ajaran agama Islam dengan pemahaman yang kemudian menghambat kemajuan keduniaan. Yang pada intinya adalah terjadi kontradiktif antara semangat ajaran Islam itu sendiri yang menyuruh umatnya sukses keduniaan dengan realita umat yang mayoritas terbelakang dalam pelbagai aspek kehidupan (Azizy,2004:24).

Padahal idealnya, sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya, menghadapi era globalisasi khususnya dunia perekonomian semestinya tidak masalah. Bukan saja Islam yang mempunyai watak kosmopolitan, namun juga isi ajarannya banyak mengandung nilai-nilai universal. Lebih dari itu, Islam pada hakikatnya mengajak umatnya pada kemajuan bukan keterbelakangan. Islam sebagai agama dan ideologi sangat mendorong umatnya untuk bekerja keras (Al-Balad:4); tidak melupakan kerja setelah beribadah (QS.Al Jumuah:10); dan hadits yang menyatakan pentingnya generasi (umat) yang kuat ketimbang yang lemah dan tidak boleh menggantungkan diri pada orang lain (HR.Tirmidji); serta beberapa ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk menjalankan kegiatan/aktivitas ekonominya secara baik, profesional, sistematis dan kontiniutas.

Jika ideal ajaran Islam adalah seperti yang tergambarkan diatas, ternyata pernyataan dan ajaran ideal Islam tadi tidak selalu bisa diwujudkan oleh semua


(14)

pemeluknya. Kita sering menyaksikan kekurangan, keterbelakangan, ketidakberesan pada sebagian umat Islam, dan hal-hal negatif lainnya. Terlebih hal negatif ini akan sangat berdampak pada perekonomian mereka. Namun kita masih bisa menyaksikan umat Islam lainnya yang bisa maju dalam bidang perekonomian, tapi aktivitas perekonomian mereka adalah aktivitas perekonomian yang sebenarnya merupakan perekonomian model barat bukan perekonomian berdasarkan ajaran Islam. Mereka yang maju dalam perekonomian belum mampu menjadikan ajaran ideal Islam sebagai landasan atau sistem baru dalam berekonomi.

Kita mengetahui bahwa di dunia ini ada banyak sekali sistem ekonomi. Mulai dari kapitalisme, sosialisme, maupun negara kesejahteraan atau welfare state (Chapra,1999:2). Dan yang paling menggurita adalah sistem ekonomi kapitalis. Sistem ekonomi kapitalis adalah sistem yang sangat mengutamakan kepemilikan modal, karena bagaimanapun kapitalisme bertujuan memenangkan pertarungan ekonomi dengan menggunakan kekuatan modal (capital) secara efektif dan efisien. Di Indonesia sendiri, sistem ini sangat kuat dan hampir menyentuh seluruh aktivitas perekonomian Indonesia. Mulai dari usaha ekonomi mikro sampai makro. Dari proses jual beli di pasar tradisional sampai bisnis besar restoran cepat saji (fast-food) seperti McDonalds yang merupakan produk dari kapitalisme buatan Amerika Serikat.

Ditengah kegundahan tidak ada lawan yang sepadan untuk kapitalisme, sistem lama yang dikenalkan oleh Islam menjadi alternatif baru yang menjanjikan. Sistem ekonomi itu disebut sistem ekonomi Islam. Ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang didasarkan pada nilai-nilai Islam dengan sumber utama kitab suci


(15)

umat Islam, Al Qur’an serta Al Hadist. Al Qur’an bukan saja berisikan ibadah ritual saja, tetapi juga bermuatan berbagai disiplin ilmu, diantaranya, syariah. Syariah ini yang sekarang dikenal sebagai basis utama sistem ekonomi Islam. Berbeda dengan faham-faham ekonomi lain yang hanya menguntungkan salah satu pihak, dimana kapitalisme bersifat individual atau sosialisme yang bersifat kolektivitas, ekonomi Islam menekankan pada keadilan dan kesejahteraan yang transparan untuk semua pihak yang terlibat dalam kegiatan ekonomi tersebut. Baik itu pemilik modal, pemerintah, masyarakat maupun pekerja. Semua harus sama-sama untung dan sama-sama rugi sesuai dengan modal dan keringat yang telah dikorbankan.

Harus diakui bahwa potensi pengembangan ekonomi Islam masih sangat lemah, tidak sedikit orang Islam yang menjalankan aktivitas perekonomiannya dengan mengaplikasikan model perekonomian barat yang jelas saja jauh dari nilai-nilai keislaman. Sehingga kalaupun pengusaha maupun pedagang-pedagang muslim menjalankan perdagangannya, itu bukan karena dorongan agama atau bukan berangkat dari nilai agama tetapi karena kepentingan mendapat laba semata atau mungkin karena sentimen rasial dan suku. Misal pada suku Minangkabau yang terkenal sebagai suku yang mahir berdagang. Stigma-stigma sosial seperti inilah salah satu pengaruhnya, bukan karena berangkat dari nilai-nilai agama yang memerintahkan untuk bisnis dan etos kerja. Dikotomi antara ajaran agama ritual dengan persoalan perekonomian menjadi bagian dari hidup masyarakat Islam pada umumnya. Seharusnya, ajaran Islam bisa mendidik umatnya (setidaknya sebagiannya) menjadi kaya melalui aktivitas perekonomian dengan menjalankan etika Islam dalam segala segi kiprah usaha perekonomiannya. Islam menjadi


(16)

inspirasi, dasar, landasan hidup, tujuan dalam membangun ekonomi dan keduniaan. Ini yang harus diciptakan untuk mengubah Islam realita yang kebanyakan berkonotasi negatif. Sudah seharusnya dikembangkan ekonomi Islam, bisnis Islam, dimana Islam menjadi landasan, dasar dan inspirasi kemajuan umat Islam di dunia.

Beberapa tahun ini sudah banyak kita lihat tokoh-tokoh besar Islam, sebut saja para cendekiawan muslim, pemikir Islam, para kiyai ataupun ustadz yang mulai melaksanakan aktivitas perekonomian seiring dengan aktivitas ritual keislaman. Mereka mulai membicarakan bahkan melaksanakan konsep-konsep etika bisnis, perdagangan, usaha dan semacamnya yang tentunya di landasi oleh nilai-nilai keislaman. Karena kita ketahui bahwa para pemuka-pemuka Islam inilah yang bisa menjadi modal awal kebangkitan ekonomi Islam. Hal ini karena mereka banyak mengetahui tentang ajaran ideal Islam yang bisa diterapkan langsung di segala bidang kehidupan terlebih pada bidang perekonomian. Coba saja kita pikirkan bila pembahasan tentang perekonomian tidak masuk dalam topik pengajian atau diskusi-diskusi keislaman. Hal ini akan memunculkan persoalan baru yaitu adanya pemisahan antara dunia dan agama. Dunia usaha/ekonomi adalah sekuler, sedangkan pengajian adalah urusan agama atau akhirat. Agama menyempit hanya berurusan dengan ibadah mahdhah/ritual saja. Dipihak lain, oleh karena pengajian hanya penuh dengan urusan ibadah murni, maka sering terjadi salah faham bahwa agama menjadi penghambat kemajuan ekonomi. Alhasil, agama dalam hal ini Islam, tidak mampu berperan sebagai etika perekonomian dan sekaligus tidak mampu menjadi motivasi dan landasan untuk memperoleh kekayaan sebagai indikator sukses dalam perekonomian. Tentu saja


(17)

bukan hal seperti ini yang kita inginkan.

Sebagai contoh konkrit dari pengaplikasian nilai-nilai Islam kedalam aktivitas perekonomian adalah keberhasilan yang telah diperoleh ustadz muda asal kota kembang, Bandung, Jawa Barat, Abdullah Gymnastiar atau lebih dikenal dengan sapaan Aa’ Gym. Aktivitas perekonomiannya berpusat di Pesantren Daarut Tauhid, Gegerkalong Girang, Bandung, Jawa Barat. Daruut Tauhid yang disingkat DT dirintis oleh Aa’ Gym bersama rekan-rekannya yang memiliki semangat keislaman sekaligus kewiraswastaan agar bisa mandiri. Dengan bermodalkan Rp.500 ribu, Aa’ Gym mengembangkan sayapnya dengan menyewa lalu membeli kamar kontrakan yang pada akhirnya membeli rumah kontrakan tersebut. Saat ini asset yang dimiliki DT bisa mencapai lebih dari 1,7 miliar (Multitama Communications,2004:10). Pada tahun 2002, Aa’ Gym dengan semangat membangkitkan ekonomi umat, telah mendirikan beberapa perusahaan yakni Manajemen Qalbun Salim (MQS), MQ media, MQ FM, PT Manajemen Qalbu Fashion, PT Manajemen Qalbu Quality, MQ Communication, MQ Electronic, MQ IT (Information Technology), MQ TV, MQ Consumer Foods dan MQ Publication. Semua itu tergabung dalam holding company yakni PT. Manajemen Qalbu (Multitama Communications,2004:11).

Yang lainnya adalah Dr. M. Syafi'i Antonio, M.Sc (Nio Cwan Chung), salah seorang direktur Bank Muamalat. Antonio selalu berbicara masalah ekonomi Islam, ia berbicara tentang zakat harta, zakat penghasilan, bunga bank, dan lain-lain. Antonio memang pernah belajar tentang bank Islam, asuransi takaful, tabungan haji, dan lembaga pembangunan ekonomi Islam Malaysia ketika ia melanjutkan kuliah ke Universitas Islam Internasional di Malaysia. Ketika


(18)

mempelajari syariah, ia melihat dualisme di kalangan intelektual muslim. Di satu sisi, katanya ulama menguasai syariah yang berkonsentrasi pada urusan wudhu, batal atau tidaknya bersentuhan kulit lelaki dan wanita, tapi mereka lupa bagaimana umat mengambil dana dari bank, stock market, atau bagaimana seharusnya leasing berjalan. "Pendeknya, perkenalan Islam dengan dunia ekonomi kurang," kata Syafi'i Antonio. Sementara itu, di sisi lain para bankir muslim terlalu asyik dengan dunianya. Mereka lupa, kata Antonio, bahwa Islam juga punya khasanah dan perbendaharaan konsep ekonomi yang bagus. Dua dunia ini, para ulama dan para praktisi, bagi Antonio harus bertemu. Karena dualisme itu yang membuat Islam di mata orang Cina identik dengan keterbelakangan. Tekad Antonio tersebut tersalurkan lewat paguyuban Kontak Bisnis Haji Karim Oey. Lembaga yang dipimpin Antonio ini bertujuan melakukan pendekatan dakwah untuk masyarakat keturunan Cina. Program kontak bisnis Karim Oey ini sederhana. Mereka mencoba menghimpun potensi yang ada, seperti para bankir, industriwan, pemilik HPH, kontraktor, dan pemilik percetakan. Kontak bisnis merupakan ajang silaturahmi, dakwah, dan bisnis. Adalah Baitul Mal wa Tamwil (BMT), konsep lain yang ditawarkan Antonio. Ini sudah diterapkan Antonio. Modal awal BMT ini mereka kumpulkan dari uang tabungan mahasiswa: Rp 4,7 juta. Lalu modal tersebut mereka pinjamkan pada tukang bajigur, tukang sayur, dan pedagang kecil lainnya. Mula-mula mereka mampu memberi pinjaman paling besar Rp 100 ribu, lalu meningkat menjadi Rp 200 ribu, dan akhirnya menjadi Rp 1 juta. Hanya dalam waktu 20 bulan, aset BMT tersebut telah menjadi Rp 250 juta. Dan kini BMT itu telah berubah menjadi BPR Syariah. Konsep ini diterima banyak orang. Sekarang BMT telah berkembang hingga 30. Kemudian konsep ini


(19)

ditiru Asosiasi Bank Syariah (Asbisindo) di Bandung, yang kini telah memiliki sekitar 50 BMT. Bahkan Presiden Soeharto telah mencanangkan bahwa BMT sebagai salah satu media pengentasan kemiskinan (Majalah GATRA, Edisi 14:1996).

Belum optimalnya kinerja ekonomi Indonesia telah dirasakan sejak beberapa tahun terakhir. Krisis memang sudah dilalui hampir 8 tahun lalu, namun banyak yang merasakan pengaruh krisis masih belum sepenuhnya hilang. Karena itu menjadi tantangan bagi kita semua mengupayakan agar kekuatan dan kinerja ekonomi pulih seperti sediakala, bahkan bisa lebih baik lagi di masa mendatang melalui perbaikan sistem perekonomian. Ada alternatif sistem yang ditawarkan oleh Islam yang mungkin saja menjadikan sistem ekonomi raksasa seperti kapitalisme pun “takut”, yakni sistem ekonomi Islam yang sekarang lebih dikenal dengan ekonomi syari’ah. Banyak tokoh Islam ataupun para pemikir Islam yang tergabung dalam sustu komunitas keislaman telah menjalankan sistem ini. Dan hasilnya sangat mengagumkan. Lihat saja yang terjadi pada Rufaqa Internasional. Rufaqa Internasional merupakan metamorfosis Darul Arqam, organisasi yang dinyatakan terlarang oleh Pemerintah Malaysia pada 1994. Darul Arqam ataupun yang sekarang berganti nama menjadi Rufaqa Internasional adalah organisasi yang sebenarnya bermula dari kelompok-kelompok pengajian yang kecil. Abuya Syaikh Imam Ashaari Muhammad at-Tamimi, pimpinan tertinggi spritual Darul Arqam, dipaksa bertaubat di depan Dewan Fatwa Malaysia. Nama Al-Arqam pun harus ditanggalkan. Organisasi ini, termasuk yang di Indonesia, pun bubar. Meski Darul Arqam harus tutup buku, spirit anggotanya tetap menyala. Pada 1997, Abuya membangun komunitas baru dengan nama Rufaqa. Seperti Darul Arqam,


(20)

Rufaqa tetap memelihara konsep Imam Mahdi. Di Indonesia, komunitas ini muncul dengan nama Hawariyun. Tahun 2000, Hawariyun di Indonesia dan Rufaqa Malaysia bergabung menjadi Zumala Group International. Dua tahun kemudian berubah menjadi Rufaqa International

Rufaqa merintis sebuah "bandar" (komunitas) di kawasan Bukit Sentul. Mereka, kurang lebih meliputi 24 keluarga yang mukim terpencar-pencar di cluster Victoria, Udayana, Bukit Golf, dan Amsterdam di kawasan Bukit Sentul. Jumlah itu tersebar dalam 18 rumah dengan penghuni sekitar 100 orang. Di Bintaro Jaya, mereka telah punya Suq Al-Anshar, pasar swalayan yang cukup besar. Sementara di Semanggi, Kawasan Bisnis Sudirman Jakarta, ada Kafe Qatrunnada. Di Sriwijaya Raya, mereka juga punya guest house atau rumah tamu. Bangunan mewah di kawasan elite ini merupakan pusat bisnis Rufaqa Indonesia.

Umumnya usaha mereka meliputi, usaha perdagangan, retail, supermarket, restoran dan kafe, entertainment, pendidikan, periklanan, tour and travel, peternakan, manufaktur, konstruksi, hingga kesehatan. Jangkauan bisnisnya pun sudah mendunia. Dari butik di Paris hingga Australia. Seluruh aset tersebut dipandang sebagai milik Tuhan sehingga harus didermakan di jalan Tuhan. Mereka punya pagar, bisnis harus bersih dan jauh dari riba. Seluruh keuntungan diinvestasikan ke proyek-proyek sendiri. Maka, jangan heran jika mereka kerap menolak ketika ditanya soal omset atau keuntungan.

Yang menarik, karyawan Rufaqa tak digaji seperti di perusahaan biasa. Penggajian karyawan memakai konsep ma'asy (Arifin.dkk,1996:22), yaitu konsep yang pada kaidah pembagian gaji berdasarkan kebutuhan seseorang, bukan berdasarkan jabatan atau profesinya. Pegawai memang menerima upah bulanan.


(21)

Tak besar, patokannya upah minimum provinsi. Bedanya, semua kebutuhan karyawan dicukupi perusahaan. Mereka yang punya anak-istri, meskipun golongan rendahan, mendapat santunan lebih besar dari mereka yang berpangkat tinggi tapi bujangan

Pada realita zaman sekarang tidak sedikit kita menyaksikan rendahnya perekonomian seseorang. Yang mungkin saja hal itu terjadi salah satu faktornya adalah adanya kesalahan dalam pemahaman memahami arti yang tersirat dalam ajaran agama. Seperti kejadian yang sering kita dengar di masyarakat miskin bahwa ia sudah menyerah dengan kemiskinannya karena dia berkata bahwa Tuhannya yang telah menjadikan kehidupan ekonomi sehari-harinya melarat atau miskin. Karena itu ia tidak berkeinginan untuk bekerja keras guna mendapat hasil yang lebih baik, tetapi dia lebih memilih bersikap malas untuk mempertahankan kemerosotan ekonominya karena keyakinannya yang salah tersebut bahwa Tuhan yang menjadikan dia seperti itu. Padahal jika kita lebih jeli dan teliti dengan ajaran agama, tidaklah seperti itu maksudnya. Kehidupan seseorang ada yang sukses ada yang gagal, itu karena mereka ada yang bekerja keras dan ada yang malas. Ajaran agama manapun menginginkan umatnya untuk selalu hidup jujur dan bekerja keras. Sebagai contoh nyata seperti yang terjadi pada Rufaqa Internasional. Bertolak dari argumen-argumen tersebut, banyak sekali memunculkan pertanyaan. Yang pada akhirnya, pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab tersebut selanjutnya akan tersusun dalam perumusan permasalahan.


(22)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di latar belakang, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana religiusitas dan aktifitas ekonomi yang terjadi di Rufaqa Internasional ?

Dari pokok permasalahan tersebut diuraikan kedalam 4 (empat) pertanyaan penelitian, yaitu :

1. Bagaimana tingkat perkembangan Rufaqa Internasional sebagai organisasi keislaman untuk eksis dalam perekonomian Islam ?

2. Bagaimana nilai-nilai religius Islam dalam memotivasi aktivitas perekonomian pada Rufaqa Internasional ?

3. Bagaimana sistem sosial dan ekonomi yang terbangun di dalam komunitas Rufaqa Internasional ?

4. Bagaimana eksklusivitas Rufaqa Internasional mempengaruhi kondisi sosiologis dari masyarakat sekitar ?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka yang menjadi tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana religiusitas atau spirit keagamaan mempengaruhi aktivitas perekonomian di Rufaqa Internasional.

1.4. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan khususnya yang berkaitan dengan spirit keagamaan yang mempengaruhi kegiatan


(23)

perekonomian bagi semua pemeluk agama umumnya, dan untuk umat Islam pada khususnya. Secara praktis, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah referensi bagi hasil-hasil penelitian lainnya dan dapat dijadikan bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya. Dan diharapkan mampu dijadikan sebagai informasi bagi umat Islam bahwa spirit keagamaan atau ajaran Islam mampu menjadi semangat pengembangan perekonomian.

1.5. Defenisi Konsep 1.5.1. Religiusitas

Religiusitas adalah pengabdian terhadap agama atau kesalehan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005:944). Yang lainnya (Hugo, 1986:350) religiusitas yaitu tingkat partisipasi individu dalam upacara-upacara agama atau tingkah laku dan sikap seorang individu yang dinilai suatu kelompok atau masyarakat. Religiusitas dalam penelitian ini lebih dimaksudkan pada sikap atau tingkah laku kesalehan orang-orang dalam melaksanakan suatu pemahaman dari ajaran keagamaan yang mereka fahami. Mereka atau orang-orang yang dimaksud adalah semua orang yang terlibat langsung didalam Rufaqa Medan.

1.5.2. Aktivitas Ekonomi

Dalam Kamus Sosiologi, aktivitas merupakan hal-hal yang dilakukan manusia (Soekanto, 1993:9). Aktivitas disepadankan dengan kata ’kegiatan’. Sedangkan ekonomi, masih menurut Soerjono Soekanto (1993:161) yaitu sistem hubungan dalam masyarakat yang menentukan alokasi sumber-sumber ekonomi yang langka dan terhubungi dengan produksi, distribusi dan pertukaran. Kesimpulannya, aktivitas ekonomi adalah hal-hal yang dilakukan manusia atau


(24)

masyarakat, yang didalamnya telah terjadi proses produksi, distribusi dan pertukaran.

Aktivitas ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala kegiatan dari Rufaqa Medan yang merupakan usaha perdagangan, baik proses penjualan dan pembelian, usaha jasa sampai pelayanan kebutuhan umat.

1.5.3. Rufaqa Internasional

Rufaqa Internasional merupakan metamorfosis Darul Arqam, organisasi yang dinyatakan terlarang oleh Pemerintah Malaysia pada 1994. Darul Arqam ataupun yang sekarang berganti nama menjadi Rufaqa Internasional adalah organisasi yang sebenarnya bermula dari kelompok-kelompok pengajian yang kecil. Pimpinan tertinggi spritualnya bernama Abuya Syaikh Imam Ashaari Muhammad at-Tamimi, beliau dipaksa bertaubat di depan Dewan Fatwa Malaysia. Nama Al-Arqam pun harus ditanggalkan. Organisasi ini, termasuk yang di Indonesia, pun bubar. Meski Darul Arqam harus tutup buku, spirit anggotanya tetap menyala. Pada 1997, Abuya membangun komunitas baru dengan nama Rufaqa. Seperti Darul Arqam, Rufaqa tetap memelihara konsep Imam Mahdi. Di Indonesia, komunitas ini muncul dengan nama Hawariyun. Tahun 2000, Hawariyun di Indonesia dan Rufaqa Malaysia bergabung menjadi Zumala Group International. Dua tahun kemudian berubah menjadi Rufaqa International


(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Ada suatu paradoks terjadi pada masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Antara nilai-nilai etika kehidupan yang terkandung dalam ideal ajaran Islam dan tindakan-tindakan sosial masyarakat Indonesia yang tercermin dalam etos kerja, keduanya menunjukkan hubungan yang kontradiktif. Beberapa etika kehidupan dalam Islam sebenarnya mengandung nilai-nilai yang mengarah kepada semangat kerja keras (Al Balad:4), kreatif-inovatif (Asy Syarh:7), kewajiban berpikir dan mengembangkan ilmu (Ali Imran:190-191).

Menghadapi era globalisasi, khususnya dunia perekonomian tidaklah menjadi masalah bagi dunia Islam. Bukan saja Islam yang mempunyai watak kosmopolitan, namun juga isi ajarannya banyak mengandung nilai-nilai universal. Lebih dari itu, Islam pada hakikatnya mengajak untuk kemajuan.

Islam adalah agama yang beretos kerja tinggi seperti yang Turner sebutkan, bukan agama asketis atau hidup membiara yang Weber tuduhkan, bahkan Islam bukanlah agama tradisional yang hanya menjadi "candu masyarakat" dimana agama tidak ubahnya seperti "rokok bagi masyarakat pecandu". Di mana bagi pecandu, rokok adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan dan sulit ditinggalkan. Tetapi dalam kehidupan sebenarnya tidak memberikan nilai kebaikan bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat sekitarnya, seperti Karl Marx simpulkan.

Untuk membahas fenomena diatas, ada baiknya kita juga berangkat dari teori sosiologi Max Weber tentang hubungan timbal balik antara motivasi agama


(26)

Protestan dengan terbentuknya masyarakat kapitalis, yang terangkum dalam tesisnya yang berjudul The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism, yang diterjemahkan dalam judul bahasa Indonesia menjadi Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme. Weber menyebutkan bahwa aspek-aspek tertentu dalam etika Protestan merupakan pendorong yang kuat dalam menumbuhkan sistem ekonomi kapitalis dalam tahap-tahap pembentukannya. Pengaruh yang mendorong ini dapat dilihat sebagai suatu konsistensi logis dan pengaruh motivasional yang bersifat mendukung secara timbal balik. Sebab kondisi budaya masyarakat Eropa saat itu sedang mengarah pada budaya kapitalis (Toto Suharya, 2005). Weber memberi peringatan keras bahwa agama yang bersemangat moderenlah yang akan memberikan dorongan, spirit terhadap pertumbuhan ekonomi kapitalisme. Weber kemudian juga menuliskan semboyan-semboyan dari sekte Calvinis yang mampu menggugah semangat kerja keras yaitu, ˝waktu adalah uang˝ , ˝waktu adalah bekerja˝, ˝piutang adalah uang˝, ˝bendaharawan yang baik adalah barang yang senantiasa berkembang dengan pesat˝, karena itu pilihannya hanyalah dua ˝ingin hidup enak,atau mau tidur nyenyak˝ (Max Weber,1956:48 -49). Weber mengingatkan kepada kita kaitan antara agama dengan motif-motif serta sikap-sikap yang dominan yang diterima sebagai aktor sosial dari tradisi religius (Bryan S Turner,1992:260).

Apa yang disimpulkan Weber dalam tesisnya bahwa agama yang bersemangat moderenlah yang akan memberikan dorongan, spirit terhadap pertumbuhan ekonomi kapitalisme adalah sangat benar. Islam adalah agama moderen bukan agama asketis. Hal ini terlihat dari ideal ajaran agamanya yang memerintahkan umatnya untuk selalu berkreatif inovatif serta selalu berfikir dan


(27)

mengembangkan ilmu. Selalu berfikir dan mengembangkan ilmu berarti Islam tidak melarang umatnya untuk berteknologi yang baru, berteknologi yang canggih sesuai dengan kemajuan zamannya serta melakukan aktivitas keduniaan yang juga sesuai dengan perkembangan zamannya seperti aktivitas perekonomian. Yang tentunya semua aktivitas keduniaan itu harus tetap dalam standarisasi agama Islam. Alhasil, terwujudlah seperti apa yang di asumsikan Weber dalam tesisnya yang dilakukan pada sekte Calvinis agama Protestan, yakni Islam mampu memberikan semangat atau dorongan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Hal tersebut dilengkapi lagi oleh asumsi Turner bahwa Islam bukanlah sebagai agama prajurit, atau agama padang pasir yang berwatak keras dan suka berperang, tetapi menyimpan ajaran-ajaran tentang ’hidup mewah’ dan beretos kerja yang tinggi (Bryan S Turner,1992:152).

Teori lain yang mencari relasi antara agama dan persoalan perkembangan ekonomi dalam masyarakat adalah hasil pemikiran Robert N Bellah melalui hasil penelitiannya pada masyarakat Jepang yang menganut faham teologi religi tokugawa. Sekalipun pada awalnya Bellah berangkat dari apa yang pernah dikemukakan Weber, Bellah yang berniat mengeksplorasi temuan Weber ternyata mendapatkan bukti-bukti lain yang sangat otentik dikalangan masyarakat Jepang yang menganut faham teologi religi tokugawa. Bagi Bellah, ternyata masyarakat Jepang dengan berpangkal pada tradisi agama tokugawa sekalipun ada gelombang modernisasi masih tetap menyimpan kekuatan sebagai pendobrak terhadap semangat berekonomi masyarakat. Dengan tetap setia pada tradisi tokugawa masyarakat Jepang bisa berkompetisi dalam lapangan ekonomi masyarakat dunia. Agama tokugawa dianggap Bellah tetap memiliki semangat untuk ’membantu’


(28)

pada modernisasi dan berekonomi. Untuk memperkuat argumennya, dia meletakkan pernyataan dari agama tokugawa : "ada jalan utama untuk menghasilkan kekayaan. Hendaknya produsen lebih banyak dan konsumen lebih sedikit. Hendaknya banyak kegiatan untuk memproduksi, tetapi hemat dalam pembelanjaan. Oleh karena itu, selalu cukuplah kekayaan yang ada" (Robert N Bellah,1992:145-147).

Yang menarik di Jepang adalah semangat berproduksi di era tokugawa, selain didorong dengan semangat konfusianisme dan religi tokugawa, semangat berproduksi juga mendapat dukungan dari kebijakan negara. Himbauan moral selalu merupakan suatu bagian penting dalam kebijakan pemerintah dan hal ini merupakan dorongan untuk berproduksi. Nasehat untuk kerja keras, tidak melalaikan pekerjaan, tidak membuang waktu dan sebagainya menjadi ’nada’ dasar peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan diperuntukkan bagi gonin gomi (kelompok lima keluarga), yang dibacakan kepada rakyat (Robert N Bellah,1992:150).

Selain mereka, ada lagi David McClelland. Dia mengatakan bahwa kegiatan para wiraswastawan adalah tidak sekedar mencari pengumpulan laba. Laba lebih merupakan indikator dari keinginan pencapaian tujuan yang lain, yang hendak dicapai oleh para wiraswastawan adalah prestasi gemilang yang diperoleh melalui penampilan kerja (ekonomi) dengan baik, dengan selalu berpikir dan berusaha untuk menemukan cara-cara yang baru untuk memperbaiki kualitas kerja (ekonomi) yang telah dicapainya. Semangat kerja yang demikian ini disebut oleh McClelland sebagai motivasi berprestasi atau sering disebut sebagai kebutuhan berprestasi atau need for achievement (Suwarsono,1994:27). Dari sini kita bisa


(29)

berasumsi bahwa Islam sebagai agama moderen juga sangat menjunjung etika perekonomian, misalnya bila melakukan aktivitas perekonomian atau perdagangan haruslah jujur (Ash-Shaff:3), artinya ada suatu sikap keinginan yang kuat dari para pelaku pedagang Islam tersebut untuk mencapai prestasi gemilang yang dikerjakannya melalui penampilan kerja yang baik atau melaui sikap jujur tersebut, dengan selalu berpikir dan mengembangkan ilmu (Ali Imran:190-191) dan berusaha untuk menemukan cara-cara baru (Asy-Syarh:7), untuk memperbaiki kualitas kerja yang dicapainya.

Yang terakhir, Irwan Abdullah melalui hasil penelitiannya di desa Jatinom Klaten Jawa Tengah, tentang moralitas agama dan etos kerja pedagang Islam. Ia sangat tegas menjelaskan bahwa masyarakat yang memiliki tradisi keagamaan modernis-reformis, bahkan progresif sebagai bagian penting dari pengamalan paham keagamaan yang dianutnya, dimana mereka menjalankan aktivitas perdagangan dan perekonomian, sebagai bentuk dari "duplikasi", ajaran protestan ethic yang dulu pernah dikemukakan Weber (Zuly Qodir,2002:XIII).

Dari penelitian ini ternyata terdapat suatu pernyataan bahwa agama secara terang-terangan maupun diam-diam mendorong adanya semangat kapitalisme industrial (berekonomi moderen). Dan ternyata mereka adalah masyarakat Islam, baik yang berprofesi sebagai pedagang maupun petani, memiliki moralitas agama dalam hidup untuk berkreasi dan moderenisasi diri.


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku yang didapat dari apa yang diamati (Nawawi, 1994:203). Penelitian deskriptif ini digunakan untuk menggambarkan atau melukiskan apa yang diteliti dan berusaha memberikan gambaran yang jelas mengenai apa yang menjadi pokok penelitian. Berkenaan dengan penelitian ini sebagai studi deskriptif maka penelitian ini akan menggambarkan atau mendeskripsikan bagaimana religiusitas dan aktivitas ekonomi terjadi di Rufaqa Internasional ?

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Rufaqa Internasional Pekanbaru. Dimana untuk Pekanbaru, kegiatan perekonomian Rufaqa berlokasi sentral di Madrasah Hubbullah Yayasan Al Hijrah, jalan Singgalang Raya no.313 Tenayan Raya Pekanbaru.

Alasan penelitian terhadap Rufaqa Internasional Pekanbaru ini, karena Rufaqa Pekanbaru juga mengalami kemajuan yang pesat yang hampir sama dengan Rufaqa di kota lainnya, dimana untuk Indonesia hanya ada 3 (tiga) kota yang menjadi bandar (kawasan) kegiatan Rufaqa Internasional, yaitu Pekanbaru yang menfokuskan pada aspek pendidikan, DKI Jakarta yang fokus pada aspek


(31)

ekonomi dan terakhir adalah di Makassar yang memfokuskan pada aspek pariwisata. Alasan lain karena Pekanbaru adalah kota yang paling dekat dengan Medan dibanding dengan 2 (dua) kota lainnya, yang menurut peneliti dekatnya jarak geografis akan lebih memudahkan peneliti dalam mendapatkan data serta efisien dalam waktu dan dana.

3.3. Unit Analisis dan Informan

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian (Arikunto, 1999:132). Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah Rufaqa Internasional cabang Medan. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana religiusitas dan aktivitas ekonomi yang terjadi di Rufaqa Internasional. Orang-orang yang menjadi sumber informasi dalam data ini selanjutnya disebut informan. Informan pada penelitian ini yaitu orang-orang yang menjalani usaha perekonomian di Rufaqa Pekanbaru. Mereka adalah para penggerak, pelaku atau aktor baik di konsep ataupun praktek yang ia mengetahui dengan baik dan lengkap tentang aktivitas religius dan perekonomian Rufaqa Pekanbaru. Informan juga orang-orang yang menggerakkan roda perekonomian Rufaqa setiap harinya, dengan kriteria sebagai berikut :

1. Aktif dan terlibat langsung dalam menggerakkan roda perekonomian Rufaqa setiap harinya.

2. Laki-laki dan perempuan yang berusia 17 tahun ke atas, sebagai batasan usia yang dianggap sudah dewasa atau sebagai batasan dari produktivitas seseorang.


(32)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian digolongkan menjadi dua yaitu data primer dan sekunder. a) Data Primer

Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu:

1. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap berbagai gejala yang tampak pada saat penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti langsung ke lapangan untuk mengamati kegiatan-kegiatan religius dan perekonomian yang dilaksanakan oleh Rufaqa Pekanbaru serta orang-orang yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Hasil observasi atau pengamatan ini kemudian dituangkan dalam bentuk catatan lapangan. 2. Wawancara mendalam, yang merupakan proses tanya jawab secara

langsung ditujukan terhadap informan di lokasi penelitian dengan menggunakan panduan atau pedoman wawancara dan tape recorder. Wawancara yang ditujukan terhadap informan dilakukan untuk memperoleh data dan informasi secara lengkap tentang aktivitas religius dan perekonomian Rufaqa Pekanbaru dan untuk memperoleh informasi tentang kegiatan-kegiatan perekonomian yang mereka jalankan sehari-hari.

b) Data Sekunder

Data sekunder yaitu semua data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan dan


(33)

pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku-buku referensi, dokumen, majalah, jurnal, dan internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti, dalam hal ini tentu yang berkaitan dengan religiusitas dan aktivitas perekonomian Rufaqa Pekanbaru.

3.5. Interpretasi Data

Analisa data dikerjakan sejak peneliti mengumpulkan data dan dilakukan secara intensif setelah pengumpulan data selesai. Merujuk pada Lexy J. Moleong (2002:190), pengolahan data ini dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya.

Data tersebut setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah, maka langkah berikutnya ialah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga, sehingga tetap berada di dalam fokus penelitian.

Langkah selanjutnya adalah menyusun data-data dalam satuan-satuan. Satuan-satuan itu kemudian dikategorisasikan. Berbagai kategori tersebut dilihat kaitannya satu dengan yang lain dan diinterpretasikan secara kualitatif. Sesungguhnya proses analisis dalam penelitian ini telah dimulai sejak awal penulisan proposal hingga selesainya penelitian ini yang menjadi ciri khas dari analisis penelitian kualitatif. Proses analisis kualitatif ini disebut on going analisys.


(34)

3.6. Jadwal Kegiatan

Jadwal kegiatan dalam penelitian ini dituangkan dalam tabel di bawah ini: No Rencana Kegiatan Bulan

I Bulan II Bulan III Bulan IV 1 Persiapan

a.Seminar Proposal

b.Revisi proposal c.Pengurusan izin adm. penelitian.

2 Operasional

penelitian

a. Pengumpulan data b.Interpretasi Data 3 Penyusunan laporan

Penelitian a. Analisa data b.Penyusunan

laporan penelitian c. Perbaikan hasil

laporan penelitian 4 Sidang meja Hijau

dan penggandaan skripsi

3.7. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini disebabkan oleh terbatasnya kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti untuk melakukan kegiatan penelitian ilmiah. Salah satu kendala yang dihadapi oleh peneliti adalah jarak yang cukup jauh antara domisili peneliti dengan lapangan penelitian, terbatasnya waktu yang dimiliki peneliti dalam melekukan wawancara dengan informan guna memperoleh data lapangan, hal ini disebabkan terbatasnya sumber dana yang dimiliki peneliti.

Keterbatasan di dalam melaksanakan penelitian disebabkan oleh 2 (dua) faktor, internal dan eksternal. Internalnya, sesampainya di Pekanbaru peneliti


(35)

mengalami kesulitan dalam hal pengenalan kota Pekanbaru, pengetahuan peneliti yang sangat minim tentang kota Pekanbaru, mulai dari nama jalan, nama daerah, lokasi perkantoran pemerintahan, lokasi wawancara sampai nomor angkutan kota yang menyebabkan peneliti salah jalan dan lama tiba di lokasi penelitian, sementara waktu untuk turun ke lapangan penelitian yang telah dijadwalkan oleh peneliti tidaklah lama.

Sedangkan faktor eksternalnya adalah ketika mengadakan proses wawancara, dimana dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peneliti yang sudah terkonsep rapi dalam draf wawancara, hampir mayoritas informan sama dalam memberikan jawaban. Namun penelitian ini berjalan dengan lancar karena adanya kerjasama yang baik dan saling pengertian dari pihak Rufaqa Pekanbaru.

Sebagai alternatif selain melakukan wawancara langsung pada informan yang mempunyai waktu guna memperoleh data lapangan pada saat di Pekanbaru, peneliti juga melakukan hubungan jarak jauh dengan pihak Rufaqa Pekanbaru serta para informan melalui handphone dan email setelah di Medan.

Namun, walaupun terdapat berbagai keterbatasan, peneliti tetap berusaha semaksimal mungkin dalam mengumpulkan informasi dari informan, serta informasi yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan validitasnya.


(36)

BAB IV

PENYAJIAN DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Sekilas tentang Kota Pekanbaru

Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama "Senapelan" yang pada saat itu dipimpin oleh seorang Kepala Suku disebut Batin. Daerah ini mulanya hanya ladang, lambat laun menjadi perkampungan. Kemudian perkampungan Senapelan berpindah ke tempat pemukiman baru yang kemudian disebut Dusun Payung Sekaki yang terletak di tepi muara sungai Siak. Nama Payung Sekaki tidak begitu dikenal pada masanya melainkan Senapelan. Perkembangan Senapelan berhubungan erat dengan perkembangan Kerajaan Siak Sri Indrapura. Semenjak Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah menetap di Senapelan, beliau membangun istananya di Kampung Bukit berdekatan dengan perkampungan Senapelan. Diperkirakan istana tersebut terletak di sekitar Mesjid Raya sekarang. Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah mempunyai inisiatif untuk membuat Pekan di Senapelan tetapi tidak berkembang. Usaha yang telah dirintis tersebut kemudian dilanjutkan oleh putranya Raja Muda Muhammad Ali di tempat baru yaitu disekitar pelabuhan sekarang. Selanjutnya pada hari Selasa tanggal 21 Rajab 1204 H atau tanggal 23 Juni 1784 M berdasarkan musyawarah datuk-datuk empat suku (Pesisir, Lima Puluh, Tanah Datar dan Kampar), negeri Senapelan diganti namanya menjadi "Pekan Baharu" selanjutnya diperingati sebagai hari lahir Kota Pekanbaru. Mulai saat itu sebutan Senapelan sudah ditinggalkan dan mulai populer sebutan "Pekan Baharu", yang dalam bahasa sehari-hari disebut


(37)

Pekanbaru. Pemerintahan Pekanbaru selalu mengalami perubahan dan perkembangan, antara lain sebagai berikut

1. SK Kerajaan Besluit van Her Inlanche Zelf Bestuur van Siak No.1 tanggal 19 Oktober 1919, Pekanbaru bagian dari Kerajaan Siak yang disebut District.

2. Tahun 1931 Pekanbaru masuk wilayah Kampar Kiri dikepalai oleh seorang Controleur berkedudukan di Pekanbaru.

3. Tanggal 8 Maret 1942 Pekanbaru dikepalai oleh seorang Gubernur Militer disebut Gokung, Distrik menjadi Gun dikepalai oleh Gunco.

4. Ketetapan Gubernur Sumatera di Medan tanggal 17 Mei 1946 No.103 Pekanbaru dijadikan daerah otonom yang disebut Haminte atau Kota b. 5. UU No.22 tahun 1948 Kabupaten Pekanbaru diganti dengan Kabupaten

Kampar, Kota Pekanbaru diberi status Kota Kecil.

6. UU No.8 tahun 1956 menyempurnakan status Kota Pekanbaru sebagai kota kecil.

7. UU No.1 tahun 1957 status Pekanbaru menjadi Kota Praja.

8. Kepmendagri No. Desember 52/I/44-25 tanggal 20 Januari 1959 Pekanbaru menjadi ibukota Propinsi Riau.

9. UU No.18 tahun 1965 resmi pemakaian sebutan Kotamadya.

10.UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah sebutan Kotamadya berubah menjadi Kota.

Kota Pekanbaru sebagai Ibukota Propinsi Riau telah berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan pembangunan dewasa ini Secara administrasi Kota Pekanbaru dipimpin oleh Walikota dan bertanggung jawab langsung kepada


(38)

Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Riau. Keberadaan Kota Pekanbaru merupakan dasar dekonsentrasi sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Kota Pekanbaru dibagi atas 8 (delapan) Kecamatan yang terdiri dari 50 (lims puluh) Desa / Kelurahan.

Berikut tabel tentang jumlah kecamatan sampai rukun tetangga (RT) yang ada di kota Pekanbaru tahun 2000.

Tabel I

Banyaknya Desa/ Kelurahan, RW, RT Dirinci Menurut Bentuk Desa Dalam Kota Pekanbaru Tahun 2000

KECAMATAN

BENTUK DESA/KELURAHAN PERANGKAT

DESA/KELURAHAN SWA DAYA SWA KARYA SWA

SEMBADA JUMLAH RW RT

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. TAMPAN 6 - - 6 70 297

2. BUKIT RAYA 10 - - 10 128 462

3. LIMA PULUH 4 - - 4 31 122

4. SAIL 3 - - 3 18 72

5. PEKANBARU KOTA 6 - - 6 42 146

6. SUKAJADI 8 - - 8 42 174

7. SENAPELAN 6 - - 6 39 151

8. RUMBAI 7 - - 7 65 286

JUMLAH 50 - - 50 435 1.710

Sum ber: Kant or Pem bangunan Desa Pek anbaru dalam

Berdasarkan Tabel I diatas mengenai banyaknya desa/ kelurahan, RW, RT yang dirinci menurut bentuk desa dalam kota Pekanbaru tahun 2000 diketahui bahwa kota Pekanbaru memiliki 8 (delapan) kecamatan yaitu Tampan, Bukit


(39)

Raya, Lima Puluh, Sail, Pekanbaru Kota, Sukajadi, Senapelan dan Rumbai. Dengan perincian 50 (lima puluh) desa/kelurahan. Dan dari 50 (lima puluh) kelurahan tersebut terdiri lagi atas 435 (empat ratus tiga puluh lima) Rukun Warga (RW) serta 1.710 (seribu tujuh ratus sepuluh) Rukun Tetangga (RT).

Tabel II

Nama-Nama Desa/Kelurahan Dirinci Menurut Status dan Kecamatan Kota Pekanbaru Tahun 2000

KECAMATAN DESA / KELURAHAN STATUS

PEMERINTAHAN

(1) (2) (3)

01. TAMPAN 001. SIMPANG BARU Kelurahan

002. SIDOMULYO TIMUR Kelurahan

003. LABUH BARU TIMUR Kelurahan

004. TAMPAN Kelurahan

005. SIDOMULYO BARAT Kelurahan

006. LABUH BARU BARAT Kelurahan

02. BUKIT RAYA 001. SIMPANG TIGA Kelurahan

002. KULIM Kelurahan

003. TANGKERANG TIMUR Kelurahan

004. TANGKERANG SELATAN Kelurahan

005. TANGKERANG TENGAH Kelurahan

006. TANGKERANG BARAT Kelurahan

007. TANGKERANG UTARA Kelurahan

008. REJOSARI Kelurahan

009. SAIL Kelurahan

010. TEBING TINGGI OKURA Kelurahan

03. LIMA PULUH 001. RINTIS Kelurahan

002. SEKIP Kelurahan

003. TANJUNG RHU Kelurahan

004. PESISIR Kelurahan

04. SAIL 001. CINTA RAJA Kelurahan

002. SUKAMAJU Kelurahan

003. SUKAMULIA Kelurahan

05. PEKANBARU KOTA 001. SIMPANG EMPAT Kelurahan

002. SUMAHILANG Kelurahan

003. TANAH DATAR Kelurahan

004. KOTA BARU Kelurahan

005. SUKARAMAI Kelurahan

006. KOTA TINGGI Kelurahan

06. SUKAJADI 001. WONOREJO Kelurahan

002. JADIREJO Kelurahan

003. KAMPUNG TENGAH Kelurahan

004. KAMPUNG MELAYU Kelurahan

005. KEDUNG SARI Kelurahan

006. HARJOSARI Kelurahan


(40)

008. PULAU KARAM Kelurahan

07. SENAPELAN 001. PADANG BULAN Kelurahan

002. PADANG TERUBUK Kelurahan

003. SAGO Kelurahan

004. KAMPUNG DALAM Kelurahan

005. KAMPUNG BANDAR Kelurahan

006. KAMPUNG BARU Kelurahan

08. RUMBAI 001. UMBAN SARI Kelurahan

002. MERANTI PANDAK Kelurahan

003. LIMBUNGAN Kelurahan

004. LEMBAH SARI Kelurahan

005. LEMBAH DAMAI Kelurahan

006. RUMBAI BUKIT Kelurahan

007. MUARA FAJAR Kelurahan

Sum ber: Kant or Pem bangunan Desa Pek anbaru dalam

Berdasarkan Tabel II diatas mengenai nama-nama desa/kelurahan dirinci menurut status dan kecamatan kota Pekanbaru tahun 2000 diketahui bahwa kota Pekanbaru memiliki 8 (delapan) kecamatan yaitu Tampan, Bukit Raya, Lima Puluh, Sail, Pekanbaru Kota, Sukajadi, Senapelan dan Rumbai. Dari 8 (delapan) kecamatan tersebut terdiri lagi menjadi beberapa desa/kelurahan. Berdasarkan tabel II maka terdapat 50 (lima puluh) desa/kelurahan di kota Pekanbaru. Uniknya lagi Pekanbaru dikenal dengan slogan "Kotaku, Kotamu dan Kota Kita Bertuah", yang mempunyai motto: Bersih, Tertib, Usaha Bersama, Aman, dan Harmonis, yang mempunyai arti;

1. Bersih

Bersih lahir, jiwa, rumahtangga, lingkungan pasar, pendidikan, tempat hiburan/rekreasi, jalur hijau dan pusat kesehatan.

2. Tertib

Tertib pribadi, keluarga, lingkungan pekerjaan, beribadat, lalu lintas sehingga terwujud warga yang selalu menjunjung tinggi norma kaidah dan peraturan yang berlaku.


(41)

3. Usaha Bersama

Keterlibatan kebersamaan dari pemerintah, orpol, ormas, generasi muda, alim ulama, cerdik cendekiawan, seniman dan seluruh lapisan masyarakat dalam berfikir dan berusaha guna mewujudkan pembangunan untuk kesejahteraan rakyat.

4. Aman

Rasa tentram setiap pribadi, keluarga, lingkungan masyarakat dan kotanya dari gangguan ancaman dan hambatan dalam berfikir dan berusaha guna menjalankan ibadah dan melaksanakan pembangunan.

5. Harmonis

Serasi, seiya sekata, senasib, sepenanggungan saling hormat menghormati. Setukul bagai palu

Seciap bagai ayam Sedencing bagai besi Yang tua dihormati Yang muda dikasihi

Yang cerdik pandai dihargai Yang memerintah ditaat

Menuju tahun 2020 Pekanbaru bervisikan "Terwujudnya Kota Pekanbaru Sebagai Pusat Perdagangan Dan Jasa, Pendidikan serta Pusat Kebudayaan Melayu, Menuju Masyarakat Sejahtera yang Berlandaskan Iman dan Taqwa". Visi tersebut mengandung makna bahwa; Pusat Perdagangan dan Jasa, menggambarkan keadaan masyarakat Kota Pekanbaru yang diinginkan dalam puluhan tahun kedepan pemerintah Kota Pekanbaru dengan dukungan


(42)

masyarakatnya yang dinamis akan selalu berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mewujudkan Kota Pekanbaru menjadi pusat perdagangan dan jasa di kawasan Sumatera; Pusat Pendidikan, pemerintah Kota Pekanbaru kedepan akan selalu berusaha untuk memberdayakan masyarakatnya agar dapat berperan serta secara aktif meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam rangka menciptakan pembangunan manusia seutuhnya. Pemberdayaan sumber daya manusia lebih diarahkan kepada terwujudnya sarana dan prasarana pendidikan formal dan non-formal dibidang keahlian dan kejuruan yang terpadu diikuti dengan upaya penyiapan sarana dan prasarana pra pendidikan sampai perguruan tinggi. Dengan langkah tersebut sangat diharapkan dalam tahun-tahun selanjutnya di Kota Pekanbaru akan dapat tersedia sarana pendidikan yang lengkap dan unggul; Pusat Kebudayaan Melayu merupakan refleksi dari peradaban tatanan nilai-nilai budaya luhur masyarakat Kota Pekanbaru yang mantap dalam mempertahankan, melestarikan, menghayati, mengamalkan serta menumbuhkembangkan budaya Melayu. Kehendak menjadikan Kota Pekanbaru sebagai pusat kebudayaan Melayu antara lain akan diarahkan kepada tampilnya identitas fisik bangunan yang mencerminkan kepribadian daerah, adanya kawasan beridentitas adat Melayu serta makin mantapnya kehidupan adat yang digali dari nilai-nilai luhur Melayu; Masyarakat Sejahtera merupakan salah satu tujuan kehidupan masyarakat Kota Pekanbaru pada tahun 2020 kedepan. Dalam kondisi ini dicita-citakan masyarakat akan dapat hidup dilingkungan yang relatif aman, bebas dari rasa takut dan serba kecukupan lahir batin secara seimbangan dan selaras baik material maupun spiritual yang didukung dengan terpenuhinya kualitas gizi, kesehatan, kebersihan dan lingkungan; Berlandaskan iman dan


(43)

taqwa merupakan landasan spiritual moral, norma dan etika dimana masyarakat pada kondisi tertentu mempunya pikiran, akal sehat dan daya tangkal terhadap segala sesuatu yang merugikan dengan memperkukuh sikap dan prilaku individu melalui pembinaan agama bersama-sama yang tercermin dalam kehidupan yang harmonis, seimbang dan selaras

Terkait dengan visi dari Kota Pekanbaru untuk menjadikan Kota Pekanbaru sebagai pusat kebudayaan melayu, sangatlah pantas jika kota ini diwarnai dengan atribut-atribut kemelayuannya. Ini terlihat jelas pada bangunan-bangunan kantor baik itu pemerintahan maupun swasta, bangunan-bangunan sekolah bahkan beberapa pusat perbelanjaan, memiliki ornamen-ornamen dari spesifik budaya melayu. Yang lainnya, atribut-atribut adat melayu juga sangat kontras terlihat pada hari jum’at, dimana semua instansi pemerintahan dan juga swasta yang bergerak di semua aspek kehidupan dari pendidikan, agama sampai perekonomian dari Taman Kanak-kanak (TK) sampai anggota dewan semua memakai pakaian adat melayu yaitu untuk laki-laki memakai teluk belanga dan untuk perempuan memakai baju kurung. Bahasa sehari-hari penduduk juga sangat bercirikan logat melayu.

Kota yang memiliki pendapatan regional cukup tinggi yangmana untuk pendapatan perkapita penduduk Pekanbaru pada setiap tahunnya saja mengalami kenaikan persentase. Perhitungan atas dasar harga berlaku, tahun 1999 sebesar Rp.3.413.040,10 juta menjadi Rp.5.093.714,30 juta pada tahun 2000 atau naik sebesar 49,24%. Sedangkan atas dasar harga konstan 1993, pada tahun 1999 sebesar Rp.1.873.218,19 menjadi Rp.2.097.377,71 pada tahun 2000 atau naik sebesar 11,97% (sumber:


(44)

kota pelabuhan. Hal ini bisa kita lihat pada lambing dari kota ini terlihat gambar pohon karet dan menara minyak memakai takal yang memiliki makna bahwa sebagai kota dagang dan kota pelabuhan yang banyak mengekspor hasil hutan dan hasil bumi. Jadi wajar saja dengan komitmen dari pihak pemerintah, adanya sumber daya manusia serta sumber daya alam yang melimpah, kota ini mampu menaikkan pendapatannya.

4.1.2. Kondisi Geografis Pekanbaru

Kota Pekanbaru terletak antara 101° 14' - 101° 34' Bujur Timur 0° 25' - 0° 45' Lintang Utara Dari hasil pengukuran/pematokan di lapangan oleh BPN Tk. I Riau maka ditetapkan luas Wilayah Kota Pekanbaru adalah 632,26 km2 . Dengan jumlah kecamatan sebanyak 8 serta jumlah kelurahan/desa sebanyak 50 (lihat tabel I). Kota Pekanbaru berbatasan dengan sebelah Utara dan Timur berbatasan dengan Kabupaten Bengkalis dan sebelah Selatan dan Barat berbatasan dengan Kabupaten ampar. Keadaan kota ini merupakan daerah datar dengan struktur tanah pada umumnya terdiri dari jenis aluvial dengan pasir Pinggiran kota pada umumnya terdiri dari jenis tanah organosol dan humus yang merupakan rawa-rawa bersifat asam, sangat kerosif untuk besi. Kota ini juga oleh Sungai Siak yang mengalir dari barat ke timur, memiliki beberapa anak sungai antara lain; Sungai Umban Sari, Sungai Air Hitam, Sungai Sibam, Sungai Setukul, Sungai Pengambang, Sungai Ukai, Sungai Sago, Sungai Senapelan, Sungai Limau dan Sungai Tampan. Sungai Siak juga merupakan jalur perhubungan lalu lintas perekonomian rakyat pedalaman ke kota serta dari daerah lainnya. Suhu minimumnya antara 19,2° C sampai 22,0° C dan suhu maksimumnya antara 32,6° C sampai 36,5° C. Curah Hujan antara 62,8 sampai 407,8 mm/tahun. Terdapat dua


(45)

musim seperti pada umumnya kota-kota di seluruh Indonesia yaitu musim hujan dan musim kemarau. Kelembaban minimum antara 41% sampai 59%, kelembaban maksimum antara 98% sampai 100%.

4.2. Profil Informan Penelitian

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah: 1. Wahyudin Samsul Ridwan

38 Tahun yang lalu ia lahir di kota yang bersuhu sejuk yaitu Bandung. Yang tentu saja beliau bersuku Sunda. Pria yang sangat ramah ini memiliki 2 (dua) orang istri, istri pertamanya menetap di Jakarta yang bernama Munirah. Permaisurinya yang kedua adalah wanita lembut bernama Nafisah. Dari kedua istrinya tersebut Wahyudin memiliki 6 (enam) orang anak. Wahyudin bergabung dengan Rufaqa pada tahun 1994 ketika berita tentang kesesatan Darul Arqom -yang merupakan nama sebelum menjadi Rufaqa- gencar diberitakan di seluruh media cetak dan elektronik di bumi Indonesia. Ia tidak percaya dan lantas ikut bergabung dan bertahan sampai sekarang. Baginya pemberitaan tentang kesesatan Darul Arqom pada waktu itu bukan malah membuat ia percaya tapi malah membuat ia semakin mengenal Arqom sekaligus menjadikan Arqom semakin terkenal. Sebelum bergabung di Rufaqa, pria tamatan Apprentice School, Bandung -sekarang berubah nama menjadi Universitas Nurtanio- jurusan Aircraft Construction angkatan ke IX, selama 7 (tujuh) tahun lamanya pernah bekerja di Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang sekarang menjadi PT. Dirgantara Indonesia pada Program N250 dan Designer Aerodinamic. Sekarang ia beserta Nafisah istri keduanya dan ketiga anak mereka tinggal di perkampungan jias, Madrasah Hubbullah Yayasan Al Hijrah, jalan Singgalang Raya no.313


(46)

Tenayan Raya Pekanbaru. Wahyudin menjabat sebagai sekretaris pada Yayasan Al Hijrah sekaligus berperan sebagai Kepala Biro Ekonomi untuk seluruh Rufaqa Sumatera.

2. Ummi Kalsum atau Elah Nurelah

Calon ibu ini sedang hamil muda yang merupakan hasil perkawinannya dengan Hasan Basri. Ia adalah seorang istri ketiga dari tiga istri kepunyaan suaminya yang bernama Ir. Amal Indrawan bin Arifin yang dari ketiga istrinya telah lahir 14 orang anak. Ummi Kalsum lahir 25 Oktober 1975 dan berdomisili untuk saat ini di jias Pekanbaru. Sebelumnya ia pernah menempa bangku perkuliahan di IAIN Sunan Gunung Jati jurusan Sejarah Kebudayaan Islam Bandung dan berhasil menyelesaikan perkuliahannya pada tahun 2000. Bergabung dengan Rufaqa, pada zamannya masih bernama Darul Arqom pada akhir tahun 1992 atau awal tahun 1993 atas dasar ketertarikannya yang mendalam kepada figur orang-orang Rufaqa terlebih dalam tampilan fisik mereka seperti pada suatu ketika ia sangat tertarik dengan wanita-wanita Rufaqa yang mengenakan cadar. Ia berkeyakinan berarti ada motivasi yang sangat kuat sehingga wanita-wanita itu mau memakai pakaian seperti itu. Motivasi itu yang ingin diketahuinya dan akhirnya menjadikan ia juga seorang yang aktif di Rufaqa sampai saat ini. Sebelum bertugas di Rufaqa Pekanbaru ia telah ditugaskan di bagian selatan Indonesia yaitu kota Makasar. Walaupun ia berdomisili di Pekanbaru, perannya di Rufaqa adalah sebagai Biro Kebajikan Sosial untuk Rufaqa Indonesia.


(47)

3. Ahmad Fauzan el Zaman bin Mohammad Adnan

Ia menyelesaikan sarjana Strata-1 di jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sriwijaya kota pempek Palembang sebagai angkatan 1986. Pria kelahira Cirebon 12 November 1967 ini sampai saat ini sudah beristri sebanyak 3 (tiga) orang dengan nama Aisyah, Muhsinah dan Sofiah dengan jumlah anak 15 (lima belas) orang. Bermukin tetap di kota Palembang namun juga memiliki hak untuk selalu tinggal di jias, Pekanbaru. Ia bergabung dengan Rufaqa pada akhir tahun 1989 sekaligus awal tahun 1990. Sekarang bertugas sebagai Dewan Syuro Rufaqa Indonesia sekaligus juga memiliki kedudukan di Biro Tugas Khas.

4. Sofiah atau Heni Nurhaeni

Perempuan sunda ini merupakan istri ketiga dari Ahmad Fauzan el Zaman. Ia kelahiran Sumedang 19 November tahun 1969 yang tahun ini berusia 38 tahun. Pernah kuliah di Universitas Padjajaran Bandung Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik jurusan Ilmu Politik. Ia bergabung dengan Rufaqa pada tahun 1991 dan sekarang berperan di Biro Kebajikan Ibu-ibu yang tidak lain ini merupakan bagian dari Biro Tugas Khas pada sistem pembagian tugas di Rufaqa.

5. Siti Rahmah

Ia merupakan istri pertama sekaligus masih istri satu-satunya dari Ahmad Sukri yang seorang muraqib atau pengajar di Madrasah Hubbullah. Berusia 30 tahun. Berdomisili tetap di jias Pekanbaru. Lahir di Kutacane pada 4 Maret 1976 dan memiliki 5 (lima) orang anak. Pernah mengenyam pendidikan agama di Pesantren Badrul ‘Ulum Aceh Tenggara. Ia bergabung di Rufaqa pada tahun 1992. Sekarang ia berperan Di Biro Ekonomi Rufaqa Pekanbaru.


(48)

6. Tengku Abdurrahman Umar

Pria berkulit hitam dan berpostur tinggi besar ini mempunyai 4 (empat) orang istri. Istri pertama bernama Dra. Husna binti Sardan asal kota Padang lulusan Fakultas Ushuluddin IAIN Padang. Yang kedua berasal dari Pematang Siantar bernama Dwi Hartini SE binti R Suharto lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Medan Area Medan. Lalu yang ketika lulusan Fakultas Dakwah IAIN Ar Raniry Banda Aceh bernama Mar’iyyah S.Ag binti Sulaiman yang berasal dari Sigli dan istri keempatnya berasal dari negeri jiran Malaysia lulusan Akademi Mawaddah Malaysia bernama Nurhidayah binti Nik Hishamuddin. Dan dari keempat istrinya ini ia memperoleh 13 (tiga belas) orang anak. Ia lahir di Takengon pada 10 September 1962 dan bersuku gayo. Bermukim tetap di jias, Pekanbaru. Ia pernah kuliah di jurusan Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol Padang. Ia bergabung di Rufaqa pada akhir 1990 di kota Padang dan sebelum bergabung di Rufaqa, ia pernah berkarier di Rois Nahdlatul Ulama Kota Padang. Di Rufaqa pada saat ini ia menjabat sebagai salah seorang Direksi Rufaqa Internasional Kuala Lumpur, GM Rufaqa Indonesia, Direktur Biro Pendidikan Rufaqa Indonesia, Direktur Rufaqa Zona Indonesia bagian Timur yaitu di Makassar dan Direktur Lembaga Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Motivasi Harmoni Indonesia.


(49)

4.3. Berkembangnya Rufaqa Pekanbaru

Perkembangan budaya melayu di kota Pekanbaru tidak terlepas dari perkembangan agama Islam. Karena kita tahu bahwa mayoritas orang melayu adalah beragama Islam. Jadi, tidak heran bila Rufaqa Pekanbaru juga mengalami perkembangan di kota ini. Rufaqa sendiri sangat berkembang pesat di Malaysia, tepatnya di Bandar Country Homes Rawang Selangor Darul Ehsan Malaysia.. Yang mana kita ketahui bahwa negeri ini merupakan negara yang masih serumpun dengan Indonesia yaitu rumpun melayu. Alhasil Rufaqa Pekanbaru dengan mudah bersosialisasi dan masuk dalam kehidupan masyarakat setempat. Rufaqa Pekanbaru merupakan salah satu cabang atau anak kegiatan dari induk kegiatan keseluruhan dari Rufaqa yang seluruh kegiatannya berpusat di Malaysia. Dikatakan berpusat karena di Malaysia mereka sangat maju bahkan memiliki banyak perusahaan yang sangat berpengaruh pada perekonomian Malaysia. Di Indonesia Rufaqa ada di 3 (tiga) kota besar yaitu; Pekanbaru, Jakarta dan Makassar. Masing-masing kota mempunyai fokus kegiatan, seperti untuk Pekanbaru sendiri fokus pada bidang pendidikan, Jakarta sebagai ibukota dari Indonesia yang perekonomiannya sudah sangat maju dibanding kota lainnya difokuskan untuk bidang ekonomi dan terakhir adalah Makassar. Sebagaimana kita ketahui bahwa wilayah Indonesia timur mempunyai potensi wisata alam yang sangat mempesona maka Makasar difokuskan untuk aspek pariwisata. Namun, bukan berarti masing-masing kota hanya melaksanakan fokus-fokus tersebut saja, tapi semua Rufaqa yang terdapat di tiga kota itu melaksanakan semua kegiatan yang sangat berkaiyan dengan aspek-aspek kehidupan manusia. Dari aspek


(50)

pendidikan, agama, kesehatan terutama perekonomian yang khusus untuk aspek ini merupakan aspek yang sangat menjadikan Rufaqa sangat berkembang.

Dua tahun sebelum jama’ah yang dipimpinnya dinyatakan terlarang sekaligus dinyatakan sesat oleh pemerintahan Malaysia pada tahun 1994, Ashaari Muhammad atau biasa dipanggil abuya oleh para pengikutnya, membeli tanah yang masih sangat jauh dari keramaian kota pada tahun 1992. Tanah yang dibelinya itu tepat berada di jalan Singgalang Raya no.313 kelurahan Tangkerang Timur kecamatan Bukit Raya dulunya bernama kecamatan Tenayan Raya.

Berikut penuturan Umi Kalsum mengenai awal mula Ashaari Muhammad datang ke Pekanbaru :

“…kira-kira tahun 1992, abuya datang ke Pekanbaru dan langsung membeli tanah yang luasnya tak begitu luaslah. Sekarang tanah itu berada di jalan Singgalang Raya. Walaupun dari pertama sekali membeli tanah ni, di lokasi ini sangatlah sunyi senyap, tak banyak warga penduduk, lokasi tanah ni sangat jauh dari keramaian orang. Tapi walau begitupun keadaannya abuya tak patah semangat untuk membeli tanah ni yang kemudian tanah ni lah yang akan dijadikan lokasi segala aktivitas Rufaqa, dulu awalnya masih Arqom ya. Abuya yakin bahwa suatu hari lokasi ni akan ramai sangat dihuni orang ramai…”

Walaupun awal dibelinya tanah -yang kemudian menjadi lokasi Rufaqa Pekanbaru- sangatlah jauh dari pusat kota serta lokasi tanah yang tidak berada di pinggir jalan besar yang menyebabkan mungkin saja lokasi ini sangat tidak strategis untuk bisa tumbuh dan berkembangnya suatu kegiatan. Tapi Ashaari yakin bahwa suatu hari nanti, beberapa tahun lagi lokasi ini akan ramai dihuni penduduk. Dan benar saja, saat ini saja 15 tahun setelah ia membeli tanah yang jauh ke pelosok kota Pekanbaru, sekarang lokasi tanah itu telah ramai dipadati penduduk. Bahkan sebelum memasuki lokasi Rufaqa Pekanbaru kira-kira satu kilometer jauhnya ada satu objek wisata kolam pancing yang terkenal di kota


(51)

Pekanbaru yang bernama Objek Wisata Alam Mayang. Jalan Singgalang yang merupakan tempat lokasi Rufaqa Pekanbaru yang tadinya hanya jalan kecil yang tidak berarti, sekarang dijadikan jalan alternatif lintas timur kota Pekanbaru.

Dari sini mimpi Ashaari Muhammad yang tak lain adalah pimpinan tertinggi spiritual Rufaqa yang dahulunya bernama Darul Arqom akan berwujud. Mimpi untuk membangun bandar Rufaqa baru di kota yang mayoritas berbudaya melayu mirip dengan negara tempat awal bermulanya Darul Arqom berdiri kokoh yaitu Malaysia yang juga berbudaya mayoritas melayu. Kesamaan budaya ini yang mungkin saja menyebabkan Rufaqa Pekanbaru tetap eksis dengan segala aktivitasnya mulai dari aktivitas keagamaannya yang tentu sangat kental. Aktivitas perekonomiannya, pendidikan sampai pada kesehatan. Padahal, untuk Pulau Sumatera saja tadinya Rufaqa juga ada di kota Banda Aceh, Medan, Padang dan Palembang. Namun seiring dengan perjalanan waktu serta tingkat perkembangan dari Rufaqa di masing-masing kota di Indonesia, akhirnya hanya ada 3 (tiga) bandar Rufaqa di Indonesia yaitu Pekanbaru, Jakarta dan Makasar.

Penjelasan Umi Kalsum tentang 3 (tiga) bandar Rufaqa yang ada di Indonesia :

”...ada 3 (tiga) bandar yang abuya suruh bangunkan di Indonesia ini, itu adalah di Jakarta itu ekonomi, fokus pada kegiatan ekonomi walaupun pendidikan juga ada, tapi ada fokus atau prioritas sendiri. Untuk Pekanbaru ini pendidikan dan selatan di Makasar -sebelumnya saya tugas di Makasar- itu pariwisata. Jadi, masing-masing ada prioritas. Semuanya kita subsidi maksudnya sendiri. Semua dengan pengorbanan ahli kemudian juga dengan harapkan bantuan Tuhan...”

Lazimnya cabang-cabang dari Rufaqa yang berada di seluruh kota di Indonesia ataupun negara lain disebut dengan bandar, namun uniknya untuk Rufaqa Pekanbaru mereka tidak menamainya dengan sebutan bandar tapi kampung. Kalau dulu disebut kampung Arqom. Bahkan tak sedikit masyarakat


(52)

kota Pekanbaru yang tinggal di sekitar lokasi Rufaqa Pekanbaru masih menamai daerah itu dengan nama kampung Arqom dan tak banyak yang tahu tentang nama Rufaqa. Walaupun sekarang nama kampung Arqom ingin ditinggalkan oleh orang-orang Rufaqa Pekanbaru. Ini dimaksudkan agar masyarakat Pekanbaru melupakan nama Arqom atau Darul Arqom yang biasanya dikalangan masyarakat luas penamaan Arqom dekat dengan kesesatan, streotip ini bisa saja menghambat lajunya seluruh aktivitas Rufaqa Pekanbaru. Alhasil ada nama lain yang di pakai oleh orang-orang Rufaqa Pekanbaru, yaitu jias atau kampung jias. Jias merupakan singkatan dari Jamiah Islamiah As Suhaemiyah. Dari begitu banyaknya bandar-bandar yang dimiliki Rufaqa di setiap kota hanya ada 2 (dua) yang tidak dinamai bandar melainkan dinamai kampung yaitu; di Terbilang, Kedah Malaysia dan di Pekanbaru ini.

Dari tahun awal berdirinya 1992 sampai sekarang selama 15 (lima belas) tahun lamanya Rufaqa Pekanbaru sangat mengalami kemajuan. Terbukti dengan banyaknya omset atau kekayaan yang dimilikinya. Agar mempunyai badan hukum yang kuat seperti layaknya Rufaqa di Malaysia yang sangat maju pesat yang telah memiliki nama hukum yaitu Rufaqa Corporation Sdn.Bhd –Sdn.Bhd, di Indonesia sama dengan PT (Perseroan Terbatas) singkatan dari Sedini Berhad-, di Pekanbaru, Rufaqa berada di bawah naungan Yayasan Al Hijrah.

Berikut penjelasan Wahyudin Samsul Ridwan tentang pemakaian nama berbadan hukum kuat untuk Rufaqa :

”...dulu ketika masih Arqom, sudah begitu banyak dan hebatnya aset kekayaan yang dimiliki Arqom di seluruh dunia dari pabrik tekstil, pabrik saus, percetakan sampai sarana-sarana transportasi sendiri yang Arqom punya, semua itu habis begitu saja dirusak, disita oleh pemerintahan Malaysia. Negara Malaysia menyatakan Arqom terlarang karena dituduh berfaham sesat,lantas karena pada waktu itu Arqom tidak memiliki badan hukum yang kuat seperti sekarang,


(53)

petugas-petugas pemerintahan dengan sangat gampang mengambil, bahkan merusak semua aset kekayaan Arqom. Kita semua khususnya abuya hanya ikhlas menyaksikan semua itu. Tapi abuya tak ingin hal itu berulang lagi, bahkan dalam jangka waktu 10 tahun, kekayaan-kekayaan yang dulu dimiliki Arqom telah kembali bersamaan dengan berkembangnya Rufaqa di seluruh bandar-bandarnya. Dan perkembangan ini lebih pesat dari perkembangan Arqom yang dulu. Semua abuya bangun dari zero, dan semua tentu karena bantuan Tuhan. Abuya tak ingin segala usaha yang telah berkembang ini dapat dengan mudah di hancurkan lagi, makanya abuya suruh sekarang kita memakai nama yang berbadan hukum kuat...”

Dikarenakan Rufaqa Pekanbaru konsentrasi aktivitasnya pada bidang pendidikan, alhasil Rufaqa Pekanbaru mendirikan sebuah sekolah atau madrasah yang bernama Madrasah Hubbullah. Madrasah ini berdiri tahun 1997 dan sampai sekarang sudah memiliki berbagai program seperti;

1. Nurseri Bayi.

2. Nurseri Balita. 3. Play Group.

4. TK (PGTK) Kls A-B (terdaftar). 5. Ibtidaiyah (terdaftar).

6. Tsanawiyah (proses di daftarkan). 7. Remaja Harapan & Akademi Mawaddah.

8. Beberapa unit usaha dan koperasi milik sekolah.

Sedikit tentang Madrasah Hubbullah yang berada di bawah Yayasan Al Hijrah yang tidak lain merupakan anak aktivitas dari Rufaqa Pekanbaru. Dalam pengelolaan pendidikan Yayasan Al Hijrah membentuk Biro Pendidikan dengan struktur Ketua Biro dibantu oleh seorang wakil, dan sekretaris. Untuk operasional dibentuk 3 (tiga) kepala Bidang yaitu; Tadris membidangi Kesiswaan, pembelajaran dan Humas. Riqobah membidangi pembinaan pelajar diluar kelas formal untuk menjadikan Islam sebagai cara hidup. Tasjil membidangi keuangan,


(54)

dan manajemen. Metode yang digunakan juga mengacu pada sistem pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yaitu menggali kompetensi siswa dengan multi metode diantaranya; pemaparan teori, merespon, tanya jawab, dialog, permainan, praktek lapangan. Untuk praktek lapangan, sekolah menyediakan sarana yang menunjang sesuai kompetensi pelajar. Fasilitas sekolah yang sudah ada antara lain;

a. Lokal belajar ( 6 lokal ) b. Ruang asrama putra putri c. Kantor sekolah

d. Dapur umum

e. Mushalla / ruang pertemuan pelajar f. Komputer (kursus dan rental)

g. Work shop (bengkel las, service AC dan mobil) h. Work shop (sablon dan percetakan)

i. Studio mini (latihan dan rekaman)

j. Work shop (jahitan dan keterampilan aksesoris) k. Fresh mart (sayur, buah, daging & ikan)

l. Kantin / kafe pelajar & umum m. Grosir barang-barang dagangan n. Mini market (sembilan bahan pokok) o. Gallery anak sholeh

p. Klinik pengobatan pelajar dan umum

Sejalan dengan apa yang dikatakan Umi Kalsum dalam petikan wawancaranya sebagai berikut :


(55)

”... kita punya fasilitas-fasilitas yang sangat baik yang sangat berguna bagi kegiatan ekonomi Rufaqa Rekanbaru disini. Seperti anda lihat sendiri disini rental komputer sekalianlah kursusnya untuk para murid yang terletak di pinggir jalan Singgalang. Lalu seperti anda lihat ada juga tempat tempahan jahitan busana wanita dan pria, yang juga sekalian ada juga kursusnya untuk para murid. Lalu ada lagi fresh mart yang menjual sayur-sayuran, daging, ikan dan buah-buahan, dimana yang menjual adalah para murid dari madrasah ini, gunanya agar mereka mampu berdikari suatu harinya bila mereka tak di didik di madrasah ini lagi suatu hari kelak. Dan juga sebagian dari apa-apa yang dijual di fresh mart itu adalah hasil dari kebun sayuran atau tambak ikan yang ada di jias ini atau di kompleks madrasah ini. Semua yang saya sebut tadi adalah aktivitas ekonomi yang terjadi di jias atau Rufaqa Pekanbaru tapi semuanya dikelola oleh para murid dari Madrasah Hubbullah. Mulai dari bebepara barang hasil produksi sendiri, pendistribusiannya, pengelolaan keuangannya namun juga orang-orang Rufaqa yang tinggal di kompleks Madrasah Hubbullah ...”

Yayasan Al Hijrah juga memiliki potensi sumber daya lingkungan yang bisa dikembangkan antara lain; perikanan (kolam ikan), peternakan (ayam potong dan kambing), perkebunan (pisang, pepaya, dll) serta landscap dan berbagai tanaman hias. Banyak sekali prestasi-prestasi yang sudah ditelurkan oleh anak-anak didik dari Madrasah Hubbullah. Terpilih mewakili anak-anak-anak-anak Indonesia sebagai rombongan misi kebudayaan Islam di Pyramid City Square, Dubai tahun 2003 adalah Grup Shoutud Dhomir, salah satu grup nasyid hasil didikan madrasah ini. Lalu terpilih sebagai pembaca puisi dan do’a di depan Presiden Megawati dalam rangka Hari Anak sedunia, di JCC Hilton, Jakarta pada tahun 2002 seorang remaja bernama Sayid Umam, Kelas III Tsanawi. Yang lainnya pementasan nasyid di Singapur tahun 2000 oleh Grup Anak Soleh Madrasah Hubbullah. Ada akibat, pasti ada sebab. Sebab dari madrasah ini mampu mencetak anak-anak didik yang berprestasi seperti itu karena Madrasah Hubbullah di bawah asuhan Yayasan Al Hijrah memiliki para Dewan Penasehat yang hebat pula. Ada diantaranya yang namanya bahkan sosoknya sudah sangat familiar atau terkenal di kalangan masyarakat Indonesia. Mereka adalah DR. I ng. Abdurra hma n R.


(1)

D. Sistem Sosial dan Ekonomi Rufaqa Internasional

1. Apakah Rufaqa Internasional berperan dalam kehidupan masyarakat sekitar ?

2. Jika ada, peran tersebut mencakup aspek apa saja ?

3. Bagaimana wujud kepedulian Rufaqa Internasional terhadap kehidupan masyarakat sekitar ?

4. Mampukah aktivitas ekonomi yang dijalankan Rufaqa Internasional memberikan pengaruh yang positif terhadap kehidupan masyarakat sekitar ?

5. Jika iya, menurut anda bagaimana respons masyarakat terhadap kehadiran Rufaqa Internasional ditengah mereka ?


(2)

6. Bagaimana Rufaqa Internasional merubah image kapitalisme yang merupakan sistem yang sangat berpengaruh pada perekonomian dunia ?

7. Untuk sektor produksi, apa yang menjadi fokus produksi ekonomi Rufaqa Internasional ?

8. Bagaimana hasil produksi itu dikonsumsi atau digunakan ?

9. Strategi apa yang dilakukan Rufaqa Internasional dalam pemasaran/distribusi dari produk-produk perekonomian tersebut ?

10. Bagaimana Rufaqa Internasional mengeliminir ekonomi riba dalam sistem perekonomiannya ?


(3)

E. Eksklusifitas Rufaqa Internasional Terhadap Kondisi Sosiologis Masyarakat

1. Siapa saja yang dapat terlibat dalam aktivitas perekonomian Rufaqa Internasional ?

2. Apakah Rufaqa Internasional mempunyai struktur kepengurusan ?

3. Apakah kepengurusan itu bersifat formal atau hanya informal ?

4. Apa tujuan dari pembentukan kepengurusan itu ?

5. Apakah kepengurusan itu juga berperan untuk pengembangan perekonomian Rufaqa Internasional ?


(4)

6. Apakah kepengurusan itu tidak menjadikan Rufaqa Internasional menjadi tertutup bagi masyarakat luas ?

7. Rufaqa Internasional menjalankan faham keislaman yang sangat kental ditengah-tengah masyarakat yang sekuler, apakah hal ini tidak menjadi penghambat dalam pelaksanaan aktivitas ekonomi Rufaqa Internasional ?

8. Sejauh mana masyarakat menerima Rufaqa Internasional dengan atribut keislamannya ?

9. Pada awalnya Rufaqa Internasional mempunyai nama besar dengan atribut keislaman yang sangat mencolok dibawah bendera Darul Arqom. Banyak pemahaman Islam yang dijalankan komunitas Darul Arqom yang dianggap eksklusif oleh masyarakat termasuk penampilan wanitanya yang memakai cadar serta para lelakinya yang bersorban. Sekarang Rufaqa Internasional tidak seperti Darul Arqom yang dahulu. Apakah penampilan yang dianggap masyarakat eksklusif tersebut menghambat jalannya perekonomian Rufaqa Internasional ?


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an dan Terjemahannya. Depag RI

Arifin, Imron, dkk. Darul Arqam : Gerakan Mesianik Melayu. Kalimasahada Press. Malang: 1996

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta: 1997

Azizy, A Qodri. Membangun Fondasi Ekonomi Umat.Pustaka Pelajar. Jogjakarta: 2004

Bellah, Robert N. Religi Tokugawa Akar-Akar Budaya Jepang. Gramedia. Jakarta: 1992

Chapra, M Umer. Islam dan Tantangan Ekonomi; Islamisasi Ekonomi Komtemporer. Risalah Gusti. Surabaya: 1999

Majalah GATRA. Laporan Utama. Edisi 28. Jum’at 21 Mei 2004 Majalah GATRA. Laporan Utama. Edisi 14. Sabtu 17 Februari 1996

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung: 2002

Multitama Communications. Kisah Sukses Pebisnis Muslim Indonesia. Pustaka Al Kautsar. Jakarta: 2004

Nawawi, Hadari. Metode Penelitian Sosial. UGM Press. Jogjakarta: 1994 Qodir, Zuly. Agama dan Etos Dagang. Pondok Edukasi. Solo: 2002 Reading, Hugo F. Kamus Ilmu-ilmu Sosial. Rajawali. Jakarta:1986


(6)

Suharya, Toto. Harian Pikiran Rakyat Bandung. Sabtu, 21 Mei 2005 dalam

Suwarsono. Perubahan Sosial dan Pembangunan di Indonesia. LP3ES. Jakarta: 1994

Taharem, Abu Dzarin, dkk. Ekonomi Islam Menurut Kehendak Tuhan. Minda Ikhwan. Selangor, Malaysia: 2006

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta:2005

Turner, Bryan S. Sosiologi Islam Suatu Telaah Analisis Atas Tesa Sosiologi Weber. Rajawali Pers. Jakarta: 1992

Weber, Max. The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism. Charles Scribner’s Sons. New York: 1956