Pengertian dan Jenis-Jenis Tanggung Jawab Hukum

e. keberadaannya tidak dibatasi jangka waktunya dan tidak lagi dihubungkan dengan eksistensi dari pemegang sahamnya; f. pertanggungjawaban yang mutlak terbatas, selama dan sepanjang para pengurus direksi, dewan komisaris, dan atau pemegang saham tidak melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang tidak boleh dilakukan. Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dalam Pasal 1 angka 1, yang dimaksud dengan perseroan terbatas adalah sebagai berikut: “ Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya 50 a. Perseroan merupakan suatu badan hukum ; ”. Dari batasan yang dikemukakan di atas, ada 6 enam hal pokok yang dapat dikemukakan di sini : b. Merupakan persekutuan modal ; c. Didirikan berdasarkan perjanjian ; d. Melakukan kegiatan usaha ; e. Terdiri atas modal dasar yang terbagi dalam saham ; dan f. Memenuhi persyaratan dalam peraturan perundang-undangan.

B. Pengertian dan Jenis-Jenis Tanggung Jawab Hukum

Ada tiga macam tanggung jawab hukum yaitu tanggung jawab hukum dalam arti accountability, responsibility dan liability. Tanggung jawab dalam arti accountability adalah tanggung jawab hukum dalam kaitan dengan keuangan, misalnya akuntan harus bertanggung jawab atas hasil pembukuan, sedangkan 50 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 Universitas Sumatera Utara responsibility adalah tanggung jawab dalam arti yang harus memikul beban. Tanggung jawab dalam arti liability adalah kewajiban menanggung atas kerugian yang diderita. 51 Tanggung-jawab dalam arti responsibility juga diartikan sebagai sikap moral untuk melaksanakan kewajibannya, sedang tanggung-jawab dalam arti liability adalah sikap hukum untuk mempertanggungjawabkan pelanggaran atas kewajibannya atau pelanggaran atas hak pihak lain. Joling memberikan pengertian responsibility sebagai Responsibility refers to the quality of being morally, legally or mentally accountableartinya: tanggung jawab berhubungan dengan kualitas untuk menjadi bertanggungjawab secara moral, hukum dan mental, sedangkan Blacks Law Dictionary mengartikan responsibility sebagai the state of being answerable for an obligation, include judgment, skill and capacity dan liability sebagai condition of being actually or potentially subject to an obligation; condition of being responsible for a possible or actual loss, penalty, evil expenses or burden; condition with create a duty to perform act immediately or in the future.” 52 Tanggung jawab direksi dalam arti responsibility dan liability yaitu sebagai berikut 53 51 : Responsibilities: Legislation imposes various obligations on companies, which require the directors to ensure that the company complies with certain minimum requirements, and provides penalties for breach of statutory duties http:els.bappenas.go.iduploadotherTanggung20Jawab20Hukum20PT.doc diakses pada tgl 10 September 2009 52 http:www.freewebs.combedahkulitosmetikresponsibilityliability.htm diakses tgl 10 September 2009 53 http:www.ukincorp.co.uks-2A-company-directors-responsibilities.html diakses tanggal 12 September 2009 Universitas Sumatera Utara Liabilities: A director may also incur personal liability under legislation relating to the company, since some legislation provides that not only is the company liable but also any director who knowingly authorised by the company. Bila diartikan dakam Bahasa Indonesia, Responsibilities adalah Peraturan menentukan bermacam-macam kewajiban kepada perusahaan, yang memerlukan direktur untuk memastikan bahwa perusahaan patuh dengan syarat minimum tertentu, dan menyediakan sanksi kepada pelanggaran dari kewajiban menurut UU, Liabilities adalah Direktur juga harus menimbulkan tanggung jawab pribadi dibawah peraturan yang berkaitan dengan perusahaan, sejak beberapa peraturan menetapkan bahwa tidak hanya perusahaan bertanggung jawab tetapi juga direktur yang diketahui telah diberikan kuasa oleh perusahaan. Mengenai tanggung jawab hukum direksi dalam bentuk liability bisa diperhatikan kutipan berikut ini, yaitu 54 Aansprakelijkheid is een begrip uit het : burgerlijk recht. Met aansprakelijkheid wordt bedoeld dat de ene persoon gehouden is de schade van een andere persoon te vergoeden. De persoon in kwestie is aansprakelijk voor die schade. Dari pernyataan di atas dapat dilihat bahwa seseorang yang menerbitkan suatu kerugian harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Sehingga seorang direksi yang merupakan wakil dari perseroan juga harus mengganti rugi atas kerugian yang telah diterbitkannya. Undang-Undang Perseroan Terbatas memperkenalkan beberapa macam sistem otoritas bagi para pihak dalam suatu perseroan. Perbedaan sistem otoritas 54 http:nl.wikipedia.orgwikiAansprakelijkheid diakses tgl 12 September 2009 Universitas Sumatera Utara ini pula yang juga membedakan tanggung jawab di antara masing-masing pihak tersebut. Sistem otoritas dalam UUPT dapat dibedakan sebagai berikut : 55 1. Sistem Majelis Dengan sistem majelis ini dimaksudkan bahwa seseorang tidak dapat bertindak sendiri terlepas satu sama lain dalam hal mewakili sesuatu kelompok. Melainkan dia haruslah selalu bertindak secara bersama-sama majelis. Sistem otoritas secara majelis ini tidak berlaku bagi direksi perusahaan. Sistem ini hanya berlaku bagi organ komisaris, seperti ditegaskan oleh Pasal 108 ayat 4 UUPT bahwa jika komisaris lebih dari satu orang, maka mereka merupakan sebuah majelis. Kemudian ditegaskan lagi dalam penjelasan atas Pasal 108 ayat 4 UUPT bahwa sebagai majelis, maka komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri untuk mewakili perseroan. Dengan demikian, sejauh perbuatan tersebut dilakukan secara majelis, maka tanggung jawab hukum pun ditanggung secara bersama-sama renteng. 2. Sistem Individual Representatif Sistem Individual Representatif memperkenalkan semacam otoritas dengan mana seseorang dapat bertindak sendiri untuk mewakili sesuatu kelompok. Sistem otoritas seperti inilah yang pada prinsipnya diberlakukan oleh UUPT terhadap organ direksi. Berlakunya sistem individual representatif ini bagi seorang direksi muncul dalam dua segi sebagai berikut : 55 Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek Buku Ketiga Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2002, hlm. 74 Universitas Sumatera Utara a. Dalam hal kewenangan untuk mewakili perseroan. Dalam hal ini, seperti yang disebutkan dalam Pasal 92 ayat 5 UUPT bahwa jika direktur lebih dari satu orang, maka yang berwenang mewakili perseroan adalah setiap anggota direksi, kecuali ditentukan lain oleh UUPT sendiri danatau oleh anggaran dasar. b. Dalam hal ada kesalahan direktur. Jika seseorang anggota direksi melakukan kesalahan termasuk kelalaian dalam menjalankan tugasnya, maka dia akan bertanggung jawab penuh secara pribadi bukan tanggung jawab bersama. Jadi. Pada prinsipnya anggota direksi yang lain terbebas dari tanggung jawabnya. 56 Berbeda dengan organ komisaris yang melaksanakan tugas secara majelis, maka organ direksi melaksanakan tugas-tugas perseroan secara ”kolegial”. Ini berarti bahwa dalam hal lebih dari seorang direktur, sungguhpun dibuka kemungkinan bagi seorang direktur untuk mewakili perseroan tanpa perlu ikut direktur yang lainnya, tetapi sejauh masih merupakan tindakan perseroan dan tidak melanggar prinsip ”semi fiduciary duty”, maka menurut Pasal 97 Berlakunya sistem otoritas individual representatif terhadap anggota direksi yang melakukan kesalahan ini sebenarnya sebagai konsekuensi dari berlakunya tugas semi fiduciary dari direktur, yakni adanya kewajiban dari direksi untuk melakukan tugasnya dengan ”itikad baik” dan ”penuh tanggung jawab”. 3. Sistem Kolegial 56 Lihat Pasal 97 ayat 3 Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Universitas Sumatera Utara ayat 3 dan 4 UUPT, direktur yang lainnya yang sebenarnya tidak ikut berbuat, juga ikut bertanggung jawab secara bersama-sama renteng. Inilah makna sistem perwakilan ”kolegial” dari direksi. Sistem kolegial direksi dalam hal seperti ini bersifat mutlak, dalam arti tidak terbuka kemungkinan pengecualiannya. Jadi walaupun dalam rapat direksi, seorang direktur telah memberikan suara abstain atau bahkan menentang, tetapi oleh UUPT tidak dibuka kemungkinan agar direktur yang bersangkutan lepas tanggung jawab, sehingga terpaksa ditafsirkan bahwa dia juga ikut bertanggung jawab. Sistem pelaksanaan tugas secara kolegial ini juga berlaku terhadap direktur yang melakukan tugas-tugas perseroan setelah anggaran dasarnya disahkan oleh Menteri Kehakiman, tetapi belum didaftarkan dalam daftar perusahaan dan belum diumumkan dalam berita negara. Terhadap tindakan perseroan yang dilakukan direksi sebelum adanya pendaftaran dan pengumuman tersebut, direksi bertanggung jawab secara bersama-sama renteng. Bahkan dalam hal ini, keteledoran dalam pendaftaran mengantarkan direksinya tidak saja bertanggung jawab secara perdata, tetapi juga ikut bertanggung jawab secara pidana berdasarkan ketentuan wajib daftar perusahaan. UUPT tidak memberikan kemungkinan tindakan ”ratifikasi”. Jadi tanggung jawab renteng tersebut bersifat mutlak. 4. Prinsip Presumsi Kolegial Prinsip ini berlaku tidak ubahnya dengan prinsip umum dari tanggung jawab kolegial, yakni tanggung jawab renteng, misalnya di antara para direktur, jika salah seorang direktur menyebabkan kerugian bagi orang lain Universitas Sumatera Utara sejauh hal tersebut dilakukannya tidak dalam hal melanggar anggaran dasar, atau melanggar tugas ”semi fiduciary” dari direktur. Hanya saja, terhadap prinsip presumsi kolegial ini dibuka kemungkinan pengecualiannya dengan sistem pembuktian terbalik ompkering van bewijst last. Artinya kepada anggota direktur diberikan kemungkinan untuk mengelak dari tanggung jawab renteng jika dia dapat membuktikan bahwa dia tidak bersalah. Sistem tanggung jawab presumsi kolegial ini berlaku misalnya dalam hal tanggung jawab renteng direksi yang karena kesalahannya menimbulkan kepailitan terhadap suatu perseroan. Anggota direksi yang dapat membuktikan bahwa kepailitan perseroan tersebut bukan karena kesalahannya atau kelalaiannya, maka dia tidak ikut bertanggung jawab secara renteng dengan anggota direktur lainnya. 57 57 Pasal 104 ayat 4 Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 5. Prinsip Tanggung jawab Individual Non Representatif Pada prinsipnya seseorang harus bertanggung jawab individu atas segala tindakan yang dilakukannya secara individu pula. Inilah yang disebut prinsip tanggung jawab individual non representatif. Dalam hal ini apakah seorang pekerja dapat dianggap sebagai pemikul beban tanggung jawab individual non representatif? Jika dia melakukan tugas yang menyimpang dari tugas yang seharusnya dilakukan untuk perusahaannya, maka benar dia bertanggung jawab secara individu non representatif. Maksudnya, dia mesti bertanggung jawab secara pribadi. Universitas Sumatera Utara Demikian juga kewenangan diikuti dengan tanggung jawab yang diberikan kepada setiap pemegang saham, tanpa melihat berapa persen saham yang diwakilinya, dapat menggugat perseroan ke Pengadilan karena ketidakadilan atau ketidakwajaran yang dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, direksi atau komisaris. 58 Suatu kelompok orang tertentu yang ikut terlibat dalam pelaksanaan tugas-tugas perseroan dapat mewakili atau menjalankan tugas perseroan 6. Prinsip Tanggung Jawab Representatif Pengganti Jika seorang pekerja dalam hal melakukan tugasnya menertibkan kerugian bagi orang lain, maka dalam hal ini tidak berlaku prinsip tanggung jawab non representatif. Karena, sungguhpun teori vicarious liability tanggung jawab pengganti tidak dengan tegas dianut oleh sistem hukum kita, tetapi sudah mulai ada yurisprudensi maupun hukum kerja yang mengarah ke sana. Karena itu pula, jika seorang pekerja dalam melakukan tugasnya ternyata kemudian menimbulkan kerugian kepada pihak lain, maka ada kemungkinan atasannya, termasuk direktur yang membawahinya, atau bahkan perusahaannya yang harus menanggung beban tanggung jawab. Dalam hal ini sudah berlaku prinsip tanggung jawab representatif pengganti. ”Representatif” karena pekerja tersebut bertindak untuk perusahaan dalam menjalankan tugasnya, dan ”pengganti” karena atasannya atau perusahaannya harus mengambil alih tanggung jawabnya. 7. Prinsip Tanggung Jawab Kolektif Representatif 58 Lihat Pasal 61 ayat 1 Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Universitas Sumatera Utara secara bersama-sama, dengan tanggung jawab juga bersama. Sistem seperti ini dapat disebut dengan sistem tanggung jawab secara kolektif representatif. UUPT mengenal sistem tanggung jawab seperti ini, misalnya dalam hal Derivative Suit. UUPT memperkenalkan semacam derivative suit kepada pemegang saham. Dalam hal ini, seorang atau lebih pemegang saham dengan jumlah paling sedikitnya 10 diberikan kewenangan untuk dan atas nama perseroan untuk melakukan gugatan kepada anggota direksi atau kepada komisaris ke Pengadilan Negeri yang berwenang. 59 Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah bahwa sekelompok orang tertentu yang merupakan pihak yang terlibat dalam perusahaan diberikan kewenangan secara kelompok tetapi tidak untuk mewakili atau bertindak Ini berarti bahwa sekelompok pemegang saham perseroan pemegang saham 10 diperkenankan mewakili perseroan untuk melakukan gugatan perdata. Dengan adanya kewenangan tersebut berarti juga tentunya diikut i dengan tanggung jawab yang sama. Contoh lain dari kewenangan dan tanggung jawab seperti ini juga diberikan kepada pemegang saham atau kelompok pemegang saham paling sedikit 10 untuk dan atas namanya sendiri atau ”atas nama perseroan” mengajukan permohonan ke Pengadilan Negeri agar dilakukan pemeriksaan ke perseroan, jika diduga ada hal-hal seperti disebutkan dalam Pasal 138 ayat 1 UUPT. 8. Prinsip Tanggung Jawab Kolektif Non Representatif 59 Lihat pada Pasal 97 ayat 6 dan Pasal 114 ayat 6 Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Universitas Sumatera Utara untuk dan atas nama perseroan, dan selanjutnya kelompok tersebut juga ikut memikul tanggung jawab secara kelompok pula. UUPT memperkenalkan sistem tanggung jawab kolektif non representatif ini yang diberikan kepada pihak yang terlibat dalam perseroan, yaitu kepada kelompok pemegang saham dan kelompok pekerja.

C. Jenis-Jenis Perseroan Terbatas

Dokumen yang terkait

Sinkronisasi Antara Hukum Pajak Dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Mengenai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)

1 75 183

Wewenang Dan Tanggung Jawab Direksi Dalam Prinsip Corporate Opportunity Yang Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

1 90 158

AKIBAT HUKUM PEMBUBARAN PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 25 16

AKIBAT HUKUM PEMBUBARAN PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

1 40 16

KAJIAN YURIDIS KEDUDUKAN HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI PERSEROAN TERBATAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 5 16

KAJIAN YURIDIS KEDUDUKAN HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI PERSEROAN TERBATAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 2 16

TANGGUNG JAWAB DIREKSI DALAM PENGURUSAN PERSEROAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 6 36

BAB II WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI DALAM PRINSIP CORPORATE OPPORTUNITY YANG DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 3 43

TANGGUNG JAWAB DIREKSI PERSEROAN TERBATAS DALAM HAL TERJADI PELANGGARAN TERHADAP ANGGARAN DASAR PERSEROAN MAUPUN PIHAK KETIGA DITINJAU MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 DIKAITKAN DENGAN PRINSI.

0 0 1

Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terbatas Dalam Akuisisi Suatu Perusahaan Yang Merugikan Pemegang Saham Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

0 0 1