Pokok Permasalahan Tujuan Dan Manfaat Penelitian

37 109 penyelenggara negara yang dikenai Pasal 3, mendapatkan pidana yang ringan, sementara pelaku PNS atau pejabat negara lainnya dipidana lebih berat karena dikenai Pasal 2 ayat 1 – yang memang mengatur ancaman pidana lebih berat. Perbedaan pandangan tentang makna ‘melawan hukum’ dalam Pasal 2 ayat 1 tersebut, serta perbedaannya dengan unsur ‘melawan hukum’ yang bersifat menyalahgunakan kewenangan, juga telah mendorong kesepakatan di antara para Hakim Agung dari Kamar Pidana Mahkamah Agung. Kesepakatan yang dibuat pada tanggal 8-10 Maret 2012 tersebut, dituangkan ke dalam Surat Edaran Mahkamah Agung SEMA Nomor 7 Tahun 2012 tentang Rumusan Hukum Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi Pengadilan. Dalam SEMA ini, terdapat kesepakatan di antara para Hakim Agung untuk menggunakan kriteria jumlah kerugian negara sebagai dasar penerapan Pasal 2 ayat 1 atau Pasal 3 UU PTPK. Jika kerugian negara kurang dari 100 juta rupiah, maka dalam perkara tersebut diterapkan Pasal 3, dan jika lebih digunakanlah Pasal 2. Terlepas dari tepat atau tidaknya kriteria yang digunakan oleh Mahkamah Agung MA dalam SEMA tersebut, kehadiran SEMA itu ternyata tetap tidak berhasil mengakhiri perbedaan pandangan di antara penegak hukum. Oleh karenanya, tetap ada ketidakpastian hukum dan bahkan ketidakpercayaan atas proses penegakan hukum, karena kecenderungan penegak hukum untuk menerapkan Pasal 3 terhadap pelaku tindak pidana korupsi yang didakwa dengan kedua pasal tadi, ditengarai dilakukan sebagai upaya melindungi koruptor dari jerat sanksi pidana yang berat dalam Pasal 2 ayat 1. 34

3.1 Pokok Permasalahan

Beranjak dari latar belakang di atas, penting dilakukan suatu kajian terhadap makna unsur ‘melawan hukum ’ menurut Pasal 2 ayat 1 UU PTPK. Perlu ada penjelasan ulang terhadap unsur ini, agar terdapat kesepahaman di antara penegak hukum dalam memaknai dan menerapkannya dalam penanganan tindak pidana korupsi. Untuk membatasi ruang lingkup dan memberi arah pada penelitian ini, maka permasalahan penelitian di sini dirumuskan sebagai berikut: 1. Apa artimakna pengertian ‘melawan hukum’ sebagai suatu unsur dari rumusan tindak pidana, dalam perkembangan doktrin hukum pidana? 2. Bagaimana pengaturan konsep ‘melawan hukum’ menurut sejarah penyusunan UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi? 3. Bagaimana praktek pengadilan dalam menerapkan unsur ‘melawan hukum’ dalam perkara Tindak Pidana Korupsi? 4. Bagaimana membedakan ‘melawan hukum’ dengan ‘menyalahgunakan kewenangan’ dalam penerapan UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi? 34 Terdapat perbedaan ancaman pidana minimum yang signifikan dalam kedua pasal tersebut. Dalam Pasal 2 ayat 1 ancaman pidana terhadap pelaku adalah pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara minimum 4 tahun - maksimum 20 tahun, serta kumulasi pidana denda minimum Rp. 200.000.000,- maksimum Rp. 1.000.000.000,-. Sedangkan Pasal 3 memiliki ancaman pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara minimum 1 tahun - maksimum 20 tahun, serta alternatifkumulasi pidana denda minimum Rp. 50.000.000,- maksimum Rp 1.000.000.000,-. 38 109

3.2 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk memperjelas artimakna unsur ‘melawan hukum’ dalam UU PTPK, sementara secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1. Memberikan penjelasan tentang artimakna ‘melawan hukum’ dalam Pasal 2 ayat 1 UU PTPK; 2. Memberikan penjelasan tentang unsur ‘melawan hukum’ dalam lintasan sejarah penyusunan UU PTPK; 3. Memberikan penjelasan tentang penerapan unsur ‘melawan hukum’ dalam praktek penegakan hukum pidana korupsi, khususnya dalam putusan hakim; 4. Memberikan penjelasan tentang perbedaan antara unsur ‘melawan hukum’ dalam Pasal 2 ayat 1 dengan unsur ‘menyalahgunakan kewenangan’ dalam Pasal 3 UU PTPK. Hasil penelitian ini diharapkan dapat: 1. Menumbuhkan kesamaan persepsi para penegak hukum tentang artimakna dan eksistensi unsur ‘melawan hukum’ terkait tindak pidana korupsi; 2. Menumbuhkan kesepahaman di antara para penegak hukum tentang perbedaan unsur ‘melawan hukum’ dan unsur ‘menyalahgunakan kewenangan’ dalam UU PTPK; 3. Menjadi pedoman bagi penegak hukum dalam penilaian unsur ‘melawan hukum’ dalam menangani perkara tindak pidana korupsi, khususnya yang didakwa secara subsidiaritas, ataupun alternatif dengan Pasal 2 ayat 1 dan Pasal 3 UU PTPK.

3.3 Metode Penelitian