Efektivitas Pelaksanaan Kursus Calon Pengantin
53
KUA sendiri hanya sebagai penyedia tempat atau memfasilitasi kursus calon pengantin, karena KUA hanya sebagai pelaksana dari Kementerian Agama seperti
yang disebutkan dalam Pasal 5 ayat 1 menyebutkan Kementerian Agama menyediakan silabus, modul, sertifikat tanda lulus, sarana dan prasarana kursus calon
pengantin. Hemat penulis pelaksanaan kursus calon pengantin belum sesuai dengan
peraturan Direktur Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama No.DJ.II491 Tahun 2009 tentang kursus calon pengantin merujuk kepada faktor yang memperngaruhi
efektifitas hukum yang salah satunya adalah faktor hukumnya sendiri juga mempengaruhi efektifitas pelaksanaan atau penegakkan hukum itu juga. Didalam
peraturan Direktur Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama No.DJ.II491 Tahun 2009 tentang kursus calon pengantin, penulis tidak menemukan adanya pasal yang
mengatur sangsi bagi calon pengantin yang tidak mengikuti kursus calon pengantin baik sanksi yang bersifat negatif maupun sanksi yang bersifat positif. Sehingga
penafsiran tentang peraturan kursus calon pengantin ini beragam, serta dianggapnya peraturan ini bersifat hanya anjuran. Padahal peraturan yang sudah disahkan akan
mengikat kepada para subyek hukum tersebut dalam hal ini adalah para calon pengantin yang mau mendaftarkan kehendak pernikahannya di KUA Kecamatan
setempat. Faktor kurangnya dana operasional dalam pelaksanaan kursus calon
pengantin ini, karena lembaga BP4 yang independden dan tidak termasuk dalam cakupan Kementerian Agama maka tidak ada anggaran yang memadai atau anggaran
54
khusus buat kursus calon pengantin, kalaupun ada sangat minim sekali. Serta peralatan pelaksanaan yang kurang memadai seperti tidak adanya pengeras suara, dan
proyektor sebagai sarana penyampaian materi. Hasil yang didapatkan peneliti dari nara sumber dan responden yang
mengikuti kursus calon pengantin yang sudah menikah mengatakan bahwa kursus calon pengantin sangat penting bagi pasangan yang akan melangsungkan perkawinan
agar mempunyai bekal dalam mengarungi rumah tangga mereka nantinya. Harapan penulis juga selaras dengan harapan ibu Widia Astuti salah satu
responden yang mengatakan: “Sedikit saran saya agar pelaksanaan lebih optimal yaitu bagi yang tidak
mengikuti kursus calon pengantin diberi sanksi, agar calon pengantin bisa mengikuti kursus dengan baik dan calon pengantin mempunyai bekal dalam mengarungi bahtera
rumah tangga”.
11
Dengan adanya kursus calon pengantin ini pula diharapkan dapat meminimalisir terjadinya perceraian agar dapat tercapainya tujuan perkawinan itu
sendiri yang disebutkan dalam Undang-Undang perkawinan No.1 Tahun 1974 pasal 1 dan tujuan dari peraturan Dirjen Bimas Islam No.DJ.II491 Tahun 2009 tentang
kursus calon pengantin. Seperti yang di tuturkan oleh Cecep Ibnu Khaldun beliau menuturkan:
“Tentu adanya kursus calon pengantin untuk membentuk keluarga sakinah.Kursus calon pengantin hanyalah sarana menunjukkan hal-hal yang terbaik
yang mesti dilaksanakan oleh pasangan suami isteri.Seperti memberi pengarahan dan bisa memahami bagaimana keluarga sakinah. Meskipun membentuk keluarga sakinah
11
Widia Astuti. Wawancara Pribadi. Pamulang Tangerang Selatan, 7 Oktober 2015
55
membutuhkan keinginan, usaha dan motivasi yang tinggi dari pasangan suami isteri”
12
Disamping itu, kiat membangun keluarga sakinah harus diketahui sedini mungkin oleh calon pengantin, bukan hanya pada saat akan menikah. Tetapi sebelum
calon pengantin masuk pada usia pernikahan dan selanjutnya menjalani pernikahan tersebut, berikut ini beberapa diantaranya:
Pertama, mempersiapkan kualitas diri sebaik mungkin dalam semua hal.Seorang pria yang baik memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk
mendapatkan pasangan yang baik pula. Kedua, memilih pasangan yang terbaik dengan cara yang terbaik, kiat
membangun keluarga sakinah selanjutnya adalah pada cara memilih pasangan dan siapa yang dipilih.
Ketiga,membangun visi misi dan orientasi membangun rumah tangga semata-mata untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT.
Keempat,menjadikan agama sebagai ruang gerak dan semua orientasi dalam kehidupan rumah tangga. Jika agama menjadi ruh bergeraknya sebuah rumah tangga,
maka sakinah itu sangat mudah didapat, sebab keberkahan dari Allah SWT akan turun pada rumah tangga tersebut.
13
12
Cecep Ibnu Khaldun. Wawancara Pribadi. KUA Pamulang Tangerang Selatan, 16 September 2015
13
Cecep Maskanul Hakim, “Membangun Keluarga Sakinah: Perkawinan dan
Keluarga”.Majalah bulanan, No.483XLII2013.h.51.
56
BAB V PENUTUP