Faktor Penghambat dan Pendukung Kursus Calon Pengantin
51
Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari Pengadilan Agama Tigaraksa angka perceraian dari Tahun 2011 sampai Tahun 2013 selalu meningkat. Data
tersebut dapat dilihat dari tabel di bawah ini :
9
Tahun Cerai Gugat
Cerai Talak 2011
538 1295
2012 1798
1301 2013
2105 1660
Sedangkan menurut Peraturan Dirjen Bimas Islam Departemen Agama Nomor DJ.II491 Tahun 2009 tentang Kursus Calon Pengantin peraturan ini di buat
dengan adanya peningkatan angka perselisihan, perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga yang salah satunya disebabkan oleh rendahnya pengetahuan dan
pemahaman calon pengantin tentang kehidupan rumah tanggakeluarga serta untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah perlu dilakukan kursus
kepada calon pengantin. Maka dapat di simpulkan bahwa kursus calon pengantin belum efektif dalam menekan angka perceraian khususnya di daerah Tangerang
Selatan. Data yang berhasil penulis peroleh, responden yang penulis wawancarai
mereka mengakui bahwa materi-materi yang disampaikan atau di ajarkan saat kursus calon pengantin mereka terapkan dalam kehidupan rumah tangga mereka, walaupun
tidak dapat di pungkiri perselisihan masih ada pada kehidupan rumah tangga mereka seperti yang dikemukan ibu widia salah satu responden penulis:
9
Laporan Tahunan Pengadilan Agama Tigaraksa dari Tahun 2011-2013
52
“kalau tidak diterapkan buat apa saya mengikuti kursus calon pengantin. Saya mengikuti kursus calon pengantin karena memang saya kurang memahami
tentang pernikahan.Dengan mengikuti ini saya bisa menjaga keutuhan rumah tangga dan bisa memberi pengarahan kepada anak-anak kelak sudah berkeluarga.Saya juga
bisa memberi pengarahan atau nasehat kepada teman atau tetangga yang sedang mengalami keributan di rumah tangganya”.
10
Dalam peraturan Dirjen Bimas Islam Departemen Agama No.DJ.II491 Tahun 2009 tentang kursus calon pengantin Pasal 6 ayat 1 menyebutkan calon
pengantin yang telah mengikuti kursus calon pengantin diberikan sertifikat sebagai tanda bukti kelulusan, ayat 2 menyebutkan sertifikat sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 merupakan persyaratan pendaftaran pernikahan, tetapi dalam prakteknya sangat berbeda atau belum berjalan sesuai dengan peraturan yang ada.
Hasil wawancara dengan Cecep Ibnu Khaldun selaku pelaksana di KUA Pamulang Tangerang Selatan membenarkan bahwa pasangan calon pengantin yang
tidak mengikuti kursus calon pengantin atau yang tidak memiliki sertifikat bisa mendaftarkan pernikahannya, selain itu adanya kebijakan atau toleransi dari pihak
BP4 bahwa calon pengantin yang mengikuti kursus calon pengantin salah satu calon pengantin maka keduanya mendapatkan sertifikat, keadaan seperti ini dimaklumi oleh
pihak KUA sendiri. Menurut peraturan Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama No.DJ.II.491 Tahun 2009 tentang kursus calon pengantin, sebagaimana
penyelenggara kursus calon pengantin adalah badan penasihat, pembinaan dan pelestarian perkawinan BP4 atau badan lembaga lain yang telah mendapat
akreditasi dari Kementerian Agama ini tertuang dalam Pasal 4 ayat 1. Sementara
10
Widia Astuti. Wawancara Pribadi. Pamulang Tangerang Selatan, 7 Oktober 2015
53
KUA sendiri hanya sebagai penyedia tempat atau memfasilitasi kursus calon pengantin, karena KUA hanya sebagai pelaksana dari Kementerian Agama seperti
yang disebutkan dalam Pasal 5 ayat 1 menyebutkan Kementerian Agama menyediakan silabus, modul, sertifikat tanda lulus, sarana dan prasarana kursus calon
pengantin. Hemat penulis pelaksanaan kursus calon pengantin belum sesuai dengan
peraturan Direktur Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama No.DJ.II491 Tahun 2009 tentang kursus calon pengantin merujuk kepada faktor yang memperngaruhi
efektifitas hukum yang salah satunya adalah faktor hukumnya sendiri juga mempengaruhi efektifitas pelaksanaan atau penegakkan hukum itu juga. Didalam
peraturan Direktur Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama No.DJ.II491 Tahun 2009 tentang kursus calon pengantin, penulis tidak menemukan adanya pasal yang
mengatur sangsi bagi calon pengantin yang tidak mengikuti kursus calon pengantin baik sanksi yang bersifat negatif maupun sanksi yang bersifat positif. Sehingga
penafsiran tentang peraturan kursus calon pengantin ini beragam, serta dianggapnya peraturan ini bersifat hanya anjuran. Padahal peraturan yang sudah disahkan akan
mengikat kepada para subyek hukum tersebut dalam hal ini adalah para calon pengantin yang mau mendaftarkan kehendak pernikahannya di KUA Kecamatan
setempat. Faktor kurangnya dana operasional dalam pelaksanaan kursus calon
pengantin ini, karena lembaga BP4 yang independden dan tidak termasuk dalam cakupan Kementerian Agama maka tidak ada anggaran yang memadai atau anggaran