195
Dasar Pembelajaran Yang Mendidik Selain terjadi pertambahan tinggi badan yang sangat cepat, pada
masa remaja berlangsung perkembangan seksual yang cepat pula.Perkembangan ini ditandai dengan munculnya ciri-ciri kelamin
primer dan sekunder.Ciri-ciri kelamin primer berkenaan dengan perkembangan alat-alat produksi, baik pada pria maupun wanita.
Ciri-ciri kelamin sekunder berkenaan dengan tumbuhnya bulu-bulu pada seluruh badan, perubahan suara menjadi semakin rendah-
besarlebih-lebih pada pria, membesarnya buah dada pada wanita, dan tumbuhnya jakun pada pria. Dengan perkembangan ciri-ciri
kelamin sekunder ini, secara fisik remaja mulai menampakkan ciri-ciri orang dewasa.
b. Perkembangan intelektual
Sejalan dengan perkembangan fisik yang cepat, berkembang pula intelektual berpikirnya. Kalau pada sekolah dasar kemampuan
berpikir anak masih berkenaan dengan hal-hal yang kongkrit atau berpikir kongkrit, pada masa SLTP mulai berkembang kemampuan
berpikir abstrak, remaja mampu membayangkan apa yang akan dialami bila terjadi suatu peristiwa umpamanya perang nuklir, kiamat
dan sebagainya. Remaja telah mampu berpikir jauh melewati kehidupannya baik dalam dimensi ruang maupun waktu.Berpikir
abstrak adalah berpikir tentang ide-ide, yang oleh Jean Piaget seorang psikologi dari Swis disebutnya sebagai berpikir formal
operasional. Berkembangnya kemampuan berpikir formal opersional pada remaja
ditandai dengan tiga hal penting.Pertama, anak mulai mampu melihat berpikir tentang kemungkinan-kemungkinan. Kalau pada usia
sekolah dasar anak hanya mampu melihat kenayataan, maka pada masa usia remaja mereka telah mampu berpikir tentang
kemungkinan-kemungkinan. Kedua, anak-anak telah mampu berpikir ilmiah.Remaja telah mampu mengikuti langkah-langkah berpikir
ilmiah, dan mulai merumuskan masalah, membatasi masalah, menyusun hipotesis, mengumpulkan dan mengolah data sampai
dengan menarik kesimpulan-kesimpulan. Ketiga,remaja telah mampu
196
Modul Paket Keahlian Akuntasi Sekolah Menengah Kejuruan SMK
memadukan ide-ide secara logis. Ide-ide atau pemikiran abstrak yang kompleks telah mampu dipadukan dalam suatu kesimpulan
yang logis. Secara umum kemampuan berpikir formal mengarahkan remaja
kepada pemecahan
masalah-masalah berpikir
secara sistematis.Dalam kehidupan sehari-hari para remaja begitu pula
orang dewasa jarang menggunakan kemampuan berpikir formal, walaupun mereka sebenarnya mampu melaksanakannya.Mereka
lebih banyak berbuat berdasarkan kebiasaan, perbuatan atau pemecahan rutin.Hal ini mungkin disebabkan karena, tidak adanya
atau kurangnya tantangan yang dihadapi, atau mereka tidak melihat hal-hal yang dihadapi atau dialami sebagai tantangan, atau orang
tua, masyarakat dan guru tidak membiasakan remaja menghadapi tantangan atau tuntutan yang harus dipecahkan.
c. Pemikiran Sosial dan Moralitas
Ketrampilan berpikir baru yang dimiliki remaja adalah pemikiran sosial.Pemikiran sosial ini berkenaan dengan pengetahuan dan
keyakinan mereka tentang masalah-masalah hubungan pribadi dan sosial. Remaja awal telah mempunyai pemikiran-pemikiran logis,
tetapi dalam pemikiran logis ini mereka sering kali menghadapi kebingungan antara pemikiran orang lain. Menghadapi keadaan ini
berkembang pada remaja sikap egosentrisme, yang berupa pemikiran-pemikiran subjektif logis dirinya tentang masalah-masalah
sosial yang dihadapi dalam masyarakat atau kehidupan pada umumnya. Egosentrisme remaja seringkali muncul atau diperlihatkan
dalam hubungan dengan orang lain, mereka tidak dapat memisahkan perasaan dia dan perasaan orang lain tentang dirinya. Remaja sering
berpenampilan atau berperilaku mengikuti bayanagan atau sosok gangnya.Mereka sering membuat trik-trik atau cara-cara untuk
menunjukkan kehebatan, kepopuleran atau kelebihan dirinya kepada sesama remaja.Para remaja seringkali berbuat atau memiliki ceritra
atau dongeng
pribadi, yang
menggambarkan kehebatan