Latar Belakang lahirnya Komisaris Independen

melalui peraturan BEJ tanggal 1 Juli 2000. Dikemukakan bahwa perusahaan yang listed di Bursa harus mempunyai Komisaris Independen yang secara proporsional sama dengan jumlah saham yang dimiliki pemegang saham yang minoritas. Dalam peraturan ini, persyaratan jumlah minimal Komisaris Independen adalah 30 dari seluruh anggota Dewan Komisaris.

B. Latar Belakang lahirnya Komisaris Independen

Adanya Komisaris Independen tidak terlepas dari keberadaan komisaris pada umumnya. Komisaris merupakan organ perseroan yang mengawasi kebijaksanaan direksi dalam menjalankan perseroan serta memberikan nasihat kepada direksi. Di Indonesia, dewan komisaris merupakan organ yang bersifat pasif dan tidak dapat menjalankan fungsi pengawasannya secara efektif terhadap direksi. Atau sebaliknya, peran komisaris yang terlalu kuat dalam perusahaan, sehingga sering kali melakukan intervensi terhadap kebijakan direksi. Fenomena ini menjadi masalah pada perusahaan terbatas biasa, namun akan berbeda halnya bila perusahaan tersebut telah go public. Sikap pasif ini atau sikap yang mengintervensi setiap kebijakan yang diambil direksi tersebut pada akhirnya akan dapat merugikan kepentingan pemegang saham minorotas serta para stakeholder lainnya. Fenomena ini terjadi, karena struktur kepemilikan perusahaan di Indonesia masih sangat terkonsentrasi. Jabatan komisaris diberikan kepada seseorang bukan didasarkan pada kompetensi dan profesionalisme, tetapi sebagai penghormatan atau penghargaan, sehingga loyalitas ditujukan pada pemberi Universitas Sumatera Utara jabatan atau jabatan komisaris diberikan kepada pejabat atau mantan pejabat pemerintah yang masih mempunyai pengaruh untuk meningkatkan posisi tawar bargaining power perusahaan di kalangan pemerintah. Dapat dikatakan pemilihan komisaris perusahaan di Indonesia kurang mempertimbangkan integritas serta kompetensi orang tersebut. Independensi dewan komisaris perusahaan-perusahaan Indonesia terhadap direksi atau pemegang saham pengendali patut dipertanyakan. Oleh karena itu, muncul gagasan tentang keberadaan Komisaris Independen. 106 Gagasan dasar Komisaris Independen itu sendiri timbul oleh adanya kenyataan bahwa banyak Komisaris hanyalah sebagai ”boneka” dari pemegang saham mayoritas. Komisaris Independen diperlukan untuk mempresentasikan kepentingan pemegang saham minoritas, yang mana melihat keadaan di Indonesia menjadi sesuatu yang mendesak. 107 Istilah Komisaris Independen ini sebenarnya sama dengan istilah direktur independen pada negara-negara yang menganut sistem hukum Anglo-Saxon. Perbedaan istilah ini disebabkan adanya 2 sistem hukum perusahaan yang berbeda. Sistem huku m Anglo-Saxon menganut One Tier System yang hanya memiliki satu dewan direksi. Pada sistem inilah dikenal namanya direktur independen sebagai pihak yang mengawasi kinerja dewan direksi. Sedangkan sistem hukum Eropa Kontinental menganut Two Tiers System. Ada dua badan yang terpisah dalam suatu manajemen dewan direksi. Kedua organ harus dapat independen satu terhadap yang lain. Komisaris harus dapat melakukan fungsi 106 Indra Surya, Ivan Yustiavandana, Op.Cit., hal. 134. 107 Antonius Alijoyo Subarto Zaini, Op.Cit., hlm. 118. Universitas Sumatera Utara pengawasan yang independen terhadap Direksi, sebaliknya Direksi harus dapat mengelola perusahaan dari hari ke hari secara independen tanpa tekanan yang berlebihan dari Komisaris. 108 Komisaris Independen dikenal pada Two Tiers System. Indonesia menganut sistem ini sehingga Indonesia menggunakan istilah Komisaris Independen. 109 Keberadaan Komisaris Independen dimaksudkan untuk menciptakan iklim yang lebih objektif dan independen, dan juga menjaga fairness serta mampu memberikan keseimbangan antara kepentingan pemegang saham mayoritas dan perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham minoritas, bahkan kepentingan para stakeholders yang lain. 110

C. Kedudukan dan Peran Komisaris Independen

Dokumen yang terkait

Sinkronisasi Antara Hukum Pajak Dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Mengenai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)

1 75 183

Wewenang Dan Tanggung Jawab Direksi Dalam Prinsip Corporate Opportunity Yang Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

1 90 158

AKIBAT HUKUM PEMBUBARAN PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 25 16

AKIBAT HUKUM PEMBUBARAN PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

1 40 16

KAJIAN YURIDIS KEDUDUKAN HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI PERSEROAN TERBATAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 5 16

KAJIAN YURIDIS KEDUDUKAN HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI PERSEROAN TERBATAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 2 16

TANGGUNG JAWAB DIREKSI DALAM PENGURUSAN PERSEROAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 6 36

BAB II WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI DALAM PRINSIP CORPORATE OPPORTUNITY YANG DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 3 43

TANGGUNG JAWAB DIREKSI PERSEROAN TERBATAS DALAM HAL TERJADI PELANGGARAN TERHADAP ANGGARAN DASAR PERSEROAN MAUPUN PIHAK KETIGA DITINJAU MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 DIKAITKAN DENGAN PRINSI.

0 0 1

Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terbatas Dalam Akuisisi Suatu Perusahaan Yang Merugikan Pemegang Saham Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

0 0 1