Eksklusivitas Rufaqa PENYAJIAN DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

a. Berniaga di satu tempat yang strategis dan bisa menguntungkan untuk membiayai perekonomian di tempat lain yang perlu tetapi kurang menguntungkan. b. Untuk bersaing dengan pelaku-pelaku ekonomi di tempat-tempat tertentu yang mengamalkan monopoli dan oleh sebab itu mereka meletakkan harga yang mahal dan menindas masyarakat. c. Untuk menyaingi para pelaku-pelaku ekonomi yang lain yang menganiaya masyarakat dengan membeli hasil produksi atau barang keluaran mereka dengan harga yang murah kemudian diproses dan dijual di pasaran dengan harga yang mahal. Tujuan ekonomi strategi ini tidak ada batasnya. Ia mengikuti keperluan.

4.6. Eksklusivitas Rufaqa

Darul Arqom atau Rufaqa yang dahulu yang berpusat di Malaysia pada pertengahan 1990-an sempat ‘menggegerkan’ beberapa negara Asia, karena penampilannya yang kontroversial dan terkesan sebagai gerakan yang mengakomodasi antara kemajuan teknologi modernisasi yang dibungkus dengan misi kembali kepada ajaran dan kehidupan di masa nabi, sebuah gerakan religio- modernism Arifin.dkk,1996:23. Pada mulanya orang berasumsi bahwa Darul Arqom termasuk gerakan neo-tradisionalis moderat dan lebih berorientasi ekonomi daripada sebagai gerakan politik. Peristiwa pelarangan kelompok Al Arqom atau Darul Arqom yang mencuat pada pertengahan 1994 adalah suatu peristiwa dalam sejarah umat Islam Indonesia yang sangat kontroversial. Sebab peristiwa pelarangan itu terjadi justru pada saat tidak semua organisasi Islam - Universitas Sumatera Utara terutama Nahdlatul Ulama NU- menilai ajaran Darul Arqom menyimpang dari aqidah Islam sebagaimana termaktub dalam Surat Keputusan PBNU tertanggal 12 Agustus 1994 terlampir. Darul Arqom sebagai suatu gerakan atau jama’ah merupakan sebuah komunitas jama’ah muslim di Malaysia yang bercita-cita membentuk sebuah masyarakat Islam atas dasar syariat dan tradisi Islam. Darul Arqom didirikan oleh Ashaari Muhammad dalam rangka mewujudkan lahirnya sebuah dunia baru yang Islami dalam arti yang sebenarnya. Darul Arqom dalam persepsi Ashaari Muhammad akan dijadikan sebuah gerakan ‘percontohan’ bagi umat Islam sedunia tentang bagaimana komunitas muslim seharusnya dibentuk dengan meneladani Nabi Muhammad dengan penyesuaian konteks peradaban umat manusia di abad moderen ini. Namun sayang, cita-cita mulia ini segera terbendung oleh adanya pelarangan untuk bergerak maju oleh pemerintah Malaysia dan Arqom pun tutup buku. Tapi, tutup bukunya Arqom tidak menjadikan halaman-halaman dari perjuangan-perjuangan dan konsep-konsepnya pun berganti. Beberapa tahun kemudian dengan semangat yang masih ada dari oarng- orang Arqom yang masih setia, Arqom pun muncul kembali dengan nama Rufaqa yang berarti kawan setia. Berganti judul namun isi dari halaman-halamannya tataplah sama. Rufaqa masih sama dengan Arqom yang dulu. Masih gerakan yang dianggap eksklusiv terutama karena menjunjung nilai-nilai keislaman yang kuat dalam konsep gerakannya ditengah kehidupan masyarakat yang modernis sekularis pada zaman ini. Konsep-konsep tentang keislamannya ini yang menjadikan Rufaqa terlihat eksklusiv. Universitas Sumatera Utara Berikut penuturan Siti Rahmah ketika ditanya tentang eksklusivnya Rufaqa karena mampu membuka counter penjualan buku-buku Ashaari Muhammad, kaset-kaset nasyid, aneka pakaian muslim dan lain-lain di dalam Citra Plaza Pekanbaru : ”... kita ini bukan eksklusiv dek. Hanya saja kan karena Rufaqa ini terlihat lain saja dari yang lainnya di tengah-tengah masyarakat. Kita berjualan dagangan yang Islami, semua barang-barang keislaman kita jual ditengah orang-orang yang serba berjualan untuk urusan dunianya saja. Kita berjualan dengan konsep Islam didalam plaza yang berkonsep barat. Kita putar kaset nasyid dan murottal ketika plaza juga memutar kaset hingar bingar. Jadi mungkin itu hal-hal yang menjadikan masyarakat bilang Rufaqa eksklusiv. Tapi, sebenarnya kita ingin agar orang-orang yang menyebut Rufaqa itu eksklusiv juga mencontoh cara Rufaqa untuk lantas dijalankan …” Rufaqa telah menjadi fenomena sosial yang khas dari etnis Melayu -karena ia besar di negeri jiran Malaysia- dalam menghadapi tantangan zaman sebab jama’ah tersebut tidak saja mengajukan alternatif konsep-konsep sosial, politik, ekonomi, pendidikan, dan budaya Islam secara ideal melainkan telah mengaktualisasikan secara konkrit ke dalam realita zamannya. Eksklusiv Dalam Konsep Masyarakat Islam Bertolak dari nasib umat Islam Malaysia yang seperti tidak berdaya menghadapi pengaruh sekularisasi dan materialisme, wajar sekali jika tokoh pendiri Rufaqa, Ashaari Muhammad, terobsesi untuk mewujudkan masyarakat Islam dalam arti sebenarnya. Ashaari prihatin tentang, sekalipun umat Islam sudah banyak yang kaya dan berpendidikan tinggi tetapi cara hidupnya sama sekali jauh dari nilai-nilai Islam. Hubungan suami, istri, anak-anak dalam keluarga maupun hubungan antar individu belum sepenuhnya menunjukkan citra masyarakat Islam. Universitas Sumatera Utara Ia berkesimpulan bahwa salah satu faktor penyebab belum terwujudnya masyarakat Islam, adalah kekeliruan cara umat Islam meniru pola hidup masyarakat Barat. Ia menilai adanya kecenderungan diantara umat Islam yang seolah-olah sudah ditradisikan, yakni jika ada seorang muslim yang meniru pola kehidupan masyarakat Barat maka muslim tersebut dinilai moderen dengan cara meniru kepribadian dan tata nilai bangsa tersebut baik dalam cara berpakaian, cara makan, pergaulan dan segala budayanya. Malahan, pada perkembangan selanjutnya, terdapat asumsi yang keliru dimana jika ada orang yang masih menjalankan syariat dan tradisi Islam secara konsekuen maka orang tersebut akan dinilai ekstrim, ortodhok dan menyeleweng dari kehidupan yang wajar Arifin.dkk,1996:8. Wajar saja bila kemudian Ashaari Muhammad mengajukan suatu gagasan tentang masyarakat Islam yang harus ditegakkan diatas landasan syariat Islam dan tradisi Islam yang ditunjang oleh iman. Untuk itu ia mendefenisikan masyarakat Islam sebagai kumpulan atau golongan manusia yang hidup di suatu kawasan yang diikat oleh satu peraturan dan tradisi Islam yang ditunjang dengan iman, syariat dan tradisi Islam yang menjadi pengikat sebuah masyarakat Islam. Oleh karena syariat dan tradisi Islam adalah khas, dalam arti tidak mungkin dilaksanakan oleh komunitas non-Islam, maka masyarakat Islam mempunyai sifat dan ciri yang berbeda dengan masyarakat lain Arifin.dkk,1996:8-9. Dengan defenisi tentang masyarakat Islam diatas wajar bila ada batasan normatif bahwa masyarakat Islam harus setia kepada jati diri dengan menghindari untuk mencontoh segala sesuatu yang berasal dari masyarakat non-Islam baik dalam tata cara berpakaian, bergaul, berbicara, pendidikan, ekonomi dan Universitas Sumatera Utara sebagainya. Sebaliknya, masyarakat Islam harus diperkenalkan kepada syariat dan tradisi Islam melalui keimanan kepada Allah dan RasulNya dengan cara dibina dan dibiasakan hidup secara Islami. Eksklusiv Dalam Konsep Kepemimpinan Untuk mewujudkan sebuah masyarakat Islam dalam arti yang sebenarnya, tentulah harus ada pemimpin yang benar-benar Islami. Pemimpin itu tentu adalah pemimpin yang mampu membawa manusia untuk menjalankan perintah Allah dan RasulNya. Tentu juga ada sifat-sifat yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin Islam yang akan mewujudkan kominitas muslim. Yaitu, ia harus memiliki sifat mengenal seruan, mengenal diri, selalu melakukan pengawasan yang rapi, menjadi teladan yang baik, berwawasan luas, berkemauan keras, selalu optimis dan kharismatik. Dan semua sifat-sifat dari pemimpin Islam itu bagi Rufaqa ada pada diri seorang Ashaari Muhammad. Hal ini diperkuat oleh penuturan Tengku Abdurrahman Umar dalam suatu wawancara : ”... kita sangat butuh pemimpin untuk bisa membangunkan masyarakat Islam yang kaffah. Beliaulah abuya, Ustadz Ashaari Muhammad. Padanya ada ciri-ciri pemimpin sekaligug sebagai figur seorang bapak …” Eksklusiv Dalam Konsep Pendidikan Untuk mewujudkan sebuah masyarakat Islam, faktor yang juga penting adalah aspek pendidikan. Sebab didalam proses pendidikan itulah calon-calon pemimpin dan calon masyarakat dibina kepribadiannya. Oleh sebab itu, dalam rangka mewujudkan masyarakat Islam menjadi suatu realita yang terlabih dulu harus dikembangkan adalah sistem pendidikan Islamnya. Universitas Sumatera Utara Dan sistem pendidikan yang ada di Rufaqa adalah pendidikan yang mempunyai aspek dua sisi. Pertama, sebuah pendidikan yang bersistem mendidik dan melatih siswa-siswa agar tidak tergantung kepada manusia lain, dengan kata lain, pendidikan mereka mampu melahirkan lulusan yang mandiri dan kalau perlu dapat menciptakan pekerjaan bagi dirinya sendiri self-employment. Kedua, orientasi pendidikan disini diarahkan untuk selalu mengambil doktrin-doktrin yang memandang bahwa Islam mendidik manusia agar hidup untuk Allah. Seluruh aspek kehidupannya dilakukan semata-mata karena Allah, yaitu sebagai ibadah. Maksudnya, siswa-siswa dididik untuk bersikap teguh bahwa hidup adalah untuk ibadah kepada Allah. Dengan demikian, siapa yang melakukan pekerjaan tidak sesuai dengan peraturan Allah, maka ia sama dengan tidak beribadah kepada Allah. Dengan paradigma tersebut diatas, pendidikan di Rufaqa pada gilirannya memasukkan mata pelajaran atau kurikulum tambahan yaitu ‘latihan kerja’ sebagai mata pelajaran ekstra kulikuler. Pelaksanaannya biasanya melatih para pelajar menjadi penjual surat kabar, pedagang, petani, tukang, juru masak, penjahit, juru dakwah dan sebagainya dengan tujuan utama agar mereka terlatih berdikari, bermasyarakat, bekerja, memasak, melayani tamu, mengatur rumah, berdakwah, mengajar, rajin sholat, dan bertanggung jawab. Berikut penuturan Fauzan el Zaman mengenai pendidikan para murid di Madrasah Hubbullah Pekanbaru : ”... di Madrasah Hubbullah ini kita mendidik lebih kurang ada 380 orang anak yang datang dari banyak kota yang berlainan. Dan mereka semua dibebaskan dari segala biaya artinya biaya belajar mereka gratis. Pendidikan yang kami ajarkan disini tentulah pendidikan yang terfokus pada pendidikan Islam, namun bukan berarti mereka tidak belajar ilmu pengetahuan yang lainnya. Ilmu yang lain juga ada. Tujuan dari pendidikan disini tentunya kami harapkan nantinya selepas Universitas Sumatera Utara lulus dari sini mereka bisa berdikari. Tidak menganggur seperti banyak saudaranya diluar sana. Para murid disini dilatih berjualan langsung di kafe Rufaqa, berbengkel di bengkel Rufaqa yang ada di depan itu dik. Belajar menjahit, diajarkan cara bercocok tanam, cara beternak ikan di tambak dan banyak lagi. Yang semuanya itu nantinya sangat berguna untuk dia ketika dia sudah selesai belajar disini. Itulah agar dia mampu berdikari tadi …” Eksklusiv Dalam Konsep Ekonomi Secara konseptual Rufaqa memandang bidang ekonomi dalam tiga bagian pokok yaitu ekonomi fardhu kifayah, ekonomi komersial dan ekonomi starategi. Pertama, ekonomi fardhu kifayahdipandang sebagai sistem ekonomi wajib yang harus dijalankan oleh sebagian umat Islam, hal ini disebabkan ekonomi fardhu kifayah menyangkut kepentingan umum yang apabila tidak dijalankan maka dianggap berdosalah suatu komunitas. Misalnya, perdagangan, pasar, pertanian dan sektor vital lain dalam kehidupan. Konteks dalam sistem ini harus dipandang sebagai ibadah. Kedua, ekonomi komersial dimaksudkan sebagai ekonomi yang mencari keuntungan. Dari keuntungan ekonomi komersial inilah mereka menyisihkan sebagian untuk mendukung sistem ekonomi fardhu kifayah. Yang dianggap sebagai bagian dari sistem ekonomi ini adalah perusahaan jasa angkutan, teknologi komputer, peternakan dan usaha lain yang dianggap halal. Ketiga, ekonomi strategi yang diusahakan untuk mempengaruhi orang banyak. Eksklusiv Dalam Konsep Berjama’ah dan Identifikasi Anggota Pada dasarnya Rufaqa adalah sebuah organisasi keislaman yang bercita- cita mewujudkan tatanan dunia baru dengan Islam dijadikan sebagai dimensi alternatif bagi umatnya yang sudah terperangkap ke dalam suatu tatanan dunia Universitas Sumatera Utara yang dinilai sudah rusak dan mengarah kekehancuran umat manusia terutama dunia Islam yang sering diperlakukan tidak adil. Apapun usaha yang dilakukan untuk mengembangkan Rufaqa atau jama’ahnya di masa kini dan masa akan mendatang haruslah tetap pada prinsip-prinsip penegakan dunia Islam sebagai fenomena sosial dalam mengantisipasi perkembangan umat manusia. Artinya, Rufaqa harus tetap menjadi komunitas muslimin dengan kompleksitas ciri-ciri khasnya dan berusaha mewujudkannya dalam skala lebih luas di berbagai belahan dunia. Dalam upaya membentuk komuitas yang bersatu dan solid, Rufaqa mempunyai langkah-langkah dalam melakukan pembinaan terhadap orang- orangnya atau sebut saja jama’ahnya. Pertama, dakwah yang dilakukan dengan jalan mengadakan hubungan dengan seluruh lapisan masyarakat. Tujuannya adalah menyampaikan kebenaran Islam secara proporsional. Melalui dakwah, masyarakat diajak untuk mengamalkan ajaran Islam bahkan kalau bisa memperjuangkannya. Dakwah ini harus dilakukan secara intensif dan berkesinambungan. Jika ada anggota masyarakat yang telah faham dan mau menerima konsep perjuangan Islam, maka mereka digolongkan sebagai simpatisan biasa. Kedua, usroh umum yaitu para simpatisan biasa itu jika sudah sadar akan mulianya perjuangan Islam maka ia akan berkeinginan membuat perubahan, maka mereka itupun akan dibina pada usroh umum. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman simpatisan tentang tujuan perjuangan Islam disamping menilai komitmen mereka untuk sedia berkorban dalam mencapai tujuan mulia perjuangan Islam. Ketiga, usroh khusus dimana jika para simpatisan tadi sudah teruji tingkat pemahaman, keyakinan, pengorbanan, Universitas Sumatera Utara akhlak, dan partisipasinya terhadap perjuangan Islam, maka mereka akan dibina ke dalam usroh khusus ini. Jika dahulu ketika masih Darul Arqom, para jama’ahnya sangat mudah diidentifikasi. Mereka punya ciri yang sangat khas. Para jama’ah dapat diketahui melalui atribut pakaian yang khas pula. Para anggota laki-laki memakai pakaian jubah hijau dan memakai ikatan surban hijau dan dilengkapi lencana berlambang Darul Arqom. Sedangkan bagi anak-anak lelaki juga dibiasakan mengenakan pakaian yang sama, hanya kebanyakan warna pakaiannya putih. Sementara jama’ah wanita mereka berpakaian jilbab dengan menggunakan cadar yang umumnya berwarna hitam. Namun, sejalan juga dengan pelarangan Darul Arqom yang kemudian berganti nama dengan Rufaqa, maka para jama’ahnya pun tidak lagi beridentifikasi seperti diatas tadi. Mereka lebih terlihat moderen dalam berpakaian. Tidak kelihatan lagi adanya jubah putih, surban hijau pada kaum lelakinya dan juga tidak ada lagi pakaian hitam beserta cadarnya pada kaum wanita. Sekalipun ada perubahan tapi tidak menjadikan mereka surut beraktivitas. Mereka justru makin aktif dan bersemangat. Dalam tubuh Rufaqa keberadaan para anggotanya atau jama’ahnya dikategorikan dalam dua kelompok besar. Pertama, adalah anggota Rufaqa yang berstatus ‘anggota sepenuh masa’ yakni anggota yang bekerja sepenuhnya kepada Rufaqa. Para anggota dari kelompok ini diberi amanah khusus untuk dijalankan sepanjang waktu. Kebutuhan hidup kelompok ini beserta keluarganya ditanggung sepenuhnya oleh Rufaqa melalui sistem ma’asy, dimana dengan sistem ini penggajian atau upah mereka berdasarkan kebutuhannya, bukan berdasarkan jabatan dan profesinya. Seorang anggota yang memiliki keluarga dan tanggungan Universitas Sumatera Utara besar serta telah lama mengabdi dalam jama’ah akan memperoleh gaji yang besar sesuai dengan kebutuhannya tanpa memperdulikan kemampuan dan keahliannya. Sebaliknya, seorang sarjana yang memiliki kompetensi tertentu, jika masih bujang akan menerima gaji yang relatif lebih kecil karena dianggap tidak memiliki tanggungan keluarga. Jadi, wajar dengan adanya sistem ma’asy ini, banyak para anggota Rufaqa yang mampu beristri lebih dari satu orang bahkan sampai empat orang sekalipun. Kedua, adalah anggota Rufaqa berstatus ‘anggota separuh masa’ yakni anggota yang bekerja di luar Rufaqa seperti pedagang, pegawai pemerintah dan pegawai swasta. Mereka ini juga diberi amanah menjalankan tugas-tugas dari Rufaqa yang sekiranya tidak mengganggu pekerjaan mereka. Anggota Rufaqa yang militan dan mempunyai komitmen kuat terhadap gerakan tersebut umumnya adalah mereka yang sudah lama dibina di Rufaqa dan sudah mengenal pemikiran- pemikiran Ashaari Muhammad. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Sebagai sebuah gerakan sosial, Rufaqa pada dasarnya merupakan reaksi sekelompok muslim terhadap meluasnya pengaruh kehidupan moderen yang berkiblat kepada peradaban barat yang sekuler dan materialistik serta individualis. Hal ini setidaknya dibuktikan dari ungkapan Ashaari Muhammad yang mengaku prihatin dengan kondisi umat Islam yang jauh dari nilai-nilai Islam tetapi dekat dengan nilai-nilai barat Arifin.dkk,1996:121. Rufaqa merupakan sebuah komunitas muslim yang ingin membangun eksistensi diri sebagai komunitas Islamiyah di tengah pengaruh kemoderenan dengan tidak meninggalkan nilai-nilai keberislaman dan tidak pula mengabaikan struktur sosial masyarakat. Fenomena kebangkitan sekelompok muslim dalam mengantisipasi meluasnya pengaruh peradaban moderen yang berkiblat kepada peradaban barat seperti yang dilakukan oleh Rufaqa memungkinkan terjadi. Karena salah satu dampak samping dari peradaban moderen adalah lahirnya berbagai ketimpangan sosial sebagai akibat labilnya struktur sosial pada masyarakat moderen Arifin.dkk,1996:123. Faktor terbesar yang tidak boleh terabaikan dalam perkembangan perekonomian Rufaqa adalah bahwa Rufaqa melalui minda atau pesan atau buah pemikiran pemimpin tertingginya yaitu Ashaari Muhammad mencita-citakan bahwa dengan kekuatan ekonomi Rufaqa, ini mampu menyaingi kekuatan ekonomi kapitalis yang sangat menggurita di seluruh belahan dunia. Ashaari Universitas Sumatera Utara