Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
pernikahan adalah usaha membangun rumah tangga berdasarkan kedamaian jiwa dan adap sosial, dalam sebuah rangka yang sempurna,
yaitu iman kepada Allah hidup sesuai hidayah-Nya, serta usaha meninggikan kalimat-Nya dan menyampaikan risallah-Nya.
6
Allah SWT telah berfirman :
Artinya : “Dan Sesungguhnya kami telah mengutus beberapa rasul sebelum kamu
dan kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan. Dan tidak ada hak bagi seorang Rasul mendatangkan sesuatu ayat mukjizat
melainkan dengan izin Allah. Bagi tiap-tiap masa ada Kitab yang tertentu”
7
. Q.S. Ar- Ra’d : 38
6
Majdi Fathi Ali Kuhail, h. 3
7
A. Rahmad Rosyadi Soeroso Dasar, Indonesia: Keluarga Berencana Ditinjau Dari Hukum Islam, cet. 1, Bandung: Pustaka, h. 23-24
Dalam ayat ini dibahas dua masalah yaitu: Pertama: ada yang mengatakan, sesunguhnya orang-orang Yahudi
mencerca Nabi Muhammad SAW, sehingga membuatnya merasa penghinaan
dan mereka berkata, “Kami tidak menemukan pada lelaki-laki ini Muhammad sesuatu keinginan kecuali hanya memperdulikan wanita
dan pernikahan. Sekiranya dia seorang Nabi, tentunya dia disibukkan perkara kenabiannya dari pada memperbanayk istri.” Oleh karena itu,
turunlah firman Allah SWT yang menyebutkan kapada mereka perkara N
abi Daud dan Nabi Sulaiman, “Dan sesungguhnya telah Kami utus Nabi-Nabi sebelum kamu dan jadikan kepada mereka beberapa istri dan
keturunan, ” maksudnya adalah, kami menjadikan mereka sebagai manusia
biasa menunaikan apa yang dihala;kan Allah SWT kepada mereka berupa kedunia. Bedanya adalah mereka memperoleh wahyu.
Kedua: Ayat ini menjelaskan anjuran dan perintah menikah serta larangan hidup bujangan atau menjauhi pernikahan. Karena ini merupakan
Sunnah para Rasul seperti yang dinyatakan teks ayat ini.
8
Dalam pengembangan keturunan, dan Islam tidak menghendaki keturunan yang lemah dan serba kekurangan baik lemah jasmani maupun
rohani, sandang pangan, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya. Salah satu faktor yang menyebabkan keluarga menjadi lemah adalah tidak
8
Syakh imam Al Qurtubi; penerjemah,Muhyiddin Masridha; editor, m.Ikbal Kadir – Jakarta:
putaka Azzam, 2008, h. 772.
adanya keseimbangan antara keadaan, kebutuhan, pendapatan dan pengeluaran. Sehingga sangat diperlukannya perencanaan kelahiran antara
kelahiran satu dengan kelahiran berikutnya. Dan kesejahteraan masyarakat meningkat dan hal-hal lain yang tidak diinginkan dapat diantisipasi dari
jauh.
9
Selain itu juga setiap keluarga harus mengatur jarak kelahiran, hal itu mempertimbangkan kondisi kesehatan ibu dan perkembangan jiwa
anak. Apabila jarak kelahiran terlalu dekat, sang ibu tidak ada kesempatan untuk merawat kesehatan dirinya, menata rumah tangganya, juga sang ibu
tidak mempunya peluang mencurahkan kasih sayang terhadap anak, sehingga sang anak kurang kasih sayang dan air susu ibunya.
10
Keluarga Berencana KB menjadi salah satu isu kontroversial dalam diskursus pemikiran Islam modern. Ada sejumlah persoaalan yang
muncul terkait dengan masalah Islam dan KB, mulai dari masalah hukum ber
– KB, makna KB apakah pengaturan keturunan tanzim al-nasl atau pembatasan keturunan tahdid al-nasl?, motivasi ber-KB, persoaalan alat
kontrasepsi cara kerja dan cara penggunanya, KB dan hak reproduksi perempuan, KB sendiri kini bukan lagi sebatas persoalan suatu negara,
tetapi sudah persoalan dunia internasional. Oleh karenanya, ia selalu
9
Ibn Hajar al-Asqalani, Buluqhul Maram, Surabaya: Daarul Abidin, h. 222.
10
Danti pujiyanti dan Tien Rahmati . Relasi Suami Istri dalam Islam. Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Sarif Hidayatullah Jakarta
menjadi tema menarik untuk dikaji. Sudah banyak studi yang dilakukan oleh para ulama dan lembaga-lembaga keislaman mengenai KB dalam
berbagai perspektif. Para ulama berbeda pendapat dalam menyikapi KB. Perbedaan pendapat terjadi karena tidak adanya nash Al-
Qur’an dan Hadist yang secara ekplisit melarang dan membolehkan ber-KB.
Sehingga kini masih muncul kontroversi seputar KB dalam wacana intelektual muslim.
11
Adapun praktek KB yang dilarang oleh syara’, yaitu dengan cara merubah atau merusak organ tubuh yang bersangkutan. Cara-cara yang
termasuk kategori ini antara lain, vasektomi, tubektomi, aborsi. Hal ini tidak diperbolehkan karena menentang tujuan pernikahan untuk
menghasilkan keturunan.
12
Hampir semua pasangan suami-istri memerlukan perencanaan kehamilan dan sekaligus membatasi jumlah anak. Karena itu, kontrasepsi
dibutuhkan. Alasan penggunaan kontrasepsi bisa macam-macam, dari menunda
kehamilan, menjarangkan
jarak kehamilan,
sampai menghentikan kehamilan.
11
Abd Al-rahim ’Umran , islam dan KB, Jakarta : PT .Lentera Basritama, 1997, Cet. Ke-
1.h.14
12
luthfi As-syaukani, Politik, Ham dan isu-isu Figih Kontemporer Bandung: pustaka Hidayah, 1998, h. 157.
Dalam praktek KB keluarga berencana yang ada di masyarakat desa babakan ciseeng bogor terdapat dua program yaitu program yang
melalui jalur pemerintah dan ada juga yang melalui jalur swasta, adapun yang membedakannya yaitu jika perserta KB keluarga berencana
mengikuti dengan melalui jalur pemerintah mereka tidak dikenakan biaya apapun, jika melalui jalur swasta mereka datang sendiri ketempat
pelayanan KB dan membayar sesuai tarif yang berlaku. Hal tersebut tentunya mendapatkan respon dan perhatian dari masyarakat untuk tertarik
melakukan KB Keluarga Berencana melaui jalur pemerintah baik itu KB-nya memakai kotrasepsi pil, suntikan, implant, ataupun IUD.
Berangkat dari latar belakang di atas, penulis ini tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai praktek dan motifasi para peserta KB
keluarga berencana dan menganalisa secara mendalam dalam sebuah skripsi yang berjudul
“MOTIF KB MASYARAKAT DESA BABAKAN CISEENG MENURUT HUKUM ISLAM
”.