Sistem Ekonomi Sistem Ekonomi dan Sosial dalam Tubuh Rufaqa 1 Sistem Sosial

seperti jalan raya yang baik, kendaraan yang canggih dan alat-alat senjata yang canggih untuk mempertahankan agama, bangsa dan tanah air dari serangan musuh. Dalam sebuah masyarakat yang madani atau hadhari, hidup indah, dan menyenangkan karena di dalamnya terbina dua tuntutan manusia yaitu tuntutan rohaniah dan tuntutan lahiriah. Di sudut rohaniah berlaku ukhuwah dan kasih sayang, timbang rasa, rasa bersama, bekerjasama, bersatu padu, maaf memaafkan, doa-mendoakan, bertolong bantu, pemurah, berdisiplin dan bersih daripada dosa dan noda. Di sudut lahiriahnya pula, di antaranya hidup aman dan makmur, maju, membangun, terdapat kemudahan dalam serba-serbi kehidupan termasuk makan minum yang cukup, pakaian serba ada, tempat tinggal yang pantas dan perhubungan yang mudah. Wujud perniagaan dan industri, pertanian dan pendidikan. Semua orang ada kerja, tidak ada yang menganggur dan ahli masyarakat mudah mencari rezeki. Kebanyakan dari keperluan-keperluan lahiriah ini dicapai dan diperolehi melalui kegiatan ekonomi Abu Dzar Taharem,2006:6. Inilah impian dari masyarakat yang diidam-idamkan oleh Rufaqa yaitu masyarakat hadhari.

4.5.2 Sistem Ekonomi

Seluruh dunia sibuk dengan ekonomi. Ekonomi dianggap nadi kehidupan. Setiap bangsa dan setiap negara berusaha secara bersungguh-sungguh untuk menguatkan dan mengokohkan ekonomi mereka masing-masing. Bila ekonomi kokoh, negara maju, hidup senang, negara akan menjadi kuat dalam semua bidang termasuk bidang industri dan bidang teknologi. Negara yang kokoh ekonominya bisa menguasai negara-negara lain. Tidak heran, bila ekonomi menjadi kegiatan Universitas Sumatera Utara utama dan usaha terpenting bagi semua negara dan bangsa di muka bumi ini. Ekonomi adalah segala yang berkenaan dengan pengeluaran dan pengedaran barang dan jasa yang diperlukan oleh masyarakat. Setiap masyarakat mempunyai keperluan terhadap barang seperti untuk makan, pakaian, tempat tinggal, perabot dan lain-lain. Mereka juga memerlukan jasa dari tukang gunting rambut, tukang jahit, tukang buat rumah, doktor, guru dan sebagainya. Berekonomi itu secara langsung atau tidak langsung adalah menyiapkan keperluan dan kepentingan negara dan rakyat terhadap semua perkara yang disebutkan di atas. Walaupun masyarakat juga memerlukan agama, pimpinan, pendidikan, kasih sayang, dan sebagainya, tetapi ini semua lebih bersifat spiritual. Ekonomi khususnya hanya berkait dengan keperluan barang dan jasa yang bersifat material saja. Ekonomi adalah perkara yang memenuhi keperluan lahiriah manusia. Manusia maupun negara yang mayoritas berpenduduk Islam juga tidak mau ketinggalan. Mereka juga sibuk menguatkan dan memperkokoh ekonomi. Sayangnya, banyak dari mereka berekonomi sama seperti bangsa dan negara lain yang bukan Islam. Ekonomi yang mereka usahakan ialah ekonomi yang mengikut sistem kapitalis yang diciptakan dan dikembangkan oleh negara-negara Barat. Sebenarnya mereka sadar dan tahu bahwa ekonomi itu penting dan ia adalah sebagian dari kehidupan. Mereka juga tahu bahwa Islam menggalakkan ekonomi dan menginginkan umat Islam kuat dalam bidang ekonomi. Tetapi ada hal yang mereka tidak tahu yaitu Islam ada cara tersendiri dalam berekonomi yang jauh berbeda dari sistem ekonomi kapitalis. Dalam ekonomi Islam sekaligus dalam ekonomi Rufaqa, Tuhan tidak boleh dikesampingkan. Akibat dari sistem ekonomi kapitalis sangat buruk, tidak Universitas Sumatera Utara adil, menekan dan menindas. Sistem ini hanya mementingkan keuntungan material semata. Tidak ada pembelaan dan tidak ada kasih sayang. Dalam sistem ekonomi kapitalis, tidak ada Tuhan. Hukum-hakam Tuhan dikesampingkan. Usaha dan kegiatan ekonomi itu sendiri keluar dari konsep ibadah. Manusia memang dibuat maju dalam ekonomi namun kemanusiaan manusia juga dibuat rusak. Karena telah hilangnya perpaduan dan kasih sayang. Tidak terwujudnya keseimbangan dan keadilan dalam masyarakat. Yang kaya bertambah kaya, yang miskin bertambah miskin. Manusia seperti saling berperang untuk memperoleh keuntungan. Timbul berbagai krisis yang membahayakan kehidupan manusia. Namun, disisi lain ada juga pihak dan kelompok tertentu yang sudah mulai membangunkan ekonomi menurut konsep Islam. Di Rufaqa, semua bersandar kepada Tuhan karena Tuhan mempunyai peranan dalam ekonomi manusia. Karena Tuhan sangat mengetahui tentang hal ekonomi manusia. Coba bayangkan bila Tuhan tidak dijadikan sandaran dalam sistem berekonomi. Maka Tuhan akan berlepas diri dan membiarkan umat Islam dalam berbagai krisis dan masalah yang merupakan hasil dari usaha manusia di bidang ekonomi yang tidak diridhai dan tidak mengikuti kehendak Tuhan. Umat Islam tersiksa dan menderita. Mereka menjadi bertambah hina. Mereka ditekan dan ditindas oleh orang-orang dan negara-negara yang bukan Islam. Negara-negara barat sangat mahir dalam ekonomi kapitalis. Mereka sudah lama berkecimpung di dalam sistem tersebut. Malah merekalah yang menciptakan sistem itu. Mereka menguasai ekonomi dunia. Umat Islam tidak akan berdaya untuk menandingi mereka. Bahkan kalau umat Islam terus-menerus mengamalkan sistem kapitalis, umat Islam akan senantiasa berada di bawah jajahan Barat. Umat dan negara Islam mesti Universitas Sumatera Utara berekonomi secara Islam menurut kehendak Tuhan yang berasaskan taqwa. Inilah satu-satunya cara yang dikhususkan oleh Tuhan untuk mengalahkan dan mengatasi ekonomi kaum barat. Tambahan lagi, Tuhan akan memberkahi dan merahmati dan akan memberi pertolongan bila kita berekonomi dengan memakai sistemnya. Sistem ekonomi Islam menurut kehendak Tuhan selamat dan menyelamatkan. Ia membawa kasih sayang dan perpaduan. Ia adil dan sangat membela dan membantu fakir miskin dan orang-orang yang memerlukan. Ia membawa kesejahteraan dunia dan Akhirat.

4.5.2.1 Sistem Ekonomi Islam menurut Kehendak Tuhan

Nyata bahwa ekonomi adalah satu keperluan hidup bagi manusia. Justru itu, ia mesti dikendalikan dengan cara yang patut, adil, seksama, dan penuh kasih sayang. Sama juga dalam keperluan-keperluan hidup manusia yang lain, Tuhan tidak boleh dikesampingkan dalam berekonomi. Kalau ini terjadi, maka akibatnya ekonomi tersebut akan memakan diri manusia itu sendiri karena itu akan merusak. Di zaman ini, kegiatan dan interaksi melalui ekonomi telah diselewengkan oleh pemahaman manusia terutama oleh pemahaman komunis dan kapitalis. Ia telah dirusak dengan adanya riba, monopoli, mencari untung yang berlebihan dan menjadikan untung itu sebagai satu-satunya tujuan dalam berekonomi. Akibatnya justeru timbul penekanan, penindasan dan ketidakadilan. Lahirlah krisis, dan kesusahan.. Dalam Islam, berekonomi bukan semata-mata untuk mencari untung. Kalau untunglah hanya tujuannya pasti akan ada perebutan. Krisis dan perselisihan pasti tidak dapat dihindarkan. Ekonomi Islam adalah berteraskan kasih sayang. Seperti juga ibadah-ibadah yang lain, tujuan yang abstraknya adalah untuk mendapatkan keridhaan Tuhan, bukan untuk mendapatkan keuntungan Universitas Sumatera Utara material semata. Kalau keuntungan materiallah yang menjadi tujuan dalam berekonomi, maka ekonomi tersebut tidak layak dikatakan sebagai ibadah. Ia keluar dari syarat-syarat dan konsep ibadah. Ia tidak akan sampai kepada keridhaan Tuhan. Tuhan juga tidak akan menerima usaha ekonomi itu sebagai satu ibadah atau pengabdian diri kepada-Nya. Karena ibadah itu adalah apa-apa kebaikan yang kita buat dengan diniatkan karena Allah. Allah adalah tujuan ibadah. Kalau kita berekonomi karena menghendaki untung saja, maka Tuhan akan berlepas diri daripada usaha kita itu karena kita berbuat bukan karena Dia. Apabila Tuhan berlepas diri maka akan timbul bermacam-macam kerusakan yang buruk dan negatif. Tidak akan terwujud kasih sayang sesama manusia. Kalau perekonomian itu mendapat untung atau maju, akan ada orang yang dengki dan iri hati pada kita, atau akan terjadi rebut-rebutan keuntungan dan akhirnya kita merasa sombong. Kalau kita rugi pula, mungkin akan terjadi perselisihan sesama pelaku ekonomi, ataupun kita akan kecewa dan berputus asa dan akhirnya usaha kita itu tidak ada nilainya di Akhirat. Yang akhirnya tadi timbul tekan-menekan, tindas-menindas dan ketidakadilan karena manusia mau cepat untung dan cepat kaya. Hidup manusia menjadi susah, akibat berekonomi yang dibuat tidak karena Tuhan. Sebenarnya, kalau kita berekonomi karena hendak mendapatkan Tuhan lantas sukses yang kita usahakan tersebut maka akan bertambah jugalah iman dan taqwa kita. Seterusnya lagi akan bertambahlah ukhuwah dan kasih sayang antara kita dan kita akan lebih dekat kepada Tuhan. Kehidupan jadi mudah dan makmur. Islam menganjurkan berekonomi bukan untuk mendapat untung semata tetapi untuk mendapatkan taqwa. Inilah ekonomi Islam menurut kehendak Tuhan yang sangat dijunjung tinggi oleh Rufaqa dalam menjalankan usaha-usaha ekonominya. Universitas Sumatera Utara Untung itu perkara mendatang, dalam Rufaqa rugi dalam berekonomi pun tidak apa asalkan dapat taqwa.

a. Perbedaan Antara Sistem Ekonomi Menurut Kehendak Tuhan Dengan Sistem-sistem Ekonomi Yang Lain