Kedudukan Dan Tanggung Jawab Komisaris Independen Pada Perseroan Terbuka Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 (Riset : PT. Central Proteinaprima Tbk.)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

I. BUKU

Alijoyo, Antonius & Subarto Zaini, Komisaris Independen: Penggerak Praktik GCG di perusahaan, Jakarta : PT. Indeks, 2004.

Asshiddiqie, Jimly dan Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2006. Budiarto, Agus, Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan

Terbatas, Mataram : Ghalia Indonesia, 2002.

Fuady, Munir, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek Buku Ketiga, Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2002.

---, Hukum Perusahaan dalam Paradigma Hukum Bisnis, Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2002.

---, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2003.

---, Pengantar Hukum Bisnis: Menata Bisnis Modern di Era Global, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2005.

Ibrahim, Johannes, Hukum Organisasi Perusahaan : Pola Kemitraan dan Badan Hukum, Bandung : PT. Refika Aditama, 2006.

Linton, Ralph, The Study of Man, an introduction, New York : Appleton Century, 1956.

Nasution, Bismar, Hukum Kegiatan Ekonomi, Bandung : Books Terrace & Library, 2007.

Pakpahan, Norman S., Perseroan Terbatas Sebagai Instrumen Kegiatan Ekonomi, Jurnal Hukum Bisnis vol. 2, 1997.

Polak, JBAF Mayor, Sosiologi, Suatu Pengantar Ringkas, cetakan kelima, Jakarta : Balai Buku “Ikhtiar”, 1966

Pound, Roscoe, Pengantar Filsafat Hukum, Jakarta : Bhratara, 1996.

Pramono, Nindyo, Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2006.


(2)

Prasetya, Rudhi, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2001.

Regar, Moenaf H., Dewan Komisaris, Peranannya Sebagai Organ Perseroan, Medan : Bumi Aksara, 2000.

Sembiring, Sentosa, Hukum Perusahaan dalam Peraturan Perundang-undangan, Bandung : Nuansa Aulia, 2006.

Simanungkalit, Parasian, Rapat Umum Pemegang Saham Kaitannya Dengan Tanggung Jawab Direksi Pada Perseroan Terbatas, Jakarta : Yayasan Wajar Hidup, 2006.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : 41 Press, 1986.

---, Sosiologi, Suatu Pengantar, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1990.

Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1998.

Surya, Indra dan Ivan Yustiavandana, Penerapan Good Corporate Governance : Mengesampingkan Hak-Hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006.

Widjaja, Gunawan, 150 Tanya Jawab Tentang Peseroan Terbatas, Jakarta : Forum Sahabat, 2008.

---, Hak Individu dan Kolektif Para Pemegang Saham, Jakarta : Forum Sahabat, 2008.

---, Risiko Hukum Sebagai Direksi, Komisaris dan Pemilik PT, Jakarta : Forum Sahabat, 2008.

Widjaya, I.G. Rai, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, Jakarta : Megapoin. 2000.

Yani, Ahmad dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1999.

II. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek). Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas


(3)

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-117/M-MBU/2002 Tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance pada BUMN

III. INTERNET

Wikipedia Indonesia, Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia ; Perseroan Terbatas, http://id.wikipedia.org/wiki

Badriyah Rifai Amirudin, Artikel Pendidikan Network ; Peran Komisaris Independen dalam Mewujudkan Good Corporate Governance di Tubuh Perusahaan Publik

, diakses pada tanggal 1 September 2009

Akhmad Syakhroza, Blog Lingkungan Ekonomi Bisnis Indonesia ; Perlunya Komisaris Independen dalam Mewujudkan Good Corporate Governance di Korporasi,

diakses pada tanggal 1 September 2009

Antonius Alijoyo, Forum for Corporate Governance in Indonesia ; Membangun Dewan Komisaris Kelas Dunia,

, terakhir kali diakses pada tanggal 1 September 2009

tanggal 1 September 2009

Zakhyadi Arifin, Memberdayakan Komisaris ; Menegakkan Good Corporate Governance,

Task Force Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance, Pedoman tentang Komisaris Independen,

diakses pada tanggal 1 September 2009

Diakses pada tanggal 2 September 2009

September 2009

kali diakses tgl 5 September 2009

diakses


(4)

tanggal 12 September 2009

Forum for Corporate Governance in Indonesia, Seri Tata Kelola Perusahaan

(Corporate Governance), Jilid II; Peranan Dewan Komisaris dan Komite

Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance

diakses pada tanggal 20 Oktober 2009.

Retno Murdaningsih, Komisaris Independen & Independensi Komisaris 2009

Kunami’s Weblog, Pelaksanaan Good Corporate Governance,

tanggal 20 Oktober 2009

tanggal 2 Desember 2009

Subarto Zaini, Komisaris Independen,


(5)

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG KOMISARIS INDEPENDEN

A. Pengertian Dewan Komisaris

Menurut Pasal 1 angka 6 UUPT, Dewan komisaris adalah :

“Organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi.”

Anggota dewan komisaris disebut dengan nama komisaris. Ini berarti tugas dewan komisaris adalah melakukan :

a. Pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan, dan;

b. Memberi nasihat kepada direksi.

Dewan komisaris dapat terdiri dari satu orang atau lebih. Dewan komisaris merupakan majelis, sehingga dalam hal dewan komisaris terdiri atas lebih dari 1 (satu) orang anggota, maka setiap anggota dewan komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri, melainkan berdasarkan keputusan dewan komisaris. Pengaturan mengenai besarnya jumlah anggota komisaris dapat diatur dalam Anggaran Dasar perseroan, disamping itu Anggaran Dasar perseroan juga dapat mengatur mengenai adanya 1 (satu) orang atau lebih komisaris independen dan 1 (satu) orang komisaris utusan.

Komisaris Independen, dalam hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dalam UUPT, Komisaris


(6)

Independen telah diadopsi yakni pada Pasal 120 ayat (1) dan ayat (2), menyebutkan :

(1) Anggaran dasar Perseroan dapat mengatur adanya 1 (satu) orang atau lebih komisaris independen dan 1 (satu) orang komisaris utusan.

(2) Komisaris independen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat berdasarkan keputusan RUPS dari pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris lainnya.

Kemudian dalam penjelasan Pasal 120 ayat (2) UUPT menyebutkan bahwa : ”Komisaris Independen yang ada di dalam pedoman tata kelola perseroan yang baik (code of good corporate governance) adalah Komisaris dari pihak luar.”

Istilah independen pada komisaris independen maupun direksi independen bukan menunjukkan bahwa komisaris atau direksi lainnya tidak independen. Istilah komisaris independen ataupun direksi independen menunjukkan keberadaan mereka sebagai wakil dari pemegang saham independen (minoritas) dan juga mewakili kepentingan investor.99

99

Indra Surya, Ivan Yustiavandana, Penerapan Good Corporate Governance : Mengesampingkan Hak-Hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hlm. 133.

Adapun pengertian dari Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi


(7)

kepentingan perusahaan.100 Jadi Komisaris Independen merupakan komisaris yang tidak ada hubungan keluarga atau hubungan bisnis dengan direksi maupun pemegang saham. Karena tidak ada hubungan seperti itu, maka komisaris independen ini diharapkan dapat bertindak objektif dan dapat melihat persoalan perseroan mensyaratkan adanya komisaris independen ini, misalnya untuk perseroan terbatas terbuka. 101

Kriteria Komisaris Independen diambil oleh FCGI dan kriteria otoritas bursa efek Australia tentang Outside Directors. Kriteria untuk Outside Directors dalam One Tier System tersebut telah diterjemahkan menjadi kriteria untuk Komisaris Independen dalam position paper FCGI kepada NCCG. Kriteria tentang Komisaris Independen tersebut adalah sebagai berikut :

Seharusnya ada defenisi yang jelas tentang komisaris ”ekstern” atau komisaris ”independen”.

102

1. Komisaris Independen bukan merupakan anggota manajemen;

2. Komisaris Independen bukan merupakan pemegang saham mayoritas, atau seorang pejabat dari atau dengan cara lain yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari perusahaan;

3. Komisaris Independen dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tidak dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai eksekutif oleh perusahaan lainnya dalam satu kelompok usaha dan tidak pula dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai komisaris setelah tidak lagi menepati posisi seperti itu;

4. Komisaris Independen bukan merupakan penasehat profesional perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok dengan perusahaan tersebut; 5. Komisaris Independen bukan merupakan seorang pemasok atau pelanggan

yang signifikan dan berpengaruh dari perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok, atau dengan cara lain berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan pemasok atau pelanggan tersebut;

100

Task Force Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance, Loc. Cit. 101

Munir Fuady, Perseroan Terbatas: Paradigma Baru, Op.Cit, hlm. 115. 102

Forum for Corporate Governance in Indonesia, Seri Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance), Jilid II; Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam

Pelaksanaan Corporate Governance, hal.8,


(8)

6. Komisaris Independen tidak memiliki kontraktual dengan perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok selain sebagai komisaris perusahaan tersebut;

7. Komisaris Independen harus bebas dari kepentingan dan urusan bisnis apapun atau hubngan lainnya yang dapat, atau secara wajar dapat dianggap sebagai campur tangan secara material dengan kemampuannya sebagai seorang komisaris untuk bertindak demi kepentingan yang menguntungkan perusahaan.

Komisaris Independen adalah komisaris yang bukan merupakan anggota manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari suatu perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan. Pengertian Komisaris Independen sebenarnya berasal dari pengertian komisaris dalam Pasal 1 angka 5 UU No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas menyatakan : ”Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus serta memberikan nasihat kepada direksi dalam menjalankan perseroan”.103

Pertimbangan independen pada kata Komisaris Independen adalah cara pandang atau penyelesaian masalah dengan mengesampingkan kepentingan pribadi dan menghindari benturan kepentingan. Pada dasarnya semua komisaris bersifat independen, dalam pengertian mereka harus mampu melaksanakan tugasnya secara independen, semata-mata demi kepentingan perusahaan, dan terlepas dari pengaruh berbagai pihak yang memiliki kepentingan yang dapat berbenturan dengan kepentingan perusahaan.104

103

Indra Surya, Ivan Yustiavandana, Op.Cit., hal. 135-136. 104

Retno Murdningsih, Komisaris Independen & Independensi Komisaris,


(9)

Pengaturan mengenai Komisaris Independen juga dapat dilihat dari peraturan perundang-undangan lainnya yakni : Keputusan Menteri BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 dalam Pasal 10 mengenai komposisi komisaris, dimana di dalam Pasal 10 ayat (2) Keputusan Menteri BUMN tersebut menyatakan bahwa paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari anggota Komisaris/Dewan Pengawas harus berasal dari kalangan diluar BUMN yang bersangkutan yang bebas dengan ketentuan sebagai berikut : 105

a. tidak menjabat sebagai Direksi di perusahaan terafiliasi;

b. tidak bekerja pada Pemerintah termasuk di departemen, lembaga, dan kemiliteran dalam kurun waktu tiga tahun terakhir;

c. tidak bekerja di BUMN yang bersangkutan atau terafiliasinya dalam kurun waktu tiga tahun terakhir;

d. tidak mempunyai keterkaitan finansial, baik langsung maupun tidak langsung dengan BUMN yang bersangkutan atau perusahaan yang menyediakan jasa dan produk kepada BUMN yang bersangkutan dan afiliasinya;

e. bebas dari kepentingan aktifitas bisnis atau hubungan lainnya yang dapat menghalangi atau mengganggu kemampuan Komisaris/Dewan Pengawas yang berasal dari kalangan diluar BUMN yang bersangkutan untuk bertindak atau berfikir secara bebas di lingkup BUMN.

Selain diatur dalam peraturan perundang-undangan, keberadaan Komisaris Independen juga telah diatur dalam Peraturan Bursa Efek Jakarta

105

Pasal 10 ayat (2) Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-117/M-MBU/2002 Tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance pada BUMN


(10)

melalui peraturan BEJ tanggal 1 Juli 2000. Dikemukakan bahwa perusahaan yang listed di Bursa harus mempunyai Komisaris Independen yang secara proporsional sama dengan jumlah saham yang dimiliki pemegang saham yang minoritas. Dalam peraturan ini, persyaratan jumlah minimal Komisaris Independen adalah 30% dari seluruh anggota Dewan Komisaris.

B. Latar Belakang lahirnya Komisaris Independen

Adanya Komisaris Independen tidak terlepas dari keberadaan komisaris (pada umumnya). Komisaris merupakan organ perseroan yang mengawasi kebijaksanaan direksi dalam menjalankan perseroan serta memberikan nasihat kepada direksi. Di Indonesia, dewan komisaris merupakan organ yang bersifat pasif dan tidak dapat menjalankan fungsi pengawasannya secara efektif terhadap direksi. Atau sebaliknya, peran komisaris yang terlalu kuat dalam perusahaan, sehingga sering kali melakukan intervensi terhadap kebijakan direksi. Fenomena ini menjadi masalah pada perusahaan terbatas biasa, namun akan berbeda halnya bila perusahaan tersebut telah go public. Sikap pasif ini atau sikap yang mengintervensi setiap kebijakan yang diambil direksi tersebut pada akhirnya akan dapat merugikan kepentingan pemegang saham minorotas serta para stakeholder lainnya.

Fenomena ini terjadi, karena struktur kepemilikan perusahaan di Indonesia masih sangat terkonsentrasi. Jabatan komisaris diberikan kepada seseorang bukan didasarkan pada kompetensi dan profesionalisme, tetapi sebagai penghormatan atau penghargaan, sehingga loyalitas ditujukan pada pemberi


(11)

jabatan atau jabatan komisaris diberikan kepada pejabat atau mantan pejabat pemerintah yang masih mempunyai pengaruh untuk meningkatkan posisi tawar (bargaining power) perusahaan di kalangan pemerintah.

Dapat dikatakan pemilihan komisaris perusahaan di Indonesia kurang mempertimbangkan integritas serta kompetensi orang tersebut. Independensi dewan komisaris perusahaan-perusahaan Indonesia terhadap direksi atau pemegang saham pengendali patut dipertanyakan. Oleh karena itu, muncul gagasan tentang keberadaan Komisaris Independen.106

Gagasan dasar Komisaris Independen itu sendiri timbul oleh adanya kenyataan bahwa banyak Komisaris hanyalah sebagai ”boneka” dari pemegang saham mayoritas. Komisaris Independen diperlukan untuk mempresentasikan kepentingan pemegang saham minoritas, yang mana melihat keadaan di Indonesia menjadi sesuatu yang mendesak.107

Istilah Komisaris Independen ini sebenarnya sama dengan istilah direktur independen pada negara-negara yang menganut sistem hukum Anglo-Saxon. Perbedaan istilah ini disebabkan adanya 2 sistem hukum perusahaan yang berbeda. Sistem huku m Anglo-Saxon menganut One Tier System yang hanya memiliki satu dewan direksi. Pada sistem inilah dikenal namanya direktur independen sebagai pihak yang mengawasi kinerja dewan direksi. Sedangkan sistem hukum Eropa Kontinental menganut Two Tiers System. Ada dua badan yang terpisah dalam suatu manajemen (dewan direksi). Kedua organ harus dapat independen satu terhadap yang lain. Komisaris harus dapat melakukan fungsi

106

Indra Surya, Ivan Yustiavandana, Op.Cit., hal. 134. 107


(12)

pengawasan yang independen terhadap Direksi, sebaliknya Direksi harus dapat mengelola perusahaan dari hari ke hari secara independen tanpa tekanan yang berlebihan dari Komisaris.108

Komisaris Independen dikenal pada Two Tiers System. Indonesia menganut sistem ini sehingga Indonesia menggunakan istilah Komisaris Independen.109

Keberadaan Komisaris Independen dimaksudkan untuk menciptakan iklim yang lebih objektif dan independen, dan juga menjaga fairness serta mampu memberikan keseimbangan antara kepentingan pemegang saham mayoritas dan perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham minoritas, bahkan kepentingan para stakeholders yang lain.110

C. Kedudukan dan Peran Komisaris Independen

Pada dasarnya semua komisaris bersifat independen, dalam pengertian mereka diharapkan mampu melaksanakan tugas-tugasnya secara independen, semata-mata demi kepentingan perusahaan, dan terlepas dari pengaruh berbagai pihak yang memiliki kepentingan yang dapat berbenturan dengan kepentingan perusahaan.111

108

Indra Surya, Ivan Yustiavandana, Op.Cit., hal. 135. 109

Ibid. 110

Retno Murdaningsih, Loc.Cit. 111

Ibid.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang secara kondusif dapat memperkuat independensi komisaris antara lain dengan mempertegas kembali fungsi komisaris dan dengan memperkenalkan fungsi dan peran komisaris independen.


(13)

Meskipun masih dalam tahap awal, berbagai perusahaan baik publik maupun BUMN telah mengangkat Komisaris Independen dan mengupayakan agar Komisaris Independen dapat berfungsi sesuai dengan amanah yang diembannya.

Dengan adanya kehadiran Komisaris Independen juga berpengaruh terhadap meningkatnya kapabilitas Dewan Komisaris secara keseluruhan sehingga efektivitas kerja mereka dapat menjadi lebih optimal.112

112

Antonius Alijoyo & Subarto Zaini, Op.Cit., hal. 51

Dewan Komisaris di dalam menjalankan fungsi pengawasannya dapat membentuk komite-komite, antara lain Komite Audit, Komite Nominasi, Komite Remunerisasi dan juga Komite Asuransi dan Risiko, guna menunjang pelaksanaan tugasnya. Berkaitan dengan hal ini Keputusan Menteri BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Good Corporate Governance pada BUMN, Peraturan BEJ No.I-A tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek bersifat ekuisitas di Bursa dan juga Pedoman Good Corporate Governance oleh Komite Nasional Kebijakan Good Corporate Governance (KNKGC) telah mengatur peran khusus dari Komisaris Independen yaitu sebagai ketua atau pimpinan Komite Audit.

Keberadaan Komite Audit diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas dan efektivitas Dewan Komisaris secara signifikan, terutama dalam penanganan hal-hal yang terkait dengan sistem kendali internal, manajemen risiko, pengungkapan laporan keuangan perusahaan serta praktik-praktik Good Corporate Governance secara keseluruhan.


(14)

Dengan adanya peran Komisaris Independen sebagai ketua Komite Audit memungkinkan Komite tersebut melaksanakan fungsinya secara independen dan dengan otoritas yang memadai. Melalui Komite Audit, Komisaris Independen dapat berperan efektif untuk secara independen melihat pada dini adanya potensi penyimpangan ataupun fraud. Berdasarkan hasil kerja Komite Audit, Komisaris Independen segera mengambil langkah-langkah pencegahan atau perbaikan, tentu saja tetap dalam kerangka Komisaris. Dengan dijalankannya peran tersebut, maka Komisaris Independen telah berfungsi efektif dalam melindungi perusahaan dari risiko sekaligus melindungi Komisaris dari potensi tuntutan hukum karena kegagalan dalam melaksanakan kewajibannya. Kebijakan dan kepiawaian seorang Komisaris Independen dalam memberdayakan Komite Audit yang dipimpinnya akan menjadi penentu apakah mereka mampu atau tidak menjadi motor penggerak dalam membangun Dewan Komisaris yang efektif bagi perusahaan.

Salah satu peran penting Komisaris Independen yang dapat memberi nilai tambah bagi Komisaris secara keseluruhan adalah kecakapannya dalam kepemimpinan baik dalam arti memberi pengaruh secara positif maupun dalam memimpin komite-komite dewan komisaris lainnya.113

Dalam rangka meningkatkan peran serta secara aktif dalam suatu perusahaan, seorang Komisaris Independen harus selalu meningkatkan

113


(15)

kemampuan dan mengembangkan profesionalisme di antaranya dengan memiliki tekad untuk:114

1. Memberikan kontribusi yang bermakna bagi penambahan nilai perusahaan;

2. Mengembangkan karir secara positif demi kemajuan pribadi maupun perseroan secara timbal balik;

3. Mengasah kemampuan serta memperluas pengalaman yang ada untuk kepentingan serta kemajuan perseroan.

Permasalahan yang dapat menghambat peran dan fungsi Komisaris di antaranya:115

1. Adanya pemisahan yang tegas

Direksi dan Komisaris dapat independen satu terhadap yang lain. Komisaris harus dapat melakukan fungsi pengawasan yang independen terhadap Direksi, sebaliknya Direksi harus dapat mengelola perusahaan dari hari ke hari secara independen tanpa tekanan yang berlebihan dari Komisaris. Pemisahan tersebut dapat tercapai dalam hal adanya check and balances yang diperlukan untuk pengelolaan perusahaan yang sehat; 2. Komposisi keanggotaan

Komposisi anggota Komisaris dan Direksi dapat mempengaruhi pengambilan putusan secara cepat, tepat, efektif dan berimbang, karenanya mekanisme penunjukan anggota Komisaris dan Direksi harus dilakukan secara transparan, berdasarkan kriteria-kriteria tertentu,

114

Retno Murdaningsih, Loc.Cit. 115


(16)

sehingga kedua organ tersebut dapat memberikan andil yang cukup besar dalam peningkatan performa perusahaan.

3. Proses nominasi yang tidak transparan

Disamping memenuhi kriteria-kriteria tertentu tersebut, dalam penunjukan anggota Komisaris dan Direksi harus dilakukan melalui proses formal dan transparan. Sehingga nantinya yang terpilih adalah mereka yang telah memenuhi semua kriteria yang diharapkan perusahaan dan bukan karena berdasarkan like or dislike semata;

4. Rendahnya independensi

Dalam menjalankan perusahaan diperlukan adanya independensi atau kemampuan bagi Komisaris untuk menjalankan pengambilan keputusan secara objektif. Ketiadaan independensi dapat memicu terjadinya praktik-praktik yang dapat merugikan perusahaan;

5. Komitmen

Komitmen paling nyata diwujudkan dalam bentuk ketersediaan waktu yang memadai bagi pelaksanaan tugas Komisaris. Banyak pengalaman menunjukkan bahwa seorang Komisaris disuatu perusahaan juga menjabat sebagai komisaris di perusahaan lain atau aktif dalam kegiatan-kegiatan bisnis di luar perusahaan. Hal tersebut mengakibatkan alokasi waktu mereka menjadi tidak optimal dalam menjalankan perannya untuk mengawasi pelaksanaan tugas Direksi;


(17)

6. Tantangan budaya

Masih terdapatnya hubungan yang kurang harmonis diantara anggota Komisaris, maupun dengan anggota Direksi. Hal tersebut tercermin dari masih rendahnya interaksi antar kedua organ tersebut, serta tidak adanya ruang untuk kritik yang membangun.

Kedudukan Komisaris Independen dan Komite Audit yang dimiliki oleh emiten atau perusahaan publik, adalah berkaitan dengan tanggung jawab pengawasan dari dewan komisaris. Oleh sebab itu, keberadaan dari Komisaris Independen yang duduk dalam komite audit, wajib untuk menaati tentang kegiatan dari Komite Audit.116

D. Komisaris Independen dalam kaitannya dengan Good Corporate Governance

Secara teoritis konsep Good Corporate Governance bukan sesuatu yang baru bagi manajemen korporasi, melainkan di Indonesia menjadi fenomena baru dalam tata kelola korporasi semenjak pasca krisis tahun 1997 yang lalu. Krisis yang melanda Indonesia ini tidak terlepas dari pengaruh lemahnya penerapan good corporate governance. Dalam keadaan demikian muncullah kesadaran untuk menyusun suatu struktur, piranti, dan mekanisme tata kelola korporasi yang baik untuk mencapai tujuan dan kepentingan korporasi dan pemegang saham serta stakeholders lainnya.117

116

Badriyah Rifai Amirudin, Loc.Cit. 117


(18)

Istilah good corporate governance dapat juga mencakup segala aturan hukum yang ditujukan untuk memungkinkan suatu perusahaan dapat mempertanggungjawabkan kegiatannya di hadapan pemegang saham dan publik. Selain itu, istilah good corporate governance juga dapat mengacu pada praktik audit dan prinsip-prinsip pembukuan, dan juga dapat mengacu pada keaktifan pemegang saham.118

Komite Cadbury mendefenisikan corporate governance sebagai:119

Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara KEP-117/M-MBU/2002, corporate governance adalah; ”Suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika.”

”Corporate governance adalah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders. Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham, dan sebagainya.”

120

Dari beberapa defenisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa corporate governance itu adalah suatu sistem yang dibangun untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan sehingga tercipta tata hubungan

118

Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi, (Bandung: Books Terrace & Library, 2007), hlm.158.

119

Indra Surya, Ivan Yustiavandana., Op.Cit., hlm. 24-25. 120

Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-117/M-MBU/2002 Tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance Pada BUMN


(19)

yang baik, adil dan transparan di antara berbagai pihak yang terkait dan memiliki kepentingan (stakeholder) dalam perusahaan.

Secara umum, prinsip-prinsip dasar yang harus diterapkan oleh perusahaan dalam rangka GCG adalah:121

1. Transparansi (Transparency), yaitu keterbukaan terhadap proses pengambilan keputusan, dan penyampaian informasi mengenai segala aspek perusahaan terutama yang berkaitan dengan kepentingan stakeholders dan publik secara benar dan tepat waktu.

2. Akuntabilitas (Accountability), yaitu kejelasan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing organ perusahaan yang diangkat setelah melalui fit and proper test, sehingga pengelolaan perusahaan dapat dilaksanakan secara efektif dan efesien.

3. Responsibilitas (Responsibility), yaitu perwujudan kewajiban organ perusahaan untuk melaporkan kesesuaian pengelolaan perusahaan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan keberhasilan maupun kegagalannya dalam pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan.

4. Independensi/Kemandirian (Independency), yaitu suatu keadaan, perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun, terutama pemegang saham mayoritas, yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

121

Kunami’s Weblog, Pelaksanaan Good Corporate Governance


(20)

5. Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) yang merupakan forum perkumpulan dari asosiasi-asosiasi bisnis dan profesi menjabarkan prinsip-prinsip dasar GCG dalam bentuk konkrit yang lain, sebagai berikut:122

a. Hak-hak para pemegang saham, yang harus diberi informasi dengan benar dan tepat pada waktunya mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan-perubahan yang mendasar atas perusahaan dan turut memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan;

b. Perlakuan sama terhadap pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam (insider trading);

c. Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerjasama yang aktif antara perusahaan serta para pemegang saham dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja, dam perusahaan yang sehat dari aspek keuangan;

d. Pengungkapan yang akurat dan tepat pada waktunya serta transparansi mengenai semua hal yang penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta para pemegang saham (stakeholder);

122

Johannes Ibrahim, Hukum Organisasi Perusahaan : Pola Kemitraan dan Badan Hukum, (Bandung : PT. Refika Aditama, 2006), hlm. 73.


(21)

e. Tanggung jawab pengurus dalam manajemen, pengawasan manajemen dan pertanggungjawaban kepada perusahaan dan para pemegang saham. FCGI berpendapat bahwa penerapan prinsip-prinsip dasar GCG dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain:123

a. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efesiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders;

b. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak rigid (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value;

c. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia;

d. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan stakeholders value dan deviden. Khusus bagi BUMN akan dapat membantu penerimaan bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara terutama dari hasil privatisasi.

Lemahnya penerapan prinsip Good Corporate Governance di perusahaan-perusahaan Indonesia terutama saat menghadapi krisis perekonomian mengakibatkan sikap apatis kreditor Internasional akan iklim investasi di Indonesia. Untuk mendorong implementasi prinsip-prinsip GCG, muncul suatu ide tentang ”organ tambahan” dalam struktur perseroan. Salah satunya organ tersebut adalah Komisaris Independen.

123 Ibid.


(22)

Komisaris Independen memegang peranan yang sangat penting dalam perusahaan, terutama dalam pelaksanaan Good Corporate Governance. Menurut Egon Zehnder, Dewan Komisaris merupakan inti dari Corporate Governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Pada intinya, Dewan Komisaris merupakan suatu mekanisme mengawasi dan mekanisme untuk memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan. 124 Untuk menjamin pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) diperlukan anggota Dewan Komisaris yang memiliki integritas, kemampuan, tidak cacat hukum dan independen serta tidak memiliki hubungan bisnis ataupun hubungan lainnya dengan pemegang saham mayoritas dan Dewan Direksi baik secara langsung maupun tidak langsung.125

Dalam mengelola perusahaan menurut kaedah umum GCG, peran Komisaris Independen berfungsi untuk mengawasi jalannya perusahaan dengan

Tantangan yang mendasar dalam reformasi Good Corporate Governance ini adalah rendahnya independensi komisaris. Independensi merupakan persoalan penting dalam penerapan Good Corporate Governance. Hilangnya Independensi Komisaris dalam proses pengambilan keputusan bisnis akan menghilangkan objektivitasnya dalam mengambil keputusan tersebut. Kejadian ini akan sangat fatal bila ternyata harus mengorbankan kepentingan perusahaan yang seharusnya mendapat prioritas utama.

124

Retno Murdaningsih, Loc.Cit. 125

Forum for Corporate Governance in Indonesia, Seri Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) Jilid II; Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance, Op.Cit., hlm.5.


(23)

memastikan bahwa perusahaan tersebut telah melakukan praktek transparansi, kemandirian, akuntabilitas, dan kewajaran.126

Fungsi dan peran Komisaris Independen dalam meningkatkan prinsip-prinsip GCG tergambar dalam misi Komisaris Independen. Adapun misi Komisaris Independen adalah mendorong dan menempatkan kesetaraan (fairness) di antara berbagai kepentingan termasuk kepentingan perusahaan dan kepentingan stakeholder sebagai prinsip utama dalam pengambilan keputusan oleh Dewan Komisaris.127

126

Retno Murdaningsih, Loc.Cit. 127

Task Force Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance, Op.Cit., Bab III Angka 1


(24)

BAB IV

KEDUDUKAN DAN TANGGUNG JAWAB KOMISARIS INDEPENDEN

PADA PT. CENTRAL PROTEINAPRIMA TBK

A. Gambaran Umum PT. Central Proteinaprima Tbk.

PT Central Proteinaprima, tbk berdiri pada tanggal 04 April 1980, dengan nomor NPWP 01.002.946.0.054.000, dan memiliki kantor pusat di Wisma GKBI, 19th Floor Jl. Jend. Sudirman No. 28 Jakarta 10210, dengan pabrik pakan ternak di Semarang. Perusahaan ini bergerak di bidang aqua-cultur (perikanan). PT. Central Proteinaprima, tbk mulanya menjalankan usaha di bidang akua-kultur komersil dan produksi produk unggas. Perkembangan selanjutnya, Central Proteinaprima melepaskan aset-aset produksi unggasnya untuk memusatkan perhatian pada kegiatan peternakan dan pengolahan udang yang terintegrasi secara vertikal. PT. Central Proteinaprima, tbk memproduksi produk udang beku (mentah maupun olahan), pakan udang, pakan ikan, benur udang dan probiotik. Dalam hal ini, PT. Central Proteinaprima, tbk merupakan produsen dan pengolah udang terbesar di dunia, sekaligus merupakan pengendali pasar bibit udang, pakan udang dan pakan ikan, yang ditopang oleh tim pengelola yang stabil dan berpengalaman, strategi bisnis yang sehat dan operasi berperingkat terbaik dalam rangka mengoptimalkan efisiensi dan teknik produksi dalam industri.

Pemilihan Indonesia sebagai pusat usahanya, memberikan CP Prima kondisi yang ideal bagi kegiatan akua-kultur. Iklim ekuator, ketersediaan lahan


(25)

pantai yang luas, air bersih yang melimpah, serta tenaga kerja yang bersaing merupakan syarat keberhasilan usaha. Variasi musim yang tidak terlalu draktis memungkinkan perseroan untuk menebar benur dan memanen udang sepanjang tahun.

Dalam hal perdagangan saham, status perusahaan ini ialah salah satu company listing di Bursa Efek Jakarta. Adapun harga perdana saham PT Central Proteinaprima, tbk ini ialah Rp. 110,-, dengan modal dasar sebesar Rp. 2,600,000,000,000,- dan dengan modal disetor sebesar Rp. 2,237,210,658,400,-

Visi dari PT. Central Proteinaprima, tbk ini ialah menjadi perusahaan akua-kultur terbesar dan terdepan, yang terintegrasi secara vertikal terbesar di dunia. Sedangkan, misi PT. Central Proteinaprima, tbk adalah untuk terus menerus meningkatkan kekuatan di bidang akua-kultur dan mengutamakan efisiensi melalui sistem manajemen yang inovatif, serta teknologi terkini dalam rangka memastikan kesuksesan para petambak serta memberikan rangkaian produk yang berkualitas. Secara konsisten perusahaan tersebut mengevaluasi kinerja Perseroan dan kontribusi di bidang sosial, selain juga menetapkan praktik yang ramah lingkungan di seluruh proses operasional.

Saat ini, tim Manajemen PT Central Proteinaprima, tbk terdiri dari dewan komisaris dan dewan direksi. Dalam dewan komisaris, ada Hardian Purawimala Widjonarko sebagai komisaris utama, Franciscus Affandy sebagai wakil komisaris utama dan Djoko Muhammad Basoeki sebagai komisaris Independen. Sedangkan, dalam dewan direksi, ada Erwin Sutanto, yang menjabat sebagai presiden direktur, Mahar Atanta Sembiring sebagai wakil presiden direktur serta


(26)

Mrt. Jimmy Joeng, Achmad Wahyudi, Gunawan Taslim dan Isman Haryanto di posisi direktur.

Struktur Organisasi / Manajemen :

Jabatan Nama Tanggal Menjabat

Komisaris Utama Hardian Purawimala Widjonarko 28 Mei 2009 Wakil Komisaris Utama Franciscus Affandy 28 Mei 2009 Komisaris Independen Djoko Muhammad Basoeki 28 Mei 2009

Direktur Utama Erwin Sutanto 28 Mei 2009

Wakil Direktur Utama Mahar Atanta Sembiring 28 Mei 2009

Direktur Achmad Wahyudi 28 Mei 2009

Direktur Gunawan Taslim 28 Mei 2009

Direktur Isman Haryanto 28 Mei 2009

Direktur Mrt. Jimmy Joeng 28 Mei 2009

Komite Audit(anggota) Suroso 28 Mei 2009

Komite Audit(anggota) Hendra Nur Salman 28 Mei 2009 Corporate Secretary Albert Sebatian 28 Mei 2009 Sumber : Annual Report (Laporan Tahunan) PT. CP Prima tbk 2009

Hingga tahun 2008, PT Central Proteinaprima, tbk menerapkan persyaratan keamanan produksi pangan, antara lain ISO 9001:2000, ISO 22000, HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point), HACCP USDC, British Retailers Consortium Issue 4, FDA (Food and Drug Administration), GMP (Good Manufacturing Practices) dan IFT (International Food Technology).


(27)

B. Kedudukan Komisaris Independen dalam kaitannya dengan organ-organ perseroan lainnya pada PT. Central Proteinaprima Tbk.

Secara formal, good corporate hanya ditujukan bagi perusahaan yang statusnya merupakan perusahaan publik, khususnya emiten yang telah menyerap dana dari masyarakat dan memiliki saham publik yang sifatnya minoritas dan independen. Secara sederhana dapat digambarkan sebagai bentuk dari pelaksanaan tanggung jawab antara perusahaan sebagai badan hukum, direksi dan komisaris sebagai pengurus dan pengawas dengan para pemegang saham. Caranya dengan menjalankan ketentuan Anggaran Dasar (AD) dalam rangkaian kewajiban untuk transparansi, bertanggung jawab, adil, dan akuntabilitas. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka pelaksanan prinsip good corporate governance, maka dunia usaha sekarang ini memerlukan Komisaris Independen yang duduk dalam jajaran pengurus perseroan. Perkembangan ini patut mendapat pujian karena memperlihatkan adanya kesadaran untuk menata ulang keberadaan dan kegiatan usahanya secara baik. Diharapkan kehadiran Komisaris Independen tidak hanya sekedar simbol atau hiasan belaka. Hal ini dikemukakan karena pada prakteknya, tidak jarang Komisaris Independen hanya diperlukan sebagai suatu shock terapy bagi orang-orang yang bermaksud tidak baik terhadap perseroan.128

128


(28)

Untuk lebih memantapkan efektifitas Komisaris Independen, jumlah Komisaris Independen dalam satu perusahaan ditetapkan paling sedikit 30% dari jumlah seluruh komisaris atau paling sedikit 1 (satu) orang.129

1. Komisaris Utama : Hardian Purawimala Widjonarko

Di dalam Anggaran Dasar PT. Central Proteinaprima tbk. disebutkan bahwa adanya kewajiban mempunyai sekurang-kurangnya satu orang Komisaris Independen, yang berasal dari kalangan luar perusahaan, tidak mempunyai hubungan afiliasi maupun hubungan bisnis dengan perusahaan atau perusahaan lainnya. Adapun susunan Dewan Komisaris PT.Central Proteinaprima tbk. saat ini yaitu :

2. Wakil Komisaris Utama : Franciscus Affandy

3. Komisaris Independen : Djoko Muhammad Basoeki

Pasal 14 ayat (3) Anggaran Dasar PT. Central Proteinaprima tbk. menyebutkan bahwa yang dapat diangkat menjadi anggota Komisaris adalah orang perseorangan yang mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau tidak pernah menjadi anggota Direksi atau Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit, atau orang yang pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatannya, satu dan lain dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada ayat (4) nya dijelaskan bahwa antara para anggota Komisaris dan antara anggota Direksi tidak boleh ada hubungan keluarga sedarah

129


(29)

sampai dengan derajat ketiga baik menurut garis lurus, maupun garis kesamping atau hubungan semenda (menantu atau ipar).

Untuk memastikan Komisaris Independen dapat menjalankan tugasnya secara independen, Komisaris Independen harus memenuhi kriteria formal sebagai berikut :130

1. Mampu melakukan perbuatan hukum;

2. Tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota Direksi atau Dewan Komisaris yang bersalah menyebabkan perusahaan dinyatakan pailit; 3. Tidak pernah dipidana karena merugikan keuangan negara;

4. Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan pemegang saham pengendali perusahaan yang bersangkutan;

5. Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan Direktur dan/atau Komisaris lainnya pada perusahaan yang bersangkutan;

6. Tidak bekerja rangkap sebagai Direktur di perusahaan lainnya yang terafiliasi dengan perusahaan yang bersangkutan;

7. Tidak menduduki jabatan eksekutif atau mempunyai hubungan bisnis dengan perusahaan yang bersangkutan dan perusahaan-perusahaan lainnya yang terafiliasi dalam jangka waktu 3 tahun terakhir;

8. Tidak menjadi partner atau principal di perusahaan konsultan yang memberikan jasa pelayanan profesional pada perusahaan dan perusahaan-perusahaan lainnya yang terafiliasi;

9. Tidak menjadi pemasok dan pelanggan signifikan atau menduduki jabatan eksekutif dan Dewan Komisaris perusahaan pemasok dan pelanggan signifikan dari perusahaan yang bersangkutan atau perusahaan-perusahaan lainnya yang terafiliasi;

10.Bebas dari segala kepentingan dan kegiatan bisnis atau hubungan yang lain yang dapat diinterpretasikan akan menghalangi atau mengurangi kemampuan Komisaris Independen untuk bertindak dan berpikir independen demi kepentingan perusahaan;

11.Memahami peraturan perundang-undangan PT, UU Pasar Modal dan UU serta peraturan-peraturan lain yang terkait.

Pada prinsipnya tugas Dewan Komisaris adalah melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan dan jalannya pengurusan serta memberi nasihat kepada Direksi. Dengan demikian fokus tugas Dewan Komisaris, termasuk

130


(30)

Komisaris Independen adalah mengawasi pengurusan yang ditugaskan dan dijalankan oleh Direksi. Satu hal yang harus ditekankan adalah meskipun tugas Dewan Komisaris mengawasi bukan berarti kedudukan Dewan Komisaris secara hierarki berada di atas Direksi. Kedudukan kedua organ ini sejajar, dengan fungsi yang berbeda. Pemahaman ini penting ditanamkan agar tidak terjadi duplikasi fungsi, misalnya seperti Direksi Bayangan, dimana Dewan Komisaris berperan sebagai Direksi dan terlibat dalam pengurusan perseroan.131

1. Komite Audit memastikan terselenggaranya efektifitas dari pengendalian intern, pelaksanaan tugas eksternal auditor dan internal auditor.

Dalam menjalankan tugasnya Dewan Komisaris dapat membentuk berbagai komite yang membantu fungsi Dewan Komisaris agar berjalan secara lebih efektif, antara lain :

2. Komite Nominasi yang menyusun kriteria seleksi dan prosedur nominasi anggota Komisaris dan Direksi dan eksektutif lainnya, merancang sistem penilaian, dan memberikan rekomendasi tentang jumlah direksi dan komisaris.

3. Komite Remunerasi yang menetapkan arahan dalam penyusunan sistem penggajian dan pemberian tunjangan serta rekomendasi atas penilaian sistem remunerasi, pemberian saham, sistem pensiun dan kompensasi dalam kasus pengurangan pegawai.

4. Komite Asuransi dan Resiko Usaha yang melakukan penilaian berkala dan pemberian rekomendasi resiko usaha dan jenis serta jumlah asuransi.

131

Desember 2009.


(31)

Pasal 15 ayat (5) Anggaran Dasar PT. Central Proteinaprima tbk. menyebutkan bahwa Komisaris berhak meminta penjelasan tentang segala hal mengenai Perseroan kepada Direksi dan/atau membentuk Komite Audit dalam melaksanakan tugasnya atas beban perseroan.

Perseroan telah membentuk Komite Audit untuk membantu dewan komisaris dalam mengevaluasi, memantau serta memastikan bahwa pelaksanaan audit internal maupun eksternal terhadap perseroan dijalankan sesuai rencana dan menganut standar acuan terbaik. Pada tahun 2009, Komite Audit PT. Central Proteinaprima tbk telah melakukan rapat sebanyak 12 kali dan dihadiri oleh seluruh anggota komite audit, antara lain untuk membahas tujuan dan strategi audit bersama auditor internal maupun eksternal, serta untuk memastikan bahwa penunjukan dan pekerjaan auditor eksternal tidak mengandung kemungkinan benturan kepentingan terhadap tujuan audit.132

Dewan Komisaris memiliki 2 wewenang yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yaitu wewenang preventif dan wewenang represif. Sebagaimana diatur dalam Pasal 117 ayat (1) UUPT bahwa di dalam Anggaran Dasar perseroan dapat ditetapkan kewenangan Dewan Komisaris untuk memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi

Sampai dengan akhir Desember 2009, komposisi Komite Audit PT. Central Proteinaprima tbk., sebagai berikut :

Ketua : Djoko Muhammad Basoeki (Komisaris Independen) Anggota : Drs. Suroso, Ak.

Anggota : Hendra Nur Salman, SE, MM

132

Hasil wawancara dengan Staf Legal (Lydia,SH.) di PT. Central Proteinaprima Tbk., pada tanggal 8 Desember 2009.


(32)

dalam melakukan perbuatan hukum tertentu. Pasal ini merupakan kewenangan preventif Dewan Komisaris. Begitu pula pasal 102 UUPT yang mengatur kewenangan preventif RUPS untuk memberikan persertujuan mengalihkan kekayaan perseroan atau menjadikan utang kekayaan perseroan. Namun demikian perlu ditekankan bahwa dalam kedua pasal tersebut Direksi berhak menjalankan keputusannya tanpa persetujuan atau bahkan ditolak oleh Dewan Komisaris, dengan konsekuensi bahwa seluruh akibat yang terjadi dengan diambilnya keputusan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Direksi secara pribadi, atau disebut juga tanggung renteng, sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 97 ayat (3) dan (4).

Kewenangan Dewan Komisaris yang bersifat represif diatur dalam Pasal 106 ayat (1) UUPT yang menyebutkan bahwa anggota Direksi dapat diberhentikan untuk sementara oleh Dewan Komisaris dengan menyebutkan alasannya.

Pasal 11 ayat (10) Anggaran Dasar PT. Central Proteinaprima tbk. juga menyebutkan bahwa anggota Direksi sewaktu-waktu dapat diberhentikan untuk sementara waktu oleh Komisaris dengan menyebutkan alasannya.

Pasal 15 ayat (7) huruf a Anggaran Dasar PT. Central Proteinaprima tbk. menyebutkan bahwa sesuai dengan pasal 11 ayat (10), Rapat Komisaris setiap waktu berhak memutuskan untuk memberhentikan untuk sementara waktu seorang atau lebih anggota Direksi jika anggota Direksi tersebut bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar, merugikan Perseroan, melalaikan kewajibannya dan/atau melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(33)

Pasal 15 ayat (7) huruf b Anggaran Dasar PT. Central Proteinaprima tbk. menyebutkan bahwa pemberhentian sementara itu harus diberitahukan secara tertulis kepada direksi yang bersangkutan dengan disertai alasannya. Komisaris diwajibkan untuk mengadakan RUPS untuk memutuskan apakah anggota direksi yang bersangkutan akan diberhentikan seterusnya atau dikembalikan kepada kedudukannya semula, sedangkan anggota direksi yang diberhentikan sementara itu diberikan kesempatan untuk hadir guna membela diri terhadap tuduhan-tuduhan atas dirinya.

Fungsi pengawasan yang dilakukan oleh Komisaris Independen haruslah benar-benar independen, artinya bahwa pengawasan dilakukan dengan memperhatikan perlindungan kepentingan pemegang saham independen (minoritas) dari dominasi kepentingan pemegang saham mayoritas. Di samping itu, fungsi pengawasan juga memperhatikan ada tidaknya terjadi masalah benturan kepentingan dalam transaksi yang dilakukan oleh pihak Direksi karena pada praktiknya, banyak direktur yang tidak melaksanakan fiduciary duty yang diembannya dengan optimal. Bahkan beberapa di antara mereka menggunakan perusahaan untuk mencari keuntungan pribadi.

Hal ini terjadi karena pada umumnya Direksi adalah salah satu pemegang saham mayoritas ataupun afiliasi dari pemegang saham mayoritas ataupun komisaris, dimana Direksi kerap memanfaatkan perusahaan yang dipimpinnya untuk memperoleh keuntungan ekonomis pribadi yang berseberangan dengan kepentingan ekonomis perusahaan.133

133


(34)

Dengan jalannya fungsi pengawasan Komisaris Independen, maka masing-masing organ perusahaan dapat menghindari terjadi adanya dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara objektif. Sehingga, prinsip Independensi (Independency) dapat terlaksana dengan baik.134

Tugas Komisaris Independen dalam memastikan prinsip-prinsip dan praktek Good Corporate Governance dipatuhi dan diterapkan dengan baik, antara lain :

Kemudian dalam hal perlindungan terhadap pemegang saham minoritas, Komisaris Independen dalam hal ini melakukan pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan direksi dalam pengelolaan perusahaan dimana perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada pemegang kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan perusahaan. Sehingga, prinsip kewajaran dan kesetaraan (fairness) dapat terlaksana dengan baik.

135

a. Menjamin transparansi dan keterbukaan laporan keuangan perusahaan. b. Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritas dan stakeholder

yang lain.

c. Diungkapkannya transaksi yang mengandung benturan kepentingan secara wajar dan adil.

d. Kepatuhan perusahaan pada perundangan dan peraturan yang berlaku. e. Menjamin akuntabilitas organ perseroan.

134

Hasil wawancara dengan Staf Legal (Lydia,SH.) di PT. Central Proteinaprima Tbk., pada tanggal 8 Desember 2009.

135

Task Force Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance, Op.Cit., Bab IV angka 3


(35)

C. Tanggung Jawab Komisaris Independen dalam mewujudkan Good Corporate Governance pada PT. Central Proteinaprima Tbk.

Hingga saat ini belum ada Undang-Undang yang mengatur tentang status dan tanggung jawab hukum komisaris independen. Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mengatur mengenai komisaris independen hanya sebatas pengertian saja yakni dalam Penjelasan Pasal 120 ayat (2) yang menyatakan bahwa Komisaris Independen yang ada di dalam pedoman Tata Kelola Perseroan yang baik (code of good corporate governance) adalah ”komisaris dari pihak luar”. Perlu diketahui bahwa keberadaan organ tambahan tersebut yakni Komisaris Independen memiliki fungsi dan tanggung jawab yang berkaitan dengan pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance.

Dalam memaksimalkan fungsi pengawasannya, Komisaris Independen memiliki tanggung jawab pokok untuk mendorong diterapkannya prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) di dalam perusahaan melalui pemberdayaan Dewan Komisaris agar dapat melakukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi secara efektif dan lebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan.136

Dalam upaya untuk melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik, maka Komisaris Independen harus secara proaktif mengupayakan agar Dewan

136

Task Force Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance, Op.Cit., Bab IV angka 1


(36)

Komisaris melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi yang terkait dengan, namun tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut : 137

a. Good Corporate Governance dipatuhi dan diterapkan dengan memastikan bahwa perusahaan memiliki strategi bisnis yang efektif, termasuk di dalamnya memantau jadwal, anggaran dan efektifitas strategi tersebut; b. Memastikan bahwa perusahaan mengangkat eksekutif dan

manajer-manajer profesional;

c. Memastikan bahwa perusahaan memiliki informasi, sistem pengendalian, dan sistem audit yang bekerja dengan baik;

d. Memastikan bahwa perusahaan mematuhi hukum dan perundangan yang berlaku maupun nilai-nilai yang ditetapkan perusahaan dalam menjalankan operasinya;

e. Memastikan risiko dan potensi krisis selalu dididentifikasikan dan dikelola dengan baik;

f. Memastikan prinsip-prinsip dan praktik Good Corporate Governance dipatuhi dan diterapkan dengan baik.

Segenap tugas dan tanggung jawab pokok Dewan Komisaris secara umum ditetapkan secara menyeluruh dalam Pasal 15 ayat (1) Anggaran Dasar PT. Central Proteinaprima Tbk., diantaranya adalah :

a. Melakukan pengawasan atas jalannya pengurusan Perseroan oleh Direksi serta memberikan nasihat kepada Direksi;

137 Ibid.


(37)

b. Melakukan tugas yang secara khusus diberikan kepadanya menurut Anggaran Dasar, Peraturan perundang-undangan yang berlaku dan/atau berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham;

c. Meneliti dan menelaah laporan tahunan yang dipersiapkan oleh Direksi serta menandatangani laporan tahunan tersebut.

Undang-Undang Perseroan Terbatas menegaskan bahwa Komisaris adalah organ perusahaan dan karenanya Komisaris harus bekerja untuk kepentingan perusahaan sebagai badan hukum, bukan untuk kepentingan pemegang saham. Demikian juga disebutkan dalam Pasal 15 ayat (2) Anggaran Dasar PT. Central Proteinaprima Tbk. bahwa dalam melaksanakan tugasnya, Komisaris bertindak untuk kepentingan Perseroan dan bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham tersebut.

Dalam Anggaran Dasar PT. Central Proteinaprima Tbk. juga disebutkan bahwa sehubungan dengan tugas Komisaris sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 15 ayat (1), maka Komisaris berkewajiban :

a. Mengawasi pelaksanaan rencana kerja dan anggaran Perseroan serta menyampaikan hasil penilaian dan pendapatnya kepada Rapat Umum Pemegang Saham;

b. Mengikuti perkembangan kegiatan Perseroan dan dalam hal Perseroan menunjukkan gejala kemunduran, segera melaporkan kepada Rapat Umum Pemegang Saham dengan disertai saran mengenai langkah perbaikan yang harus ditempuh;


(38)

c. Mengusulkan kepada Rapat Umum Pemegang Saham penunjukan Akuntan Publik yang akan melakukan pemeriksaan atas buku-buku Perseroan;

d. Melakukan tugas pengawasan lainnya yang ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham;

e. Memberikan tanggapan atas laporan berkala Direksi serta pada setiap waktu diperlukan mengenai perkembangan Perseroan;

f. Memberikan pendapat dan saran kepada Rapat Umum Pemegang Saham mengenai setiap persoalan lainnya yang dianggap penting dalam pengelolaan Perseroan.

Sebagai bagian dari Dewan Komisaris, Komisaris Independen diharapkan dapat memperkuat fungsi dewan komisaris tersebut. Tanggung jawab Komisaris Independen seyogyanya sama dengan tanggung jawab komisaris lainnya sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas dan Anggaran Dasar PT. Central Proteinaprima Tbk. Dalam hal ini dapat dirumuskan bahwa yang membedakan Komisaris Independen dengan Komisaris pada umumnya adalah bahwa Komisaris Independen menurut Penjelasan Pasal 120 ayat (2) UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah berasal dari kalangan luar perusahaan BUMN dimana Komisaris Independen adalah dalam kedudukannya independen (tidak terafiliasi dengan pihak manapun) sehingga persyaratan untuk menjadi Komisaris dan Komisaris Independen memiliki perbedaan. Sedangkan mengenai tanggung jawabnya sama dengan komisaris pada umumnya, hanya saja pertanggungjawaban Komisaris Independen didasarkan dan dinilai atas


(39)

pelaksanaan prinsip-prinsip GCG dimana Komisaris Independen sendiri adalah lahir atas perintah dari GCG.138

Sebagaimana telah dibahas bahwa Komisaris berlaku prinsip tanggung jawab secara kolegial (majelis), yang berarti seorang anggota komisaris tidak dapat bertindak sendiri terlepas dari anggota lainnya. Komisaris harus selalu bertindak bersama-sama (majelis). Sistem ini tidak berlaku bagi direksi dalam Salah satu doktrin yang cukup penting dalam pengembangan tanggung jawab dan kriteria Komisaris Independen adalah doktrin ”fiduciary duty”. Doktrin ini banyak dikembangkan dalam sistem huku m anglo-saxon, terutama menyangkut hubungan antara manajemen (agent) dengan pemegang saham (owner).

Undang-undang mengisyaratkan bahwa fiduciary duty bukan hanya untuk direksi, tetapi juga untuk organ-organ perseroan yang lain, seperti komisaris atau pada pemegang saham. Prinsip fiduciary duty pada dewan komisaris dapat dilihat dalam Pasal 114 ayat (1) UU PT yang menyatakan komisaris wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan. Perbedaannya dengan Direksi dalam kerangka Undang-Undang Perseroan Terbatas adalah bahwa terhadap Direksi, tanggung jawab hukum dapat bersifat pribadi atau bersama-sama, dikenal dengan istilah ”joint and several”. Sementara Komisaris, tanggung jawabnya selalu bersama-sama secara keseluruhan atau dikenal dengan istilah kolegial atau majelis.

138

Hasil wawancara dengan Staf Legal (Lydia,SH.) di PT. Central Proteinaprima Tbk., pada tanggal 8 Desember 2009.


(40)

perusahaan. Dengan demikian, sejauh perbuatan tersebut dilakukan secara majelis, maka tanggung jawab hukum ditanggung secara bersama-sama (renteng). Dalam hal ini perlu dikaji lebih jauh mengenai kemungkinan Komisaris Independen bertindak seorang diri sesuai dengan tugas yang diembannya.

Terhadap pertanggungjawaban renteng sesama anggota Dewan Komisaris, berlaku ketentuan :139

a. Pasal 69 ayat (4) UUPT menyatakan bahwa anggota direksi dan anggota dewan komisaris dibebaskan dari tanggung jawab sebagai akibat laporan keuangan yang disediakan ternyata tidak benar dan/atau menyesatkan apabila terbukti bahwa keadaan tersebut bukan karena kesalahannya; b. Pasal 114 ayat (5) UUPT menyatakan bahwa anggota Dewan Komisaris

tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian perseroan apabila dapat membuktikan :

1. Telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;

2. Tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan Direksi yang mengakibatkan kerugian; dan

3. Telah memberikan nasihat kepada Direksi untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.

139

Gunawan Widjaja, Risiko Hukum Sebagai Direksi, Komisaris dan pemilik PT, Op. Cit., hlm. 93


(41)

c. Pasal 115 ayat (3) UUPT yang menyatakan bahwa anggota Dewan Komisaris tidak dapat diminta pertanggungjawaban atas kepailitan Perseroan apabila dapat membuktikan :

1. Kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;

2. Telah melakukan tugas pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;

3. Tidak mempunyai kepentingan pribadi, baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan oleh Direksi yang mengakibatkan kepailitan; dan

4. Telah memberikan nasihat kepada Direksi untuk mencegah terjadinya kepailitan.

Hal-hal yang dikemukakan dalam pasal-pasal tersebut di atas menunjukkan bahwa setiap anggota dewan komisaris dapat keluar dari pertanggungjawaban pribadi yang kolegial, dalam bentuk tanggung renteng, manakala yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa dalam melakukan pengawasan terhadap perseroan telah memiliki itikad baik, dengan penuh kehati-hatian, tidak telah lalai, tidak salah, atau berbuat curang atau melakukan perbuatan melawan hukum atau telah mengambil tindakan pencegahan, telah memberikan nasihat atau masukan dalam hal atau terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan kerugian bagi PT. Central Proteinaprima tbk.140

140

Hasil wawancara dengan Staf Legal (Lydia,SH.) di PT. Central Proteinaprima Tbk., pada tanggal 8 Desember 2009.


(42)

Menurut Mariam Darus Badrulzaman :141

Secara khusus Komisaris Independen memikul tanggung jawab untuk mendorong secara proaktif agar dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengawas dan penasehat direksi, komisaris dapat memastikan perusahaan memiliki strategi bisnis yang efektif, memastikan perusahaan memiliki eksekutif dan manajer yang profesional, memastikan perusahaan memiliki informasi, sistem pengendalian, dan sistem audit yang bekerja dengan baik, memastikan perusahaan mematuhi hukum dan perundangan yang berlaku maupun nilai-nilai yang ditetapkan perusahaan dalam menjalankan operasinya, memastikan risiko, dan potensi krisis selalu dikelola dengan baik, serta memastikan prinsip-prinsip dan praktik good corporate governance dipatuhi dan diterapkan dengan baik.

”Pada dasarnya status dan tanggung jawab serta hak-hak Komisaris Independen tidak perlu dibedakan dari komisaris lainnya. Namun, karakter komisaris Independen berbeda dengan komisaris, karena kriteria komisaris Independen adalah mereka yang berasal dari kalangan luar perseroan. Dari kriteria ini, tersirat suatu kebutuhan bahwa komisaris itu adalah profesional yang harus memiliki kesadaran antara lain mereka wajib mengacu kepada kepentingan perseroan dan tidak hanya kepentingan pemegang saham yang berhak mengangkat dan memberhentikan mereka.”

142

Doktrin Piercing the Corporate Veil atau menyingkap tabir perusahaan juga berlaku bagi Komisaris. Dalam hal-hal tertentu, Komisaris secara pribadi juga dapat diminta tanggung jawabnya atas kegiatan yang dilakukan perusahaan. Namun dibandingkan dengan Direksi, pengaruh doktrin ini tidaklah besar bagi Komisaris. Hal tersebut berkaitan dengan kedudukan maupun wewenang

141

Antonius Alijoyo & Subarto Zaini, Op.Cit., hal.122 142

Subarto Zaini, Komisaris Independen, diakses pada tanggal 2 Februari 2010.


(43)

Komisaris dalam perusahaan hanyalah sebatas pihak pengawas, sedangkan Direksi bertanggung jawab untuk mewakili perusahaan di depan hukum. Piercing the Corporate Veil bagi Komisaris dapat terkait dengan hal-hal berikut :

1. Kegagalan Komisaris menjalankan fiduciary duty; dan 2. Ketidakbenaran laporan tahunan.

Apabila Komisaris bersalah (sengaja) atau lalai dalam menjalankan fiduciary duty yakni dengan itikad baik dan bertanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan perusahaan, maka Komisaris harus bertanggung jawab secara hukum. Apabila Komisaris sudah dianggap bersalah, seluruh anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab.

Evaluasi kinerja Komisaris Independen dilakukan setiap tahun melalui ”self-assesment” didukung dengan evaluasi oleh komisaris utama dan anggota komisaris lainnya serta oleh direksi perusahaan. Hasil evaluasi kinerja Komisaris Independen dikomunikasikan kepada Komisaris Independen oleh komisaris utama PT. Central Proteinaprima, tbk. Kemudian, evaluasi tersebut diserahkan kepada RUPS sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban komisaris independen akan tugas-tugas yang diembannya.143

Dalam hal Komisaris Independen tidak dapat menjalankan tugasnya secara efektif karena tidak lagi memenuhi kriteria formal ataupun kompetensi pribadi, maka tanpa menunggu hasil evaluasi kinerja Komisaris Independen, Dewan Komisaris dapat mengusulkan kepada RUPS untuk memberhentikan Komisaris Independen yang bersangkutan.

143

Hasil wawancara dengan Staf Legal (Lydia,SH.) di PT. Central Proteinaprima Tbk., pada tanggal 8 Desember 2009.


(44)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Kedudukan Komisaris Independen pada prinsipnya sama dengan anggota Dewan Komisaris lainnya, yakni sebagai badan pengawas dan pemberi nasihat kepada direksi, yang membedakannya adalah bahwa Komisaris Independen menurut Penjelasan Pasal 120 ayat (2) UUPT adalah berasal dari kalangan luar perusahaan, tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris lainnya.

2. Komisaris Independen memiliki tanggung jawab untuk mendorong diterapkannya prinsip Good Corporate Governance di dalam perusahaan melalui pemberdayaan Dewan Komisaris agar dapat melakukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi secara efektif yakni dengan memastikan perusahaan memiliki strategi bisnis, memastikan perusahaan mengangkat eksekutif dan manajer yang professional, memastikan perusahaan memiliki informasi, sistem pengendalian, dan sistem audit yang bekerja dengan baik, memastikan perusahaan mematuhi hukum dan perundangan yang berlaku, serta memastikan prinsip-prinsip Good Corporate Governance terlaksana dengan baik.


(45)

B. Saran

1. Pengaturan Komisaris Independen di Indonesia saat ini masih terbatas, padahal kehadiran Komisaris Independen sangat penting di dalam perusahaan dalam upaya memaksimalkan good corporate governance di Indonesia. Peraturan yang mengatur tentang Komisaris Independen dipandang masih belum memadai, dimana peraturan tersebut cenderung hanya dijadikan sebagai acuan moral bagi para pihak di dalam perusahaan. Oleh sebab itu, demi menjawab tuntutan akan kepastian hukum yang lebih mendasar, sebaiknya ketentuan hukum perusahaan di Indonesia terutama Undang Undang Perseroan Terbatas dalam amandemen berikutnya dimasukkan status keberadaan Komisaris Independen secara jelas termasuk struktur, tanggung jawab dan proses penunjukan Komisaris Independen tersebut.

2. Setiap perusahaan seharusnya memuat dalam Anggaran Dasarnya masing-masing dalam satu ayat mengenai sejauh mana pertanggungjawaban dari Komisaris Independen dalam mewujudkan prinsip-prinsip GCG dalam perusahaan di Indonesia.


(46)

A. Pengertian Perseroan Terbatas

Kata “perseroan” dalam pengertian umum adalah perusahaan atau organisasi usaha atau badan usaha. Sedangkan “perseroan terbatas” adalah suatu bentuk organisasi yang ada dan dikenal dalam sistem hukum dagang Indonesia.36 Kata “perseroan” menunjuk kepada modal nya yang terdiri atas sero (saham). Sedangkan “terbatas” menunjuk kepada tanggung jawab pemegang saham yang tidak melebihi nilai nominal saham yang diambil bagian dan dimilikinya.37

Sebutan atau bentuk PT datang dari hukum dagang Belanda (WvK) dengan singkatan NV atau Naamlooze Vennootschap, yang singkatannya juga lama digunakan di Indonesia sebelum diganti dengan singkatan PT. Sebenarnya bentuk ini berasal dari Perancis dengan singkatan SA atau Societe Anonyme yang secara harfiah artinya “perseroan tanpa nama”. Maksudnya adalah bahwa PT itu tidak menggunakan nama salah seorang atau lebih diantara para pemegang sahamnya, melainkan memperoleh namanya dari tujuan perusahaan saja.38

Dalam bahasa Inggris disebut dengan Limited (Ltd.) Company, atau Limited Liability Company, ataupun Limited (Ltd.) Corporation. Dalam bahasa Belanda disebut dengan Naamlooze Vennootschap atau yang biasa sering disebut NV saja. Dalam bahasa Jerman disebut dengan Gesselschaft mit Beschrankter Haftung. Terhadap perseroan terbatas ini di dalam beberapa bahasa disebut sebagai berikut:

36

I.G Rai Widjaja, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, (Jakarta: Megapoin, 2000), hlm.1.

37

Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Loc. Cit. 38


(47)

Dalam bahasa Spanyol disebut dengan Sociedad De Responsabilidad Limitada.39 Di Malaysia disebut dengan Sendirian Berhad (SDN BHD). Di Singapura disebut Private Limited (Pte Ltd). Di Jepang disebut dengan Kabushiki Kaisa.40

Bila diartikan dalam Bahasa Indonesia, Corporation menurut Black’s Law Dictionary adalah sebuah kesatuan, biasanya sebuah bisnis, yang mempunyai kewenangan berdasarkan hukum untuk bertindak seperti seseorang secara nyata dari pemegang saham yang memiliki dan mempunyai hak untuk mengeluarkan saham dan eksis untuk jangka waktu yang tidak terbatas; sebuah kelompok pengganti orang yang didirikan berdasarkan aturan hukum ke dalam hukum atau orang yang ahli yang mempunyai kepribadian hukum secara nyata dari orang yang mengusahakannya, eksis untuk jangka waktu yang lama terpisah dengan mereka, dan mempunyai kekuatan hukum yang diberikan konstitusi. Rumusan

Secara etimologi, kata “corporation” diturunkan dari bahasa latin, yaitu corpus, yang berarti suatu badan (body), yang mewakili “a body of people”; that is, a group of people authorized to act as an individual (oxford English dictionary) yang artinya adalah sekelompok orang yang diberi kuasa untuk bertindak sebagai seorang individu.

Corporation menurut Black’s Law Dictionary adalah :

“An entity (usu. A business) having authority under law to act a single person distinct from the shareholders who own and having rights to issue stock and axist indefinitely; a group of succession of persons established in accordance with legal rules into a legal or juristic person that has legal personality distinct from the natural persons who make it up, exists indefinitely apart for them, and has the legal powers that its constitution gives it.”

39

Munir Fuady, Loc Cit. 40


(48)

tersebut menunjukkan bahwa korporasi adalah badan hukum yang dipersamakan dengan manusia.

Sebagai badan hukum, korporasi dibedakan dari pemegang sahamnya, dalam pengertian bahwa semua kewajiban korporasi dijamin dengan harta kekayaannya sendiri, terlepas dari harta kekayaan para pemegang sahamnya.41

Dalam pengertian yang diberikan di atas, company atau perusahaan meliputi juga korporasi dan badan (usaha) yang tidak berbadan hukum termasuk di dalamnya persekutuan, bahkan suatu kumpulan dana milik bersama (Trust Fund). Rumusan tersebut memperlihatkan bahwa perusahaan (Company)

Selanjutnya yang dinamakan dengan company adalah :

1. A corporation-or, less commonly, an association, partnership or union – that carries on a commercial or industrial enterprise. 2. A corporation, partnership, association, joint stock company, trusts fund and organized group of persons, whether incorporated or not, and (in an official capacity) any receiver, trustee in bankruptcy, or similar official, or liquidating agent, for any of the foregoing.

Bila diartikan dalam Bahasa Indonesia, company adalah: 1. Sebuah korporasi atau asosiasi, persekutuan atau persatuan yang menjalankan sebuah perusahaan komersial atau industri. 2. Sebuah korporasi, persekutuan, asosiasi, perusahaan patungan, dana milik bersama dan kelompok orang yang terorganisir, baik inkorporasi ataupun bukan, dan (dalam kapasitas pejabat) penerima, wakil dalam kepailitan, atau pejabat yang lain, atau agen pembubaran, dari apa yang terlebih dahulu.

41

Gunawan Widjaja, Risiko Hukum Sebagai Direksi, Komisaris dan pemilik PT, (Jakarta: Forum Sahabat, 2008), hlm. 7


(49)

memiliki makna yang lebih luas dari korporasi yang merujuk pada perseroan terbatas.42

Selanjutnya dalam sumber lain dikatakan bahwa yang dinamakan corporation adalah43

Rumusan di atas memberikan lima kapasitas suatu perseroan terbatas, yaitu

:

“A corporation is a legal entity (technically, a juristic person) which has a legal personality distinct from those of its members. The defining legal rights and obligations of a corporation consist of the capacities (i) to sue and to be sued, (ii) to have assets, (iii) to employ agents, (iv) to engage in contracts, and (v) to make by laws governing its internal affairs. Other legal rights and obligations may be assigned to the corporation by governments or courts. These are often controversial.”

44

a. dapat digugat dan menggugat, yang berarti memiliki suatu persona standi in judicio tersendiri;

:

b. memiliki harta kekayaan sendiri. Memiliki harta kekayaan di sini bukan memiliki harta kekayaan tetapi dalam makna milik bersama. Melainkan harta kekayaan dari suatu kesatuan, suatu badan hukum, yang dapat dicatatkan atas namanya sendiri, yang menandakan bahwa perseroan adalah suatu subjek hukum yang mandiri;

c. dapat memberikan kuasa;

d. dapat membuat perjanjian, tentunya dengan segala akibat hukumnya; e. mampu membuat peraturan untuk mengatur kehidupan internalnya sendiri.

Steward Kyd, mendefinisikan corporation sebagai45

“A collection of many individuals united into one body, under a special denomination, having perpetual succession under an artificial form, and vested, by policy of the law, with the capacity of acting, in several respects, as an individual, particularly of taking and granting property, of contracting obligations, and of suing and being sued, of enjoying privileges and immunities in common, and of exercising a variety of political rights, more or less extensive, according to the design of its

:

42

Ibid., hlm. 8 43

44

Gunawan Widjaja, Risiko Hukum Sebagai Direksi, Komisaris dan pemilik PT, Op. Cit., hlm. 9

45


(50)

institution, or the powers conferred upon it, either at the time of its creation, or at any subsequent period of its existence”

Bila diartikan dalam Bahasa Indonesia, artinya adalah kumpulan dari banyak persatuan individu dalam sebuah badan, dibawah sebuah satuan yang khusus, memiliki penggantian terus-menerus dibawah sebuah bentuk buatan, dan diberikan, oleh kebijaksanaan hukum, dengan kapasitas berbuat, dalam berbagai kehormatan, sebagai seorang individu, terutama dalam mengambil dan memberikan kepemilikan, dari kewajiban kontrak, dan menggugat atau digugat, dalam menikmati hak istimewa dan imunitas pada umumnya, dan dalam mempergunakan berbagai hak politik, kurang atau lebih luas, berdasarkan rancangan istitusinya, atau kekuatan yang dianugerahkan kepadanya, juga dalam waktu penciptaannya, atau dalam jangka waktu tertentu dari eksistensinya.

Tidak jauh berbeda dari beberapa rumusan sebelumnya, Kyd menegaskan bahwa yang dinamakan dengan korporasi atau perseroan terbatas adalah kumpulan dari sejumlah manusia dalam suatu kesatuan, dengan jangka waktu eksistensi yang abadi dalam bentuk yang tidak nyata (artificial), memiliki kemampuan bertindak sebagaimana layaknya seorang individu manusia, orang-perorangan, dapat memiliki atau melepaskan pemilikan suatu benda, membuat perjanjian dan perikatan, menggugat dan digugat, dan hak-hak lainnya sebagaimana diberikan oleh peraturan yang membentuk dan mengaturnya.46

46

Gunawan Widjaja, Risiko Hukum Sebagai Direksi, Komisaris dan pemilik PT, Op. Cit., hlm. 10


(51)

Selanjutnya dalam konsepsi modern business corporation, dikatakan lebih lanjut bahwa :

In addition to its legal personality, the modern business corporation has at least three other legal characteristics47

a. transferable shares (shareholders can change without affecting its status as a legal entity);

:

b. perpetual succession capacity (its possible continued existence despite shareholders' death or withdrawal); and

c. and limited liability (including, but not limited to: the shareholders' limited responsibility for corporate debt, insulation from judgments against the corporation, shareholders' amnesty from criminal actions of the corporation, and, in some jurisdictions, limited liability for corporate officers and directors from criminal acts by the corporation).

Dari rumusan yang diberikan di atas dapat diketahui bahwa suatu perseroan terbatas sebagai suatu bentuk modern corporation memiliki setidaknya karakteristik tambahan sebagai berikut48

a. kepemilikannya ditandai dengan saham-saham yang dapat dengan mudah dipindahtangankan ataupun dialihkan kepada siapapun juga,

:

b. mempunyai masa hidup yang abadi dengan jangka waktu pendirian yang tidak ditentukan lamanya, yang tidak digantungkan pada masa hidup pemegang sahamnya,

c. sifat tanggung jawab yang tidak hanya terbatas pada pemegang saham, tidak hanya untuk pertanggungjawaban perdata melainkan juga tanggung jawab atas suatu tindak pidana yang dilakukan oleh perseroan. Di samping itu dikenal juga pertanggungjawaban terbatas terhadap para pengurusnya.

47

Dikutip dari 2009

48

Gunawan Widjaja, Risiko Hukum Sebagai Direksi, Komisaris dan pemilik PT, Op. Cit., hlm. 11.


(52)

Dengan demikian dapatlah dilihat dan disimpulkan bahwa pada dasarnya suatu perseroan terbatas mempunyai ciri-ciri sekurang-kurangnya sebagai berikut49

a. memiliki status hukum tersendiri, yaitu sebagai suatu badan hukum, yaitu subjek hukum artificial, yang sengaja diciptakan oleh hukum untuk membantu kegiatan perekonomian, yang dipersamakan dengan individu manusia, orang perorangan;

:

b. memiliki harta kekayaan tersendiri yang dicatatkan atas namanya sendiri, dan pertanggungjawaban sendiri atas setiap tindakan, perbuatan, termasuk perjanjian yang dibuat. Ini berarti perseroan dapat mengikatkan dirinya dalam satu atau lebih perikatan, yang berarti menjadikan perseroan sebagai subjek huku m mandiri (persona standi in judicio) yang memiliki kapasitas dan kewenangan untuk dapat menggugat dan digugat di hadapan pengadilan; c. tidak lagi membebankan tanggung jawabnya kepada pendiri, atau pemegang

sahamnya, melainkan hanya untuk dan atas nama dirinya sendiri, untuk kerugian dan kepentingan dirinya sendiri;

d. kepemilikannya tidak digantungkan pada orang-perorangan tertentu, yang merupakan pendiri atau pemegang sahamnya, setiap saham perseroan dapat dialihkan kepada siapapun juga menurut ketentuan yang diatur dalam Anggaran Dasar dan undang-undang yang berlaku pada suatu waktu tertentu;

49

Gunawan Widjaja, Hak Individu Dan Kolektif Para Pemegang Saham, (Jakarta: Forum sahabat, 2008), hlm.5.


(53)

e. keberadaannya tidak dibatasi jangka waktunya dan tidak lagi dihubungkan dengan eksistensi dari pemegang sahamnya;

f. pertanggungjawaban yang mutlak terbatas, selama dan sepanjang para pengurus (direksi, dewan komisaris, dan atau pemegang saham) tidak melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang tidak boleh dilakukan.

Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dalam Pasal 1 angka (1), yang dimaksud dengan perseroan terbatas adalah sebagai berikut:

“ Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya50

a. Perseroan merupakan suatu badan hukum ;

”. Dari batasan yang dikemukakan di atas, ada 6 (enam) hal pokok yang dapat dikemukakan di sini :

b. Merupakan persekutuan modal ; c. Didirikan berdasarkan perjanjian ; d. Melakukan kegiatan usaha ;

e. Terdiri atas modal dasar yang terbagi dalam saham ; dan f. Memenuhi persyaratan dalam peraturan perundang-undangan.

B. Pengertian dan Jenis-Jenis Tanggung Jawab Hukum

Ada tiga macam tanggung jawab hukum yaitu tanggung jawab hukum dalam arti accountability, responsibility dan liability. Tanggung jawab dalam arti accountability adalah tanggung jawab hukum dalam kaitan dengan keuangan, misalnya akuntan harus bertanggung jawab atas hasil pembukuan, sedangkan

50


(54)

responsibility adalah tanggung jawab dalam arti yang harus memikul beban. Tanggung jawab dalam arti liability adalah kewajiban menanggung atas kerugian yang diderita.51

Tanggung-jawab dalam arti responsibility juga diartikan sebagai sikap moral untuk melaksanakan kewajibannya, sedang tanggung-jawab dalam arti liability adalah sikap hukum untuk mempertanggungjawabkan pelanggaran atas kewajibannya atau pelanggaran atas hak pihak lain. Joling memberikan pengertian responsibility sebagai "Responsibility refers to the quality of being morally, legally or mentally accountable"(artinya: tanggung jawab berhubungan dengan kualitas untuk menjadi bertanggungjawab secara moral, hukum dan mental), sedangkan Black's Law Dictionary mengartikan responsibility sebagai "the state of being answerable for an obligation, include judgment, skill and capacity" dan liability sebagai "condition of being actually or potentially subject to an obligation; condition of being responsible for a possible or actual loss, penalty, evil expenses or burden; condition with create a duty to perform act immediately or in the future.”52

Tanggung jawab direksi dalam arti responsibility dan liability yaitu sebagai berikut

53

51

:

Responsibilities: Legislation imposes various obligations on companies, which require the directors to ensure that the company complies with certain minimum requirements, and provides penalties for breach of statutory duties

diakses pada tgl 10 September 2009

52

September 2009

diakses


(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

anugerah dan karuniaNya lah masih diberikan kesehatan dan kemampuan untuk

menjalani perkuliahan sampai pada menyelesaikan skripsi pada Jurusan Perdata

Dagang di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ini.

Skripsi ini berjudul “KEDUDUKAN DAN TANGGUNG JAWAB

KOMISARIS INDEPENDEN PADA PERSEROAN TERBUKA DITINJAU

DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 (Riset : PT. Central

Proteinaprima Tbk.)”. Judul ini diangkat penulis karena ketertarikan untuk

mengetahui tentang Komisaris Independen yang disebut sebagai salah satu organ

perseroan yang independen dimana pengaturannya terdapat dalam

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya

kepada :

1. Kedua orang tua, paman dan keluarganya, kakak sepupu dan keluarganya serta seluruh anggota keluarga yang sangat disayangi dan dihormati yang senantiasa mengasihi, membimbing, memperhatikan dan menyediakan segala apa yang diperlukan dalam segala hal sampai saat ini.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH.,M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello,SH.,M.S selaku Ketua Bagian Departemen Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen Pembimbing I.


(2)

6. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang turut mendukung segala urusan perkuliahan dan administrasi mahasiswa selama ini.

7. Bapak Rudy Sudjadi, SE selaku GM HR Service Sumut PT. Central Proteinaprima Tbk. yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan riset di PT.Central Proteinaprima Tbk.

8. Kakak-kakak senior yang sangat membantu dan memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini seperti Belinda,SH, Robin,SH, Jenny,SH, Catherine,SH, Steveni,SH, Sylvia,SH, Erik,SH, Susanto,SH, Hendrik,SH, Sugondo,SH, Ricky,SH, Bambang,SH, dan kakak-kakak senior lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

9. Teman-teman stambuk’05 yang merupakan teman akrab yang tidak pernah merasa lelah dalam memberikan dukungannya, Fandy Japto, Lodewik Loka, Iskandar, Frans Margo Leo, Lidya, Wilyana Halim, Christie, Helios, Zulkifli Siregar, Morten Purba, Bona, Joshua, Jonathan, Melin, dan teman-teman lainnya yang selalu sabar mendukung selama ini, “My deep grateful and thousand thanks to you all…”

10.Adik-adik junior st’06, st’07, st’08, st’09 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut memberikan dukungan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini hingga pada akhirnya.

Medan, Maret 2010


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

ABSTRAK BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 9

D.. Keaslian Penulisan ... 10

E. Tinjauan Kepustakaan ... 11

F. Metode Penelitian ... 16

G. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PERSEROAN TERBATAS ... 20

A. Pengertian Perseroan Terbatas ... 20

B. Pengertian dan Jenis-Jenis Tanggung Jawab Hukum ... 27

C. Jenis-Jenis Perseroan Terbatas ... 36

D. Prinsip-Prinsip Hukum dalam Perseroan Terbatas ... 45

E. Organ-Organ Perseroan Terbatas ... 55

BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG KOMISARIS INDEPENDEN ... 77

A. Pengertian Dewan Komisaris ... 77

B. Latar Belakang Lahirnya Komisaris Independen ... 82

C. Kedudukan dan Peran Komisaris Independen ... 84

D. Komisaris Independen dalam kaitannya dengan Good Corporate Governance ... 89


(4)

BAB IV: KEDUDUKAN DAN TANGGUNG JAWAB KOMISARIS INDEPENDEN PADA

PT. CENTRAL PROTEINAPRIMA TBK ... 96

A. Gambaran Umum PT. Central Proteinaprima Tbk... 96

B. Kedudukan Komisaris Independen dalam Kaitannya dengan Organ-Organ Perseroan Lainnya dalam PT. Central Proteinaprima Tbk... 99

C. Tanggung Jawab Komisaris Independen dalam mewujudkan Good Corporate Governance (GCG) pada PT. Central Proteinaprima Tbk……….. 107

BAB V : PENUTUP ... 116

A. Kesimpulan……… 116

B. Saran………... 117


(5)

KEDUDUKAN DAN TANGGUNG JAWAB

KOMISARIS INDEPENDEN PADA PERSEROAN TERBUKA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007

(Riset : PT. Central Proteinaprima Tbk.)

Tan Kamello*

Mulhadi**

Fendy Chandra***

Dari hasil pembahasan yang dilakukan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kedudukan Komisaris Independen pada prinsipnya sama dengan anggota dewan komisaris lainnya,yaitu sebagai badan pengawas dan pemberi nasihat

Beberapa tahun terakhir isu mengenai praktik Good Corporate Governance menjadi isu yang sangat penting dan marak dibicarakan khalayak perekonomian serta pemerintahan, yang mana, salah satu amanahnya adalah keberadaan Komisaris Independen di dalam setiap perusahaan publik / perseroan terbuka. Mengingat perusahaan publik / perseroan terbuka menghimpun modalnya dari masyarakat, maka banyak pihak yang terkait dan memiliki kepentingan di dalam suatu perseroan terbuka. Urgensi keberadaan suatu organ pengawas perusahaan yang independen kedudukannya, tidak dapat diacuhkan lagi. Oleh karena itu, keberadaan Komisaris Independen merupakan suatu keharusan bagi setiap perseroan, khususnya perseroan yang akan mendaftarkan diri di Bursa.

Komisaris Independen merupakan anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan.

Adapun permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana kedudukan Komisaris Independen dalam kaitannya dengan organ-organ perseroan lainnya dalam PT. Central Proteinaprima Tbk. dan bagaimana pula tanggung jawab Komisaris Independen dalam mewujudkan Good Corporate Governance pada PT. Central Proteinaprima Tbk.

Metode penelitian yang dipakai untuk menyusun skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif dan penelitian yuridis empiris. Penelitian yuridis normatif dilakukan dengan jalan mengumpulkan bahan-bahan dari buku, peraturan perundang-undangan, serta dari media elektronik yang erat hubungannya dengan maksud, tujuan daripada penyusunan karya ilmiah ini. Dan penelitian yuridis empiris dilakukan dengan cara melakukan teknik wawancara kepada subjek yang bersangkutan, berkaitan dengan judul skripsi ini.


(6)

kepada direksi, yang membedakannya adalah bahwa Komisaris Independen menurut Penjelasan Pasal 120 ayat (2) UUPT adalah berasal dari kalangan luar perusahaan, tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris lainnya. Di samping itu, Komisaris Independen memiliki tanggung jawab untuk mendorong diterapkannya prinsip Good Corporate Governance di dalam perusahaan melalui pemberdayaan Dewan Komisaris agar dapat melakukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi secara efektif, yakni dengan memastikan perusahaan memiliki strategi bisnis, memastikan perusahaan mengangkat eksekutif dan manajer yang professional, memastikan perusahaan memiliki informasi, sistem pengendalian, dan sistem audit yang bekerja dengan baik, memastikan perusahaan mematuhi hukum dan perundangan yang berlaku, serta memastikan prinsip-prinsip Good Corporate Governance terlaksana dengan baik.

Mengingat pentingnya kedudukan, fungsi serta tanggung jawab Komisaris Independen, maka saran dari pembahasan tersebut adalah perlunya pengaturan yang lebih jelas mengenai kedudukan, tanggung jawab dan proses penunjukan Komisaris Independen atas jalannya kinerja perseroan terbuka di dalam peraturan perundang-undangan, terutama dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas. Di samping itu, setiap perusahaan seharusnya memuat dalam Anggaran Dasarnya mengenai pertanggungjawaban dari Komisaris Independen dalam mewujudkan prinsip-prinsip good corporate governance di dalam perusahaan di Indonesia.

Kata kunci :

1. Kedudukan dan Tanggung Jawab 2. Komisaris Independen


Dokumen yang terkait

Sinkronisasi Antara Hukum Pajak Dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Mengenai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)

1 75 183

Wewenang Dan Tanggung Jawab Direksi Dalam Prinsip Corporate Opportunity Yang Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

1 90 158

AKIBAT HUKUM PEMBUBARAN PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 25 16

AKIBAT HUKUM PEMBUBARAN PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

1 40 16

KAJIAN YURIDIS KEDUDUKAN HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI PERSEROAN TERBATAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 5 16

KAJIAN YURIDIS KEDUDUKAN HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI PERSEROAN TERBATAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 2 16

TANGGUNG JAWAB DIREKSI DALAM PENGURUSAN PERSEROAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 6 36

BAB II WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI DALAM PRINSIP CORPORATE OPPORTUNITY YANG DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 3 43

TANGGUNG JAWAB DIREKSI PERSEROAN TERBATAS DALAM HAL TERJADI PELANGGARAN TERHADAP ANGGARAN DASAR PERSEROAN MAUPUN PIHAK KETIGA DITINJAU MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 DIKAITKAN DENGAN PRINSI.

0 0 1

Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terbatas Dalam Akuisisi Suatu Perusahaan Yang Merugikan Pemegang Saham Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

0 0 1