Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada PT. XYZ, Jakarta (Studi Kasus pada Painting Plastik Part Honda OEM)

(1)

PLASTIK

PART

HONDA OEM)

Oleh

WAHYU TRI UTAMI

H24104079

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012


(2)

PLASTIK

PART

HONDA OEM)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

WAHYU TRI UTAMI

H24104079

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012


(3)

WAHYU TRI UTAMI H24104079. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada PT XYZ, Jakarta (Studi Kasus pada Painting Plastik Part Honda OEM). Dibawah bimbingan ABDUL BASITH

Pemesanan dan penyimpanan barang merupakan kegiatan yang sangat penting pada bagian pengendalian persediaan barang dalam suatu perusahaan, baik barang tersebut merupakan bahan baku yang digunakan sebagai bahan produksi suatu perusahaan ataupun sebagai barang yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari. Pengendalian persediaan barang yang tepat diperlukan perusahaan untuk menghasilkan jumlah barang yang yang optimal dan mengeluarkan biaya seminimal mungkin. PT. XYZ merupakan perusahaan general assembling yang salah satu kegiatan produksinya adalah painting plastik part Honda OEM (Original Equipment Manufacturer). Dalam kegiatan produksi perusahaan sering mengalami claim karena tidak ratanya plastik part yang dicat. Hal ini menyebabkan jumlah bahan baku yang direncanakan tidak sama dengan pemakaian aktualnya. Oleh karena itu, diperlukan manajemen persediaan yang baik untuk pengendalian persediaan bahan baku yang optimal.

Tujuan penelitian adalah : (1) Mengkaji sistem persediaan bahan baku saat ini pada PT. XYZ; (2) Mengoptimalkan persediaan bahan baku pada PT. XYZ; (3) Menganalisis efisiensi total biaya persediaan bahan baku pada PT. XYZ.

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer yang digunakan diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan, khususnya wawancara dengan bagian PPC dan purchasing. Data sekunder diperoleh dari data dokumen perusahaan yang telah ada.

Metode dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data kualitatif dilakukan secara deskriptif, meliputi gambaran dan kondisi perusahaan. Pengolahan data kuantitatif meliputi analisis ABC dan perhitungan model Economic Order Quantity (EOQ). Pengolahan tersebut menggunakan software POM for Windows 3. Hasil dari penelitian berdasarkan analisis ABC dapat disimpulkan bahwa dari 26 jenis bahan baku terdapat lima jenis bahan baku baku yang termasuk kedalam kelas A, yaitu Nippe Acryl HM NH/103, Nax Superio Base AHM Thinner (New), Wip Up Solvent, F/C R258 Winning Red, dan T/C Clear Base. Total biaya model EOQ lebih hemat dibandingkan total biaya perusahaan. Hasil total biaya selama satu tahun dengan menggunakan model EOQ adalah Rp 1.298.380.800, sedangkan total biaya perusahaan sebesar Rp 1.663.849.400, sehingga menghasilkan penghematan sebesar Rp 365.468.600 atau sekitar 21,96 % dalam satu tahun.


(4)

Nama : Wahyu Tri Utami NIM : H24104079

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Abdul Basith, MS NIP 19570907 1985031006

Mengetahui, Ketua Departemen,

Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc NIP : 19610123 198601 1 002


(5)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 13September 1989, sebagai anak ketiga dari Sunhadji Waluyo dan Wahyuni Badriyah. Penulis merupakan lulusan pendidikan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Curug2 pada tahun 2001, kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 11Depok pada tahun 2004 dan kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN)4Depok. Pada tahun 2007, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) untuk Program Diploma program keahlian Perencanaan dan Pengendalian Manufaktur/Jasa (PPMJ).

Penulis memperoleh gelar Ahli Madya pada tahun 2010 dari Program Diploma dengan predikat sangat memuaskan. Pada tahun yang sama yaitu tahun 2010, penulis melanjutkan pendidikan ke Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur tes. Untuk menyelesaikan skripsi, penulis melakukan praktek lapang dengan judul Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada PT. XYZ di Sunter Jakarta Utara.


(6)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini diajukan sebagai syarat kelulusan dan mendapatkan gelar sarjana ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen.

Penelitian ini berdasarkan praktek kerja lapangan (PKL) yang dilakukan penulis selama satu bulan terhitung sejak 1 – 27 Juli 2012 dengan mengambil judul Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada PT. XYZ, Jakarta (Studi Kasus pada Painting Plastik PartHonda OEM). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa jumlah pemesanan ekonomis dan kapan bahan baku dipesan sehingga diperoleh total biaya yang efisiensi untuk perusahaan dan diharapkan penelitian ini dapat berguna untuk perusahaan kedepannya.

Penulis berharap bahwa penulisan skripsi ini dapat memberikan kontribusi positif kepada para pembaca khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk senantiasa memperoleh wawasan dan pengetahuan.Sangat disadari penulis bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat mambangun demi kesempurnaan skripsi ini dan lebih baik lagi pada masa mendatang.Atas perhatiannya,penulis ucapkan terima kasih.

Bogor, Desember 2012


(7)

v

UCAPAN TERIMAKASIH

Skripsiini dapat terselesaikan karena adanya dukungan dari berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua dan kedua kakakku yang sudah memberikan doanya dan dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir. Abdul Basith, MS selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM dan Bapak R. Dikky Indrawan, SP, MM selaku dosen penguji.

4. Seluruh dosen pengajar pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Institut Pertanian Bogor.

5. Bapak Purwanto selaku staf HRD yang telah memberi kesempatan bagi penulis untuk dapat melakukan praktik kerja lapangan dibagian Technical Departement.

6. Bapak Iwantoro dan Bapak Rasmidi yang telah bersedia menjadi pembimbing lapangan.

7. Seluruh staf yang ada dibagian Technical Departement dan karyawan PT. XYZkhususnya pada jalur small partyang banyak membantu dalam pencarian data untuk penulisan skripsi ini.

8. Bapak Tarman dan Bapak Agus bagian Warehouse, Bapak Rian dan Bapak Aspar bagian PPC, Bapak Tukimin bagian Accounting dan Bapak Tohibud bagian Purchasing yang telah meluangkan waktunya untuk menjawab pertanyaan yang penulis ajukan.

9. Sahabat dan teman-teman yang ada di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen.

10.Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikannya.


(8)

vi

DAFTAR ISI

Halaman RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Definisi Persediaan ... 7

2.2 Faktor Penyebab Munculnya Persediaan ... 8

2.3 Manfaat Persediaan ... 8

2.4 Fungsi Persediaan ... 10

2.5 Jenis Persediaan ... 11

2.6 Biaya Persediaan ... 12

2.7 Model Pengendaliaan Persediaan ... 14

2.7.1 Analisis ABC ... 14

2.7.2 Jumlah Pemesanan Ekonomis ... 15

2.7.3 Persediaan Pengaman ... 17

2.7.4Reorder Point ... 18

2.8 Penelitian Terdahulu ... 19

III. METODE PENELITIAN ... 21

3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 21

3.2 Metodologi Penelitian ... 22

3.2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

3.2.2 Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 23

3.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 23

3.3.1 Analisis ABC ... 24

3.3.2 Model EOQ ... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26


(9)

vii

4.1.1 Profil Perusahaan ... 26

4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan ... 27

4.1.3 Kebijakan Mutu PT. Gaya Motor ... 29

4.1.4 Data Fisik PT. Gaya Motor ... 29

4.2 Proses Produksi Honda OEM ... 30

4.3 Pengendalian Persediaan Bahan Baku... 34

4.3.1 Prosedur Pembelian Bahan Baku ... 35

4.3.2 Prosedur Penerimaan Bahan Baku ... 36

4.3.3 Prosedur Pemakaian Bahan Baku ... 37

4.4 Penentuan Bahan Baku Prioritas dengan Analisis ABC ... 38

4.5 Biaya Persediaan ... 40

4.5.1 Biaya Pemesanan ... 40

4.5.2 Biaya Penyimpanan ... 41

4.6 Jumlah Pemesanan Ekonomis ... 41

4.7 Implikasi Manajerial ... 44

KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

1. Kesimpulan ... 45

2. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47


(10)

viii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Rencana kebutuhan bahan baku Honda OEM ... 2

2. Penggunaan bahan baku Honda OEM ... 3

3. Hasil analisis ABC bahan baku Honda OEM ... 39

4. Perhitungan biaya pemesanan... 41

5. Kebutuhan optimum bahan baku kelas A dengan metode EOQ ... 42

6. Jumlah pemesanan yang diperkirakan sepanjang tahun dan waktu antar pemesanan yang diperkirakan pada EOQ dengan jumlah pemesanan masing-masing bahan baku ... 42

7. Perbandingan total biaya tahunan bahan baku kelas A dengan metode EOQ dan perusahaan ... 43


(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Representasi grafik dari analisis ABC ... 15

2. Penggunaan persediaan dalam waktu tertentu ... 16

3. Biaya total sebagai fungsi dari kuantitas pemesanan ... 17

4. Kerangka pemikiran penelitian ... 22

5. Prosedur pembelian bahan baku ... 36

6. Prosedur penerimaan bahan baku ... 37


(12)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Pengumpulan dan analisis data ... 49

2. Struktur organisasi PT. XYZ ... 50

3. Layout PT. XYZ ... 51

4. Layout small part ... 52

5. Peta proses operasi painting plastik part Honda OEM ... 53

6. Hasil perhitungan bahan baku Nippe Acryl HM NH/103 ... 54

7. Hasil perhitungan bahan baku Nax Superio Base AHM Thinner (New) . 54 8. Hasil perhitungan bahan baku Wip Up Solvent ... 54

9. Hasil perhitungan bahan baku F/C R258 Winning Red ... 55


(13)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemesanan dan penyimpanan barang merupakan kegiatan yang sangat penting pada bagian pengendalian persediaan barang atau inventory control dalam suatu perusahaan, baik barang tersebut merupakan bahan baku yang digunakan sebagai bahan produksi suatu perusahaan ataupun sebagai barang yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari. Pada kegiatan pemesanan bahan baku, bahan baku yang dipesan adalah bahan baku yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Sehingga ada kalanya pada saat unit-unit dalam organisasi membutuhkan barang untuk melakukan aktivitas, barang yang dibutuhkan tidak tersedia di gudang. Adapun sebaliknya, apabila organisasi memesan barang dengan jumlah yang cukup besar serta setiap unit-unit belum membutuhkan, maka akan mengalami penumpukkan persediaan dan berpengaruh kepada biaya penyimpanan dan mutu bahan baku yang disimpan menjadi kurang baik. Pengendalian persediaan barang yang tepat diperlukan perusahaan untuk menghasilkan jumlah barang yang optimal dan mengeluarkan biaya seminimal mungkin.

PT. XYZ adalah perusahaan general assembling yang didirikan pada tahun 1963. Perusahaan ini dapat bertahan walaupun tidak memiliki produk sendiri. Perusahaan ini menggunakan sistem make to order, yang mana produksi sesuai pesanan pelanggan.Salah satu produksi PT. XYZ adalah painting plastik partHonda OEM (Original Equipment Manufacturer). Proses painting plastik part Honda OEM adalah salah satu produk PT XYZ yang nantinya akan dikirim ke ATPM (Agen Tunggal Pemilik Merek) untuk dirakit dan dijadikan unit sepeda motor.Setiap harinya perusahaan harus mengirimkan sekitar 1400 pcs plastik part yang sudah di painting dari 14 part yang ada untuk dijadikan 100 unit kendaraan sepeda motor. Namun dalam praktiknya perusahaan sering mengalami pengembalian part yang salah satunya disebabkan karena tidak ratanya plastik part yang di cat. Hal tersebut menyebabkan bertambahnya part yang akan dilakukan painting untuk membayar claimdari ATPM, sehingga kebutuhan bahan baku yang sudah direncanakan tidak sesuai dengan pemakaian aktualnya. Oleh


(14)

Tabel 1. Rencana kebutuhan bahan baku Honda OEM

Bahan Baku Jul-11 Ags-11 Sep-11 Okt-11 Nop-11 Des-11 Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Jun-12

Nippe Acryl HM NH / 103 1047,92 692,02 1136,89 1047,92 1977,2 1136,89 1878,34 988,6 642,59 840,31 444,87 494,3 Nax Superio Base AHM Thinner

(New) 1034,56 683,2 1122,4 1034,56 1952 1122,4 1854,4 976 634,4 829,6 439,2 488 Wip Up Solvent 385,84 254,8 418,6 385,84 728 418,6 691,6 364 236,6 309,4 163,8 169,9 F/C R258 Winning Red 80,56 53,2 87,4 80,56 152 87,4 144,4 76 49,4 64,6 34,2 38

T/C Clear Base 106 70 115 106 200 115 190 100 65 85 45 50

U/C NH-177M Vostok Silver Met 84,8 56 92 84,8 160 92 157 80 52 68 36 40 U/C Pink R258 For Winning Red 74,2 49 80,5 74,2 140 80,5 285 70 45,5 59,5 31,5 35 Polyure Mightylac Hardener 34,56 22,82 37,49 34,56 65,2 37,49 61,94 32,6 21,19 27,71 14,67 16,3 SGI U/C Thinner New 159 105 172,5 159 300 172,5 285 150 97,5 127,5 67,5 75 SGI F/C Thinner 137,8 91 149,5 137,8 260 149,5 247 130 84,5 110,5 58,5 65 Sarung Tangan Nylon 267,12 176,4 289,8 267,12 504 289,8 478,8 252 163,8 214,2 113,4 117,6 Thinner Laquer Central 207,76 137,2 225,4 207,76 392 225,4 372,40 196,00 127,4 166,60 88,2 91,46 U/C NH-A 30M Digital Silver 36,04 23,8 39,1 36,04 68 39,1 64,6 34 22,1 28,9 15,3 17 Masking Tape 1x30 Anco 326,48 215,6 354,2 326,48 616 354,2 585,2 308 200,2 261,8 138,6 143,7 Sand Paper #600 148,4 98 161 148,4 280 161 266 140 91 119 63 65,3 Masking Tape 2x30 Anco 59,36 39,2 64,4 59,36 112 64,4 106,4 56 36,4 47,6 25,2 26,1 Masker Kain 148,4 98 161 148,4 280 161 266 140 91 119 63 65,3 Tag Rag 59,36 39,2 64,4 59,36 112 64,4 106,4 56 36,4 47,6 25,2 26,1 Tessa Flexible Fineline Masking

Tape 4174 2,968 7,96 3,22 2,968 5,6 3,22 5,32 2,8 1,82 2,38 1,26 5,3 Sarung Tangan 6 Benang 20,776 13,72 22,54 20,776 39 22,54 37,24 19,6 12,74 16,66 8,8 9,15 Sand Paper #800 35,616 23,52 38,64 35,616 67,2 38,64 63,84 33,6 21,84 28,56 15,12 15,68 High Performance Cloth (IPO) 2,97 7,96 3,22 2,97 5,6 3,22 5,32 2,80 1,82 2,38 1,26 5,3 Majun B 26,712 17,64 28,98 26,712 50,4 28,98 47,88 25,2 16,38 21,42 11,34 11,76 Sarung Tangan Karet 20,776 13,72 22,54 20,776 39 22,54 37,24 19,6 12,74 16,66 6,8 9,15 Koran Bekas 11,872 7,84 12,88 11,872 22,4 12,88 21,28 11,2 7,28 9,52 5,04 5,22 Scoth Brate 2,968 7,96 3,22 2,968 5,6 3,22 5,32 2,8 1,82 2,38 1,26 5,3


(15)

Tabel 2. Penggunaan bahan baku Honda OEM

Bahan Baku Jul-11 Ags-11 Sep-11 Okt-11 Nop-11 Des-11 Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Jun-12

Nippe Acryl HM NH / 103 1136,89 741,45 1038,03 1047,92 1878,34 1482,9 2174,92 988,6 692,02 840,31 247,15 642,59 Nax Superio Base AHM Thinner

(New) 1122,4 732 1024,8 1034,56 1854,4 1464 2147,2 976 683,2 829,6 244 634,4 Wip Up Solvent 418,6 237 382,2 385,84 691,6 546 800,8 364 254,8 309,4 81 236,6 F/C R258 Winning Red 87,4 57 79,8 80,56 144,4 114 167,2 76 53,2 64,6 19 49,4

T/C Clear Base 115 75 105 106 190 150 220 100 70 85 25 65

U/C NH-177M Vostok Silver Met 92 60 84 84,8 157 120 176 80 56 68 20 52 U/C Pink R258 For Winning Red 80,5 52,5 73,5 74,2 285 105 154 70 49 59,5 17,5 45,5 Polyure Mightylac Hardener 37,49 24,45 34,23 34,56 61,94 48,9 71,72 32,6 22,82 27,71 8,15 21,19 SGI U/C Thinner New 172,5 112,5 157,5 159 285 225 330 150 105 127,5 37,5 97,5 SGI F/C Thinner 149,5 97,5 136,5 137,8 247 195 286 130 91 110,5 32,5 84,5 Sarung Tangan Nylon 289,8 189 264,6 267,12 478,8 378 554,4 252 176,4 214,2 63 163,8 Thinner Laquer Central 225,4 147,00 205,80 207,76 372,40 294,00 431,20 196,00 137,2 166,60 49,00 127,4 U/C NH-A 30M Digital Silver 39,1 25,5 35,7 36,04 64,6 51 74,8 34 23,8 28,9 8,5 22,1 Masking Tape 1x30 Anco 354,2 231 323,4 326,48 585,2 462 677,6 308 215,6 261,8 77 200,2 Sand Paper #600 161 105 147 148,4 266 210 308 140 98 119 35 91 Masking Tape 2x30 Anco 64,4 42 58,8 59,36 106,4 84 123,2 56 39,2 47,6 14 36,4

Masker Kain 161 105 147 148,4 266 210 308 140 98 119 35 91

Tag Rag 64,4 42 58,8 59,36 106,4 84 123,2 56 39,2 47,6 14 36,4 Tessa Flexible Fineline Masking

Tape 4174 3,22 2,1 2,94 2,968 5,32 4,2 6,16 2,8 7,96 2,38 0,7 1,82 Sarung Tangan 6 Benang 22,54 14,7 20,58 20,776 37,24 29,4 43,12 19,6 13,72 16,66 4,9 12,74 Sand Paper #800 38,64 25,2 35,28 35,616 63,84 50,4 73,92 33,6 23,52 28,56 8,4 21,84 High Performance Cloth (IPO) 3,22 2,10 2,94 2,97 5,32 4,20 6,16 2,80 7,96 2,38 0,70 1,82 Majun B 28,98 18,9 26,46 26,712 47,88 37,8 55,44 25,2 17,64 21,42 6,3 16,38 Sarung Tangan Karet 22,54 14,7 20,58 20,776 37,24 29,4 43,12 19,6 13,72 16,66 4,9 12,74 Koran Bekas 12,88 8,4 11,76 11,872 21,28 16,8 24,64 11,2 7,84 9,52 2,8 7,28 Scoth Brate 3,22 2,1 2,94 2,968 5,32 4,2 6,16 2,8 7,96 2,38 0,7 1,82


(16)

sebabitu diperlukan manajemen persediaan yang baik untuk pengendalian persediaan bahan baku agar optimal.

Manajemen persediaan meliputi setiap aktivitas yang menjaga agar tingkat persediaan tetap berada dalam tingkatan yang diinginkan. Kebijakan dalam manajemen persediaan perlu dirumuskan secara tepat sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan oleh perusahaan. Terdapat beberapa metode untuk mengendalikan tingkat persediaan, diantaranya adalah analisis ABC dan model Economic Order Quantity (EOQ).

Analisis ABC digunakan untuk mengklasifikasikan bahan baku berdasarkan dolar tahunan yakni hasil persentase komulatif dari perkalian antara permintaan dengan harga perunit bahan baku. Pengelompokkan ini dapat membantu manager untuk lebih fokus pada bahan baku yang memiliki persentase komulatif tinggi yakni kelas A dan memberikan kontrol yang secukupnya untuk bahan baku yang lain.

Metode EOQ digunakan untuk menentukan jumlah barang yang optimal dalam satu periode dengan meminimalkan total biaya persediaan. Biaya persediaan itu terdiri dari setup cost dan holding cost. Pada penentuanjumlah barang yang akan dipesan dibutuhkan data-data hasil analisa yangmendalam sehingga menghasilkan jumlah barang yang optimal untuk dipesan dantidak merugikan perusahaan. Beberapa keuntungan dari kebijakan penerapan EOQ dalam manajemen persediaan adalah investasi yang tertanam dalam persediaan bisa dijaga tetap minimum dan jumlah pemesanan bahan baku disesuaikan kebutuhan konsumsi.

1.1. Perumusan Masalah

Masalah utama persediaan bahan baku adalah menentukan berapa jumlah pesanan ekonomis yang akan menjawab persoalan berapa jumlah bahan baku dan kapan bahan baku itu dipesan sehingga dapat meminimasi ordering cost dan holding cost. Masalah lain dari persediaan bahan baku adalah terjadinya penumpukan yang dapat mengurangi mutu dari bahan baku itu sendiri. Melihat masalah tersebut maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem persediaan bahan baku yang sedang berjalan pada PT. XYZ?


(17)

2. Bagaimana mengoptimalkan persediaan bahan baku agar tidak menghambat proses produksi pada PT. XYZ?

3. Bagaimana mengefisiensikan total biaya persediaan bahan baku pada PT. XYZ?

1.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengkaji sistem persediaan bahan baku saat ini pada PT. XYZ.

2. Mengoptimalkan persediaan bahan baku pada PT. XYZmenggunakan Analisis ABC.

3. Analisis efisiensi total biaya persediaan bahan baku pada PT. XYZ menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ).

1.3. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di perkuliahan untuk dapat menerapkannya di lapangan.

2. Bagi perusahaan, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan pengendalian persediaan.

3. Bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengendalian persediaan.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Persediaan yang dikaji adalah bahan baku pada jalur painting plastik part Honda OEM.

2. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan selama bulan Juli2012, dan data yang diperlukan berupa data sekunder selama satu tahun yakni dari Juli 2011 - Juni 2012dan seluruhnya bersumber pada catatan kebutuhan bahan baku di bagian Production Planing Control (PPC).


(18)

3. Dalam perhitungan Economic Order Quantity (EOQ) bahan baku yang diperhitungkan hanya bahan baku yang tergolong kedalam kelas A pada analisis ABC.


(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Persediaan

Menurut Pardede (2005), persediaan (inventory) adalah sejumlah barang atau bahan yang tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu di masa yang akan datang. Sediaan terjadi apabila jumlah bahan atau barang yang diadakan (dibeli atau dibuat sendiri) lebih besar daripada jumlah yang digunakan (dijual atau diolah sendiri).

Menurut Ristono (2009), persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang. Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan bahan setengah jadi, dan persediaan barang jadi. Persediaan bahan baku dan bahan setengah jadi di simpan sebelum digunakan atau dimasukan ke dalam proses produksi, sedangkan persediaan barang jadi atau barang dagangan di simpan sebelum dijual atau dipasarkan.

Menurut Heizer dan Render (2010), persediaan adalah salah satu asset termahal dari banyak perusahaan, mewakili sebanyak 50% dari keseluruhan modal yang diinvestasikan. Manajer operasi diseluruh dunia telah menyadari bahwa manajemen persediaan sangatlah penting. Di satu sisi, sebuah perusahaan dapat mengurangi biaya dengan mengurangi persediaan. Di sisi lain, produksi dapat berhenti dan pelanggan menjadi tidak puas ketika sebuah barang tidak tersedia. Tujuan manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan.

Menurut Assauri (2008), persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual suatu periode usaha yang normal atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan/proses produksi, ataupun persediaan barang baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Jadi persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan, parts yang disediaakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi/produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari komponen atau langganan setiap waktu.


(20)

2.2. Faktor Penyebab Munculnya Persediaan

Menurut Sumayang (2003), penyebab timbulnya persediaan adalah sebagai berikut:

1. Menghilangkan pengaruh ketidakpastian. Untuk menghadapi ketidakpastian maka pada sistem ditetapkan persediaan darurat yang dinamakan safety stock. Jika sumber dari ketidakpastian dapat dihilangkan, maka jumlah inventory maupun safety stock dapat dikurangi.

2. Memberi waktu luang untuk pengelolaan produksi dan pembelian. Kadang-kadang lebih ekonomis memproduksi barang dalam proses atau barang jadi dalam jumlah besar atau dalam jumlah paket yang kemudian disimpan sebagai persediaan.

3. Untuk mengantisipasi perubahan pada demand dan supply. Inventory disiapkan untuk menghadapi bila ada perkiraan perubahan harga dan persediaan bahan baku.

2.3. Manfaat Persediaan

Menurut Assauri (2008), alasan diperlukannya persediaan oleh suatu perusahaan adalah karena:

1. Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi untuk memindahkan produk dari suatu tingkat ke tingkat produksi proses yang lain, yang disebut persediaan dalam proses dan pemindahan.

2. Alasan organisasi, untuk memungkinkan satu unit atau bagian membuat jadwal operasinya secara bebas, tidak tergantung dari yang lainnya.

Alasan-alasan utama untuk mengadakan sediaan menurut Pardede (2005), adalah kaitannya dengan hal-hal berikut :

1. Berjaga-jaga

Pengadaan persediaan dapat dipandang sebagai suatu cara untuk berjaga-jaga tehadap kemungkinan tidak tersedianya atau tidak cukupnya bahan-bahan pada saat dibutuhkan. Kemungkinan seperti itu terjadi apabila permintaan berubah-ubah dan tidak dapat diramalkan. Penyebab lainnya adalah masa tunggu (lead time) yang berubah-ubah dan sering tidak dapat


(21)

diperkirakan. Penyebab itu dapat juga kedua-duanya sekaligus, yaitu permintaan tidak pasti. Sediaan yang diadakan dengan maksud untuk jaga terhadap kemungkinan seperti itu disebut sediaan berjaga-jaga(buffer stock).

2. Pemisahan operasi (operation decoupling)

Pada suatu rangkaian kegiatan pengolahan, setiap kegiatan sangat bergantung kepada, atau dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan lain. Pada beberapa kegiatan yang berurutan, apabila satu kegiatan terhenti maka kegiatan berikutnya akan terganggu. Untuk mengatasi hal ini maka dua kegiatan yang berurutan dapat dipisahkan dari segi sediaan. Dengan cara ini suatu kegiatan yang mengikuti, atau yang merupakan lanjutan dari, kegiatan lain “dibekali” dengan sediaan bahan dalam pengerjaan sehingga ketergantungan terhadap kegiatan pendahulunya dapat diperkecil.

Disamping itu, pemisahan kegiatan dari segi sediaan juga dilakukan agar setiap kegiatan dapat direncanakan jadwal secara bebas tanpa harus menyesuaikannya dengan jadwal-jadwal kegiatan lain.

3. Pemantapan produksi (smoothing production)

Apabila sejumlah barang yang diminta berubah-ubah naikturun secara tidak teratur, perusahaan tidak harus menaik-turunkan tingkat pengolahan untuk memenuhinya. Pengolahan dapat diusahakan agar selalu berada pada tingkat yang tetap dengan bantuan sediaan. Pada saat jumlah barang yang dibuat lebih besar dari jumlah yang diminta maka sediaan akan menumpuk. Sediaan ini nantinya akan digunakan untuk menutupi kekurangan pada saat jumlah yang dibuat rendah dari jumlah yang diminta.

4. Penghematan biaya penanganan sediaan

Pada suatu rangkaian kegiatan pengolahan, bahan-bahan mengalir mulai dari kegiatan tahap awal hingga kegiatan tahap akhir. Pergerakan bahan-bahan ini tentu saja membutuhkan biaya terutama pada kegiatan pengolahan yang terputus-putus (intermitten production process). Biaya ini, yang disebut biaya penanganan sediaan(material handling cost), dapat dihemat dengan cara mengadakan atau menempatkan sediaan di antara dua kegiatan yang berurutan.


(22)

5. Penghematan biaya pengadaan bahan

Biaya pengadaan bahan (material procurement cost) akan dapat dihemat melalui pemanfaatan potongan jumlah (quantity discount) yang ditawarkan oleh perusahaan pemasok. Potongan jumlah diperoleh apabila pembelian dilakukan dalam jumlah besar, dan pembelian dalam jumlah besar akan dimungkinkan dengan pengadaan sediaan.

2.4. Fungsi Persediaan

Menurut Heizer dan Render (2010), persediaan dapat melayani beberapa fungsi yang menambal fleksibilitas bagi operasi perusahaan. Keempat fungsi persediaan adalah sebagai berikut:

1. “Decouple” atau memisahkan beberapa tahapan dari proses produksi. Sebagai contoh, jika persediaan sebuah perusahaan berfluktuasi, persediaan tambahan mungkin diperlukan untuk melakukan decouple proses produksi dari pemasok.

2. Melakukan “decouple” perusahaan dari fluktuasi permintaan dan menyediakan persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan. Persediaan seperti ini digunakan secara umum pada bisnis eceran.

3. Mengambil keuntungan dari diskon kuantitas karena pembelian dalam jumlah besar dapat mengurangi biaya pengiriman barang.

4. Melindungi terhadap inflasi dan kenaikan harga.

Menurut Assauri (2008), persediaan yang diadakan mulai dari yang bentuk bahan mentah sampai dengan barang jadi, mempunyai fungsi yaitu:

1. Menghilangkan risiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.

2. Menghilangkan risiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan.

3. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.

4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi.


(23)

5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.

6. Memberikan pelayanan (service) kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya dimana keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi atau memberikan jaminan tetap tersediaanya barang jadi tersebut.

7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaannya atau penjualannya.

2.5. Jenis Persediaan

Menurut Nasution dan Prastyawan (2008), dilihat dari jenisnya persediaan dibedakan menjadi empat, yaitu:

1. Bahan baku (raw material) adalah barang-barang yang dibeli dari pemasok (supplier) dan akan digunakan atau diolah menjadi produk jadi yang akan dihasilkan perusahaan.

2. Bahan setengah jadi (work in process) adalah bahan baku yang sudah diolah atau dirakit menjadi komponen namun masih membutuhkan langkah-langkah lanjutan agar menjadi produk jadi.

3. Barang jadi (finish good) adalah barang jadi yang telah selesai diproses, siap untuk disimpan di gudang barang jadi, dijual, atau didistribusikan ke lokasi-lokasi pemasaran.

4. Bahan-bahan pembantu(supplies) adalah barang-barang yang dibutuhkan untuk menunjang produksi, namun tidak akan menjadi bagian pada produk akhir yang dihasilkan perusahaan.

Menurut Heizer dan Render (2010), untuk mengakomodasi fungsi-fungsi persediaan, perusahaan harus memelihara empat jenis persediaan, yaitu:

1. Persediaan bahan mentah (raw material inventory), digunakan untuk melakukan decouple (memisahkan) pemasok dari proses produksi. Bagaimanapun juga, pendekatan yang lebih dipilih adalah menghilangkan variabilitas pemasok akan kualitas, kuantitas, atau waktu pengantaran sehingga tidak diperlukan pemisahan.

2. Persediaan barang setengah jadi (work in process-WIP inventory) adalah komponen-komponen atau bahan mentah yang telah melewati beberapa proses perubahan, tetapi belum selesai. WIP ada karena waktu yang


(24)

diperlukan untuk menyelesaikan sebuah produk (disebut waktu siklus). Mengurangi waktu siklus akan mengurangi persediaan.

3. Persediaan pasokan pemeliharaan/perbaikan/operasi (maintenance, repair, operating-MRO) adalah persediaan-persediaan yang disediakan untuk persediaan pemeliharaan, perbaikan dan operasi yang dibutuhkan untuk menjaga agar mesin-mesin dan proses-proses tetap produktif. MRO ada karena kebutuhan serta waktu untuk pemeliharaan dan perbaikan dari beberapa perlengkapan tidak diketahui. Walaupun permintaan akan MRO merupakan fungsi dari jadwal pemeliharaan, permintaan-permintaan MRO lainnya yang tidak terjadwal harus diantisipasi.

4. Persediaan barang jadi (finish good inventory) adalah produk yang telah selesai dan tinggal menunggu pengiriman. Barang jadi dapat dimasukkan ke persediaan karena permintaan pelanggan di masa mendatang tidak diketahui.

2.6. Biaya Persediaan

Menurut Ristono (2009), biaya persediaan dapat dibedakan atas: 1. Ongkos pembelian (purchase cost)

Ongkos pembelian adalah harga per unit apabila item dibeli dari pihak luar, atau biaya produksi per unit apabila diproduksi dalam perusahaan atau dapat dikatakan pula bahwa biaya pembelian adalah semua biaya yang digunakan untuk membeli suku cadang. Penetapan dari biaya pembelian ini tergantung dari pihak penjualan barang atau bahan sehingga pihak pembeli hanya bisa mengikuti fluktuasi harga barang yang ditetapkan oleh pihak penjual.

2. Ongkos pemesanan atau Biaya persiapan (order cost/set up cost)

Ordering cost adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan pemesanan barang ke supplier. Besar kecilnya biaya pemesanan sangat tergantung pada frekuensi pesanan, semakin sering memesan barang maka biaya yang dikeluarkan akan semakin besar dan sebaliknya. Biaya pemesanan secara terperinci meliputi :

1. Biaya persiapan pesanan, antara lain :


(25)

b. Pengeluaran surat menyurat 2. Biaya penerimaan barang, seperti :

a. Biaya pembongkaran dan pemasukan ke gudang b. Biaya laporan penerimaan barang

c. Biaya pemeriksaan barang atau biaya pengecekan 3. Biaya pengiriman pesanan ke gudang

4. Biaya-biaya proses pembayaran, seperti biaya pembuatan cek, pengiriman cek atau biaya transfer ke bank supplier, dan sebagainya. 3. Ongkos simpan (carrying cost/holding cost/storage cost)

Ongkos simpan adalah biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam persediaan dan pemeliharaan maupun investasi sarana fisik untuk menyimpan persediaan, atau dapat pula dikatakan biaya yang timbul akibat penyimpanan barang maupun bahan (diantaranya: fasilitas penyimpanan, sewa gudang, keusangan, asuransi, pajak dan lain-lain). Yang termasuk dalam biaya simpan antara lain:

a. Biaya sewa atau penggunaan gudang. b. Biaya pemeliharaan barang.

c. Biaya pemanasan atau pendinginan, bila untuk menjaga ketahanan barang dibutuhkan faktor pemanas atau pendingin.

d. Biaya menghitung dan menimbang barang. 4. Biaya kekurangan persediaan (stockout cost)

Dengan kekurangan persediaan maka biaya yang timbul adalah sebagai berikut:

a. Kehilangan pendapatan. b. Selisih harga komponen. c. Terganggunya operasi.

Menurut Heizer dan Render (2010) biaya persediaan meliputi:

1. Biaya penyimpanan (holding cost) adalah biaya yang terkait dengan menyimpan atau “membawa” persediaan selama waktu tertentu. Oleh karena itu, biaya penyimpanan juga mencakup biaya barang usang dan biaya yang terkait dengan penyimpanan, seperti asuransi, pegawai tambahan, dan pembayaran bunga.


(26)

2. Biaya pemesanan (ordering cost) mencakup biaya dari persediaan, formulir, proses pesanan, pembelian, dukungan administrasi, dan seterusnya. Ketika pesanan sedang diproduksi, biaya pesanan juga ada, tetapi mereka adalah bagian dari biaya penyetelan.

3. Biaya penyetelan (setup cost) adalah biaya untuk mempersiapkan sebuah mesin atau proses untuk membuat sebuah pesanan. Ini menyertakan waktu dan tenaga kerja untuk membersihkan serta mengganti peralatan atau alat penahan. Manajer operasi dapat menurunkan biaya pemesanan dengan mengurangi biaya penyetelan serta menggunakan prosedur yang efisien, seperti pemesanan dan pembayaran elektronik.

2.7. Model Pengendalian Persediaan 2.7.1 Analisis ABC

Menurut Heizer dan Render (2010), analisis ABC membagi persediaan yang ada menjadi tiga klasifikasi dengan basis volume dolar tahunan. Analisis ABC adalah sebuah aplikasi persediaan dari prinsip Pareto. Prinsip Pareto menyatakan terdapat “sedikit hal yang kritis dan banyak yang sepele”. Gagasannya adalah untuk membuat kebijakan-kebijakan persediaan yang memfokuskan persediaan pada bagian-bagian persediaan kritis yang sedikit dan tidak pada banyak yang sepele. Tidaklah realistis jika memantau barang-barang yang tidak mahal dengan intensitas yang sama dengan barang-barang yang sangat mahal.

Untuk menentukan volume dolar tahunan dari analisis ABC, mengukur permintaan tahunan dari setiap barang persediaan dikalikan biaya per unitnya. Barang-barang kelas A adalah barang yang volume dolar tahunannya tinggi. Walaupun barang ini hanya mempresentasikan 15% dari barang-barang persediaan total. Barang kelas A juga mempresentasikan 70% sampai 80% dari penggunaan uang secara keseluruhan. Barang-barang kelas B adalah barang persediaan dengan volume dolar tahunan yang sedang. Barang ini mempresentasikan sekitar 30% dari barang persediaan dan 15% sampai 25% dari nilai total. Barang dengan volume dolar tahunan kecil adalah kelas C yang hanya mempresentasikan 5 % dari volume dolar tahunan, tetapi mewakili sekitar 55% dari barang persediaan total.


(27)

Gambar 1. Representasi grafik dari analisis ABC

Kriteria lain dari volume dolar tahunan juga dapat menentukan klasifikasi barang, seperti perubahan-perubahan teknik yang diantisipasi, masalah-masalah pengantaran, masalah kualitas, atau biaya unit yang tinggi yang menyebabkan barang naik ke klasifikasi yang lebih tinggi. Keuntungan membagi barang-barang persediaan ke dalam kelas adalah kebijakan dan kontrol dapat diterapkan pada setiap kelas. Adapun kebijakan yang dapat didasarkan pada analisis ABC:

1. Membeli sumber daya yang ditujukan untuk pengembangan pemasok harus jauh lebih tinggi untuk barang A secara individu dibandingkan dengan barang C.

2. Barang A harus memiliki kontrol persediaan fisik yang lebih ketat, barang tersebut mungkin ditempatkan di bagian yang lebih aman, dan akurasi catatan persediaannya untuk barang A harus lebih sering diverifikasi.

3. Meramalkan barang A memerlukan perhatian lebih dibanding barang lainnya.

2.7.2 Jumlah Pemesanan Ekonomis (Economic Order Quantity, EOQ)

Menurut Pardede (2005), model jumlah pesanan terhemat (economic order quantity model = EOQ model) digunakan dalam menentukan jumlah barang yang akan dipesan untuk setiap kali pemesanan serta jumlah biaya pengadaan bahan-bahan. EOQ menunjukkan jumlah barang yang harus dipesan untuk setiap kali pemesanan agar biaya sediaan keseluruhan menjadi sekecil mungkin.

Barang A

Barang B

Barang C

Pe

rs

en

d

ar

i p

en

gg

un

aa

n

do

la

r t

ah

un

an


(28)

Menurut Heizer dan Render (2010), model kuantitas pesanan ekonomis (economic order quantity-EOQ) adalah salah satu teknik kontrol persediaan yang tertua dan paling dikenal, tetapi berdasarkan beberapa asumsi:

1. Jumlah permintaan diketahui, konstan dan independen.

2. Waktu tunggu yakni waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan diketahui dan konstan.

3. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya. Dengan kata lain, persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada suatu waktu.

4. Tidak tersedia diskon kuantitas.

5. Biaya variable hanya biaya untuk menyiapkan atau melakukan pemesanan dan biaya menyimpan persediaan dalam waktu tertentu.

6. Kehabisan persediaan dapat sepenuhnya dihindari jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.

Dengan asumsi tersebut, grafik penggunaa persediaan terhadap waktu memiliki bentuk gigi gergaji, seperti pada Gambar 2. Permintaan bersifat konstan sepanjang waktu, perediaan menurun pada laju yang sama sepanjang waktu. Setiap kali tingkat persediaan mencapai 0, pesanan baru dibuat serta diterima, dan tingkat persediaan melompat ke EOQ. Proses ini terus berlanjut sepanjang waktu.


(29)

Pada Gambar 3 menunjukkan hubungan antara kedua biaya tersebut, biaya penyimpanan (holding/carrying cost) dan biaya pemesanan (ordering cost) dalam bentuk grafik. Kurva biaya penyimpanan menunjukkan sebuah garis lurus yang naik apabila jumlah persediaan bertambah besar. Kurva biaya pesanan menunjukkangaris lengkung menurun mendekati nol apabila jumlah persediaan bertambah.Kurva biaya persediaan total (TC) merupakan penjumlahan dua kurva biayatersebut, dimana kurva tersebut akan menurun dan mencapai titik minimum pada jumlah persediaan tertentu dan kemudian naik lagi. Dalam hal ini Q = EOQ akantercapai pada perpotongan antara kedua kurva tersebut.

Gambar 3. Biaya total sebagai fungsi dari kuantitas pesanan 2.7.3 Persediaan Pengaman (Safety Stock, SS)

Menurut Pujawan (2005), safety stock fungsinya adalah sebagai perlindungan terhadap ketidakpastian permintaan maupun pasokan. Perusahaan biasanya menyimpan lebih banyak dari yang diperkirakan dibutuhkan selama suatu periode tertentu supaya kebutuhan yang lebih banyak bisa dipenuhi tanpa harus menunggu. Menentukan berapa besarnya persediaan pengaman adalah pekerjaan yang sulit. Besar kecilnya persediaan pengaman terkait dengan biaya persediaan dan service level.

Menurut Ristono (2009), faktor-faktor yang menentukan besarnya safety stock adalah :

1. Penggunaan bahan baku rata-rata

Salah satu dasar untuk memperkirakan penggunaan bahan baku selama periode tertentu, khususnya selama periode pemesanan adalah rata-rata


(30)

penggunaan bahan baku pada masa sebelumnya. Hal ini perlu diperhatikan karena peramalan permintaan langganan memiliki risiko yang tidak dapat dihindarkan bahwa persediaan yang telah ditetapkan sebelumnya atas dasar taksiran tersebut habis sama sekali sebelum penggantian bahan/barang dari pesanan datang.

2. Faktor waktu atau lead time (procurement time)

Lead time adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan bahan-bahan sampai dengan kedatangan bahan-bahan yang dipesan tersebut dan diterima di gudang persediaan. Lamanya waktu tersebut tidaklah sama antara satu pesanan dengan pesanan yang lain, tetapi bervariasi.

2.7.4 Reorder Point

Menurut Riyanto (2001), reorder point ialah saat atau titik di mana harus diadakan pesanan lagi sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan material yang dipesan itu adalah tepat pada waktu dimana persediaan di atas safety stock sama dengan nol. Dengan demikian diharapkan datangnya material yang dipesan itu tidak akan melewati waktu sehingga akan melanggar safety stock. Apabila pesanan dilakukan sesudah melewati reorder point tersebut, maka material yang dipesan akan diterima setelah perusahaan terpaksa mengambil material dari safety stock. Dalam penetapan reorder point haruslah kita memperhatikan faktor–faktor sebagai berikut; yaitu, penggunaan material selama tenggang waktu mendapatkan barang (procurement lead time) dan besarnya safety stock.

Reorder point dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara lain :

1. Menetapkan jumlah penggunaan selama lead time dan ditambah dengan presentase tertentu.

2. Menetapkan jumlah penggunaan selama lead time dan ditambah dengan penggunaan selama periode tertentu sebagai safety stock.

Menurut Heizer dan Render (2010) Titik pemesanan ulang (reorder point) dicari dengan cara :

ROP = (Permintaan per hari)(lead time untuk pemesanan baru dalam hari)


(31)

Persamaan untuk ROP ini mengasumsikan bahwa permintaannya sama dan bersifat konstan. Bila tidak demikian halnya, harus ditambahkan stok tambahan, seringkali disebut pengaman (safety stock).

2.8. Penelitian Terdahulu

Saragi (2010) dalam penelitiannya berjudul Analisis Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada UKM Waroeng Cokelat Bogor bertujuan untuk mempelajari sistem pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku di Waroeng Cokelat; meramalkan tingkat permintaan pada produk Waroeng Cokelat; menghitung tingkat persediaan yang optimal bagi Waroeng Cokelat; menghitung serta mengevaluasi tingkat biaya persediaan bahan baku yang optimal bagi Waroeng Cokelat. Hasil penelitian menggunakan EOQ didapatkan jumlah pemesanan dan jarak antar pemesanan yang sama pada bahan baku, yaitu mengikuti jumlah pemesanan terbesar pada cokelat, sehingga jumlah pemesanan sebanyak 39 kali dengan jarak waktu antar pemesanan 8 hari. Total biaya yang dikeluarkan dengan model EOQ, yaitu sebesar Rp 2.521.909 dan dengan metode perusahaan sebesar Rp 2.587.800; sehingga menghasilkan penghematan sebesar Rp 65.891.

Sari (2010) dalam penelitian berjudul Pengoptimalan Persediaan Bahan Baku Kacang Tanah Menggunakan Metode EOQ (Economic Order Quantity) di PT. Dua Kelinci Pati bertujuan untuk mengetahui jumlah pembelianbahan baku yang optimal, jumlah persediaan pengaman, waktu pemesanan kembali dan total biaya persediaan untuk periode 2009/2010 di PT. Dua Kelinci Pati. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa pembelian bahan bakukacang tanah menurut metode EOQ selama periode 2006/2007-2008/2009 lebihbesar daripada kebijakan perusahaan dan kuantitas pembelian kacang tanah optimal untuk periode 2009/2010 sebesar 53.406.993 kg. Persediaan pengaman untuk periode 2009/2010 sebesar 283,3777 kg. Waktu tunggu kedatangan bahan baku kacang tanah (lead time) yang optimal adalah 2 hari sejak bahan baku dipesan hingga tiba di gudang perusahaan. Selama periode 2006/2007-2008/2009 PT. Dua Kelinci tidak menerapkan adanya titik pemesanan kembali (reorder point), sedangkan titik pemesanan kembali untuk periode 2009/2010 sebesar 445.341,6527 kg. Total


(32)

biaya persediaan bahan baku selama periode 2006/2007- 2008/2009 menurut metode EOQ lebih kecil daripada kebijakan perusahaan dan total biaya persediaan untuk periode 2009/2010 sebesar Rp 256.867.628,9. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa pengendalian persediaan bahan baku kacang tanah di PT. Dua Kelinci selama periode 2006/2007- 2008/2009 belum efisien.


(33)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Bahan baku merupakan salah satu input pada suatu proses produksi yang mempunyai peranan penting, baik perannya sebagai bahan baku utama, maupun dilihat dari besarnya nilai investasi yang harusdikeluarkan untuk memenuhi kebutuhannya.Keberhasilan produksi yang dilakukan oleh suatu industri atau perusahaan ditentukan oleh banyak faktor, salah satu diantaranya yaitu kecukupan persediaan bahan baku yangdibutuhkan untuk proses produksi. Kelebihan persediaan bahan baku dapat menimbulkan biaya penyimpanan yang besar, hal tersebut dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan sistem pengendalian persediaan bahan baku yang tepat dan sesuai dengan karaketristik dari proses produksi dan sistem manajemen perusahaan.

Konsep operasional penelitian diawali dengan melihat keadaan perusahaan dan menentukan produksi yang akan diteliti. Selanjutnya, mengidentifikasi data permintaan dan rencana produksi terhadap Honda OEM selama satu tahun. Langkah selanjutnya mengidentifikasi sistem persediaan bahan baku yang selama ini digunakan oleh perusahaan. Identifikasi ini penting karena motode perusahaan sangat mempengaruhi dalam penerapan manajemen persediaannya, termasuk dalam hal pengendalian. Metode perusahaan mencakup alasan atau tujuan perusahaan dalam melaksanakan sistem manajemen pengendalian persediaan bahan baku yang dikaitkan juga dengan kondisi perusahaan. Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi karakteristik bahan baku yang digunakan dalam proses produksi. Karakteristik ini mencakup jenis dan asal bahan baku, sistem pemesanan bahan baku, sistem penerimaan dan pengeluaran bahan baku, dan harga masing-masing bahan baku. Pada tahap berikutnya adalah analisis kondisi persediaan bahan baku, yang terdiri dari volume pemakaian bahan baku, waktu tunggu sejak bahan baku dipesan hingga bahan baku diterima digudang, frekuensi dan jumlah pemesanan bahan baku, dan biaya-biaya persediaan bahan baku.

Setelah data-data tersebut diperoleh, selanjutnya dapat dilakukan analisis perbandingan atas total biaya persediaan bahan baku metode yang dilakukan


(34)

perusahaan dan metode pengendalian persediaan yang mencakup model analisis ABC dan model Economic Order Quantity (EOQ). Metodeyang terbaik adalah yang memiliki total biaya persediaan yang paling rendah dan memperoleh penghematan biaya persediaan yang besar.Kerangka pemikiran yang menjadi dasar bagi penelitian ini adalah seperti yang terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Kerangka pemikiran penelitian 3.2. Metode Penelitian

3.2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. XYZ yang berlokasi di Sunter, Jakarta Utara. Lokasi tersebut dipilih karena PT. XYZ merupakan anak perusahaan Astra yang menjadi cikal bakal dari pabrik perakitan Toyota dan Daihatsu. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Juli 2012.

PT. XYZ

Identifikasi Rencana Produksi

 Metode Analisis ABC

 Metode EOQ Identifikasi Sistem Persediaan

Bahan Baku Perusahaan

Analisis Perbandingan Biaya Persediaan Bahan Baku

Metode Perusahaan

Tingkat Pengendalian Bahan Baku Optimal Identifikasi Data Permintaan

Alat Analisis Deskriptif


(35)

3.2.2 Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Dalam pelaksanaan penelitian peneliti menggunakan beberapa metode untuk mengumpulkan data-data yang terkait dan dibutuhkan untuk bahan penelitian. Metode pengumpulan dan analisis data dapat di lihat pada Lampiran 1. Adapun metode pengumpulan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Membaca Data dan Laporan

Dalam kegiatan ini peneliti mempelajari data-data yang ada di perusahaan dengan tujuan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang sudah terjadi di perusahaan. Selain itu juga agar bisa dijadikan gambaran dan bahan dalam pembuatan penelitian. Pada kesempatan ini peneliti membaca dan mempelajari data-data tentang jumlah kebutuhan bahan baku pada Production Planning Control (PPC), cara pemesanan dan waktu pemesanan, rencana produksi, dan lain-lain.

2. Wawancara

Pada kegiatan ini peneliti melakukan wawancara untuk mencari informasi yang akan dikaji langsung pada pihak yang berwenang di perusahaan. Dalam kegiatan wawancara ini hal-hal yang didapatkan oleh peneliti adalah yang berkaitanlangsung dengan kejadian di lapangan pada saat proses produksi berlangsung, dan melakukan tanya jawab di bagian purchasing tentang cara pemesanan bahan baku, biaya bahan baku dan inventory control yang dilakukan oleh Production Planning Control (PPC).

3. Observasi

Dalam kegiatan ini peneliti langsung melihat ke lapangan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang terjadi saat proses produksi dan operasi berlangsung, serta melihat jenis bahan baku di gudang. Selain itu juga observasi ini bertujuan untuk menyesuaikan antara teori yang telah didapatkan oleh peneliti sebelumnya dan praktik di lapangan. Pada kegiatan ini peneliti didampingi oleh pembimbinglapangan yang telah ditunjuk oleh perusahaan.

3.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan untuk membandingkan perhitungan pengendalian persediaaan perusahaan dengan yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan biaya


(36)

yang minimum dan waktu pemesanan yang tepat. Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis ABC dan metode Economic Order Quantity (EOQ) dengan melihat permintaan pada satu tahun.

3.3.1 Analisis ABC

Analisis ABC digunakan untuk mengklasifikasikan bahan baku berdasarkan basis volume dolar tahunan yakni perkalian antara permintaan dan harga per unit. Adapun langkah untuk menentukan analisis ABC adalah dengan mengalikan total permintaan selama satu tahun dengan harga per unit dari tiap bahan baku. Selanjutnya mempresentasikan hasil perkalian tersebut dan mengurutkan berdasarkan nilai persentase yang paling besar ke persentase yang paling kecil. Setelah itu dikomulatifkan persentase tersebut hingga 100%. Kategorikan komulatif persentase tersebut berdasarkan kelas A 50 % -75%, kelas B 15 % -25% dan kelas C 5%.

3.3.2 Model EOQ (Economic Order Quantity)

Model ini digunakan untuk mengetahui kuantitas pembelian bahan baku yang ekonomis (setiap kali pesan). Kuantitaspembelian bahan baku yang ekonomis dicapai pada saatbiaya pemesanan tahunan sama dengan biaya penyimpanan tahunan.

a. Biaya pemesanan per tahun

Merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan bahan baku.

Biaya pemesanan per tahun

= jumlah pemesanan yang dilakukan pertahun x biayapemesanan setiap kali pesan = Permintaan setahun x biaya pesan tiap kali pesan

Jumlah tiap kali pesan

Biaya pemesanan per tahun = ……….(2)

b. Biaya penyimpanan per tahun

Merupakan biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan penyimpananbahan baku yang dibeli.

Biaya penyimpanan per tahun


(37)

= (Jumlah pesanan : 2) x biaya penyimpanan per liter pertahun

Biaya penyimpanan = ………(3)

c. Jumlah pesanan bahan baku optimal diperoleh saat biaya pemesanan per tahun sama dengan biaya penyimpanan per tahun

………..(4)

d. Jumlah optimal per pemesanan

………(5)

e. Total biaya persediaan bahan baku (Total Cost)

Total persediaan bahan baku yang optimal ialahpenjumlahan dari total biaya pesan dan total biaya simpan bahan baku.

TC = Total biaya pesan + Total biaya simpan

= ∗× + × ………...(6)

Keterangan:

Q = Jumlah setiap pemesanan (liter) Q* = Jumlah optimal per pemesanan (liter) D = Permintaan tahunan (liter)

S = Biaya pemesanan tiap kali pesan (Rp) H = Biaya penyimpanan (Rp)


(38)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan 4.1.1 Profil Perusahaan

PT. XYZ adalah industri manufaktur yang merakit kendaraan bermotor dan merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang otomotif. PT.XYZsaat ini berlokasi di Sunter, Jakarta Utara. PT. XYZdidirikan pada tahun 1963 dan bergabung dengan PT. Astra Internasional, Tbk sejak tahun 1990 yang saat ini merupakan pemilik penuh dari PT. XYZ.

PT. XYZ memiliki tiga proses utama produksi yaitu welding, painting, dan assembling dengan pelanggan utamanya adalah Isuzu Astra Motor Indonesia (PT. IAMI) yang merupakan Agen Tunggal Pemegang Saham (ATPM) Isuzu Panther. PT. Isuzu Astra Motor Indonesia menjual hasil produksi utamanya yaitu Isuzu Panther ke Astra Internasional dan PT. XYZ yang memproduksi Isuzu Panther yang merupakan pesanan dari Isuzu Astra Motor Indonesia. Selain Isuzu Astra Motor Indonesia PT. XYZ juga bekerjasama dengan PT. Astra Honda Motor (PT. AHM) dalam proses painting plastik part. Pada proses painting plastik part Honda terdapat dua jenis yaitu Honda OEM (Original Equipment Manufacturer) dan Honda REM (Replacement Market). Honda OEM ditujukan untuk menjadi satu unit motor sedangkan Honda REM ditujukan untuk spare part. Jenis warna untuk Honda REM lebih banyak dibandingkan dengan Honda OEM. Semua produksi yang telah dikerjakan oleh PT. XYZ akan dikembalikan lagi kepada PT. Astra Honda Motor sesuai dengan permintaan dari PT. Astra Honda Motor.

Sesuai dengan kebijakan mutu, lingkungan dan K3 perusahaan dalam melakukan kegiatan proses produksinya, standart mutu produk pelanggan dan proses produksinya harus dicapai dengan proses produksi yang aman dan ramah lingkungan. Dalam menjankan kegiatan, PT. XYZ berusaha mencegah dan mengurangi pencemaran yang ditimbulkan, kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja serta menjadikan tempat kerja yang aman dan nyaman baik untuk karyawan, asset, dan lingkungan.

Untuk menjamin kualitas setiap produknya agar sesuai dengan keinginan konsumen dan untuk mendukung program pemerintah yaitu menciptakan produk


(39)

hijau (Green Product), PT.XYZ melakukan kegiatan manajemen yang terpadu yaitu sistem manajemen ISO 9001-2000, sistem manajemen lingkungan 14001-1996, sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, Isuzu manufacturing management, management system Astra, dan Astra Green Company dalam satu manajemen.PT. XYZ juga menggabungkan sistem ISO 9002 menjadi 9001-2000 serta mendapatkan ISO 9002-1994 dan ISO 14001-1996.

4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan

Dalam suatu perusahaan, pembentukan suatu organisasi sangat penting karena dalam usaha diperlukan untuk menjaga kelancaran dan mencapai tujuan jangka panjang maupun jangka pendek dalam suatu perusahaan. Struktur organisasi dibentuk dengan maksud agar setiap organisasi dapat bekerja secara fokus, efisien dan efektif. Adapun struktur organisasi PT. XYZ pada Lampiran 2. Adapun tugas dari tiap divisi,yaitu:

BOARD OF DIRECTOR

 Memimpin, mengkoordinasi, dan mengendalikan jalannya seluruh kegiatan perusahaan, baik teknis maupun nonteknis.

Sekretaris

 Melakukan pencatatan, pengetikan, korespondensi perusahaan.

 Membantu kegiatan administrasi direksi.

BPPMT (Badan Pelaksana Peningkatan Mutu Terpadu)

 Mengarahkan penerapan policy manajemen aktivitas, mengendalikan gangguan yang terjadi dan berpengaruh terhadap mutu perusahaan dan produk.

 Meningkatkan mutu karyawan dan pekerjaan.

Security

 Menjaga keamanan seluruh area perusahaan dan lingkungan sekitar perusahaan.

P2K3LH (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup)

 Mengarahan penerapan kebijaksanaan dalam bidang keselamatan kerja baik untuk pegawai maupun lingkungan hidup.


(40)

PLANT DIVISION

a. Departemen Produksi

Mengatur dan mengawasi jalannya proses produksi mulai dari penerimaan barang sampai produk jadi.

b. Departemen Quality Control

Menetapkansistemdan prosedurpengendalianmutuprosesproduksi. c. Departemen Teknik

Prosess Enggineering: berhubungan dengan sistem dan design tata letak pabrik, tata letak fasilitas, dan proses produksi.

Plan tFacility: menyiapkan dan menyediakan semua fasilitas yang diperlukan untuk suatu kegiatan proses produksi.

Safety and Environment: menjaga keselamatan kerja karyawan dan memelihara lingkungan sekitar agar limbah yang dihasilkan perusahaan tidak merusak lingkungan.

d. Departemen Maintanance

Memelihara, merawat, dan memperbaiki mesin-mesin dan fasilitas yang digunakan untuk proses produksi.

e. Departemen PPIC

Membuat perencanaan dan pengendalian pada proses produksi. f. KD Packing

Memelihara dan menjaga hasil produksi sebelum dikirim ke supplier.

FINANCE & ACCOUNTING DIVISION

a. Purchasing

Memproses import part yang diperlukan dan melayani pembelian lokal. b. Departemen Finance

Mengkoordinasi kegiatan pembukuan/administrasi dan kegiatan finansial serta kegiatan processing perusahaan.

c. Departemen ACC & MIS

MIS (Manegement Information System)

Membuat program sesuai dengan permintaan direksi dan kepala departemen yang berkaitan dengan kelancaran kegiatan produksi yang berjalan.


(41)

ACC(Accounting)

Mengelompokkan kegiatan transaksi sesuai dengan kelompok-kelompok yang telah ditentukan.

HRD & GA DIVISION

a. Departemen HRD (Human Resources Development) Melakukan training dan pengembangan SDM.

b. Departemen GA(General Affair)

Berhubungan dengan semua kegiatan secara umum (Rumah Tangga Perusahaan).

4.1.3 Kebijakan Mutu PT. XYZ

Telah menjadi kebijakan dan komitmen PT. XYZ untuk menyerahkan hasil produksi kepada pelanggan dengan mutu yang sesuai dengan persyaratan, kebutuhan dan harapan pelanggan, karena disadari bahwa kepuasan pelanggan merupakan kunci utama kesuksesan perusahaan. Untuk mencapai hal tersebut, setiap karyawan wajib melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan sistem manajemen mutu yang memenuhi persyaratan standar ISO 9001-2000 dan AMS (Astra Management System), Isuzu Manufacturing Management (IMM) secara konsisten, sesuai dengan tanggung jawab dan wewenang.

Setiap karyawan wajib terus mengupayakan dengan sungguh-sungguh agar mutu hasil setiap proses dapat dicapai langsung pada akhir proses, tanpa kerja ulang. Untuk memastikan sistem manajemen mutu tetap memenuhi persyaratan, kebutuhan dan harapan pelanggan, sistem selalu ditinjau dan ditingkatkan secara berkesinambungan.

4.1.4 Data Fisik Perusahaan

PT. XYZ terletak di Sunter, Jakarta Utara. PT. XYZ memiliki luas tanah sebesar 200.757 m2, 97,410 m2 untuk Plant I & II, 39,450 m2untuk Plant IIIdan

63.897 m2 untuk KD Packing. Luas Pabrik Plant I & II 60.700 m2, Plant III

35.864 m2 dan KD Packing 24.000 m2. Luas kantor dan kantin sebesar 7,627 m. Kantor berada di lantai 2 Plant I dan kantin berada di lantai satu dan lantai dua Plant I. Seluruh listrik yang digunakan untuk Plant I & II sebesar 9.690 KVA, Plant III sebesar 4.000KVA dan KD Packing sebesar 415 KVA. Layout PT.


(42)

XYZdapat dilihat pada Lampiran 3 dan untuk layout small partdapat dilihat pada Lampiran 4.

4.2.Proses Produksi Honda OEM

Salah satu produk yang diproduksi oleh PT. XYZ yang bekerjasama dengan PT. Astra Honda Motor (AHM) adalah painting plastik part untuk motor Honda Tipe Supra X 125. Alasan peneliti menggunakan produk ini sebagai penelitian adalah karena kegiatan painting merupakan kegiatan yang paling sederhana dan selalu dilakukan setiap jam kerja. Jumlah permintaan produk pun hampir setiap bulan konstan. Sedangkan pada proses perakitan mobil banyak aktivitas yang dikerjakan, seperti proses welding terlebih dahulu dilanjutkan dengan painting dan terakhir assembling dan permintaan terhadap produknya pun tidak pasti.

Proses produksi plastik part Honda OEM diawali dengan pengiriman raw material ke Knock Down Supply (KDS), persiapan, base coat, clear coat, oven, touch up, dan dikirim kembali ke KDS untuk disimpan. Kegiatan proses produksi plastik part Honda dapat dilihat sebagai berikut:

1. Raw material

Raw material untuk plastik part Honda OEM adalah body motor. Raw material dikirim langsung dari sub-cound atau supplier yang telah dipilih oleh PT. Astra Honda Motor (AHM). Raw material yang sudah dikirim disimpan pada Knock Down Supply (KDS). KDS adalah tempat penyimpanan raw material dan pengiriman part yang sudah diproses. Raw material yang datang dari sub-cound diperiksa tipe dan kuantitas berdasarkan Surat Perintah Antar Barang (SPAB). Raw material yang dikirim, diturunkan dari truck dan diletakkan pada pallet seng yang tersedia selanjutnya di bawa ke area transit KDS menggunakan forklift dan diletakkan di tempat yang sudah tersedia sesuai dengan tipe part. Berdasarkan Work Order Sheet (WOS) yang dibuat oleh Production Planning Control (PPC), raw material dibawa menggunakan towing ke Small Part untuk dilakukan proses painting.

2. Persiapan

Raw material yang dikirim oleh Knock Down Supply (KDS) diperiksa tipe, kualitas dan kuantitas berdasarkan Work Order Sheet (WOS) yang dibuat oleh


(43)

Production Planning Control (PPC). Persiapan adalah proses sebelum dilakukan pengecatan pada plastik part. Proses yang terdapat pada persiapan yaitu:

a. Striping

Striping adalah proses pembungkusan plastik part dengan kertas koran. Proses ini bertujuan agar cat tidak mengenai part yang memang tidak boleh di cat. Part yang biasanya dilakukan proses striping adalah cover handel. Proses striping dilakukan oleh tiga orang dan waktu yang dibutuhkan untuk proses ini sekitar enam menit.

b. Setting Part

Setting part adalah proses memasangkan tool pada plastik part. Tipe plastik part terdiri dari empat belas jenis yaitu mainpipekiri, mainpipe kanan, visor speedometer, cover sidekiri, cover side kanan, cover bodykiri, cover body kanan, cover handle, cover front top, cover tail, cover speedometer, fender dan louver. Tujuan pemasangan part ini adalah untuk memudahkan proses painting. Sebelum part dipasang tool, plastik part di blowing atau menembakkan angin untuk membuang kotoran yang ada pada part menggunakan air gun. Proses pemasangan tool dilakukan oleh empat orang dan waktu yang dibutuhkan berbeda-beda tergantung tipe part.

3. Docking

Docking adalah proses pemasangan dan pelepasan tool yang sudah dipasangi part pada tiang tag (stand) yang berjalan menggunakan conveyor. Pada satu stand biasanya terdiri dari dua hingga empat part, tergantung besar kecil part yang akan di cat. Proses ini dilakukan oleh satu orang pekerja pada saat pemasangan dan tiga orang pada saat pelepasan dan waktu yang dibutuhkan sekitar lima belas detik. 4. Wapping

Wapping adalah proses pengelapan plastik part menggunakan lap dan air sabun. Proses ini berguna untuk menghilangkan minyak yang ada pada part sehingga cat dapat menempel pada part. Proses ini dilakukan oleh satu orang pekerja dan waktu yang dibutuhkan sekitar 24 detik.

5. Blowing

Blowing adalah proses pembersihan plastik part menggunakan angin yang keluar dari air gun. Tujuan blowing adalah agar part bersih dari noda atau debu


(44)

yang menempel pada part. Proses ini dilakukan oleh satu orang dan waktu yang dibutuhkan sekitar 24 detik.

6. Tag Rag

Tidak jauh berbeda dengan waping dan blowing, tag rag merupakan membersihkan plastik part menggunakan kain tag rag. Kain tag rag adalah kain khusus yang jika dipegang lengket sehingga pada penggunaannya tidak boleh terlalu ditekan karena dapat merusak part yang akan di spray. Proses ini berguna untuk membersihkan noda yang masih menempel pada plastik part. Proses ini dilakukan oleh seorang pekerja dan waktu yang dibutuhkan sekitar delapan belas detik.

7. Base Coat dasar

Sesuai dengan namanya, base coat adalah proses pemberian warna dasar gunanya untuk memberikan lapisan pertama pada plastik part agar tidak bolong dan tidak kasar. Untuk warna hitam base coat dasar hitam, untuk warna putih base coat dasar putih, untuk warna merah base coat dasar pink, dan untuk warna silver base coat dasar silver. Proses ini menggunakan cop gun dan catnya di mixing di ruang mixing. Proses ini dilakukan oleh seorang pekerja dan waktu yang dibutuhkan berbeda-beda tergantung tipe part.

8. Finish Base Coat

Finish base coat adalah proses pemberian warna kedua pada plastik part ini berguna untuk meratakan base coat dasar. Proses base coat dasar hingga finish base coat untuk hitam dua pos dan untuk silver, merah, dan putih tiga pos. Alat yang digunakan adalah cop gun sama seperti base coat dasar. Dilakukan oleh satu orang pekerja dan waktu yang dibutuhkan berbeda-beda tergantung tipe part. 9. Clear coat dasar

Clear coat adalah proses lanjutan dari base coat. Tujuan dari proses ini adalah untuk memberikan warna dan pelapis base coat. Alat yang digunakan proses ini adalah spay gun. Untuk warna hitam clear coat hitam, warna merah clear coat merah dan untuk silver dan putih clear coatmetalic atau bening. Proses ini dilakukan oleh seorang pekerja dan waktu yang dibutuhkan berbeda-beda tergantung tipe part.


(45)

Finish clear coat adalah proses lanjutan dari clear coat dasar. Proses ini berguna untuk meratakan clear coat dasar dan mengkilapkan plastik part yang sudah di painting sehingga pada saat masuk ke ovenroom cat tidak tipis. Proses ini dilakukan oleh seorang pekerja dan waktu yang dibutuhkan berbeda-beda tergantung tipe part.

11. Oven Room

Setelah finih clear coat, part didinginkan sebentar pada setting room selanjutnya partakan langsung bergerak menuju ovenroom. Tujuan dari oven part ini adalah agar cat menjadi kering dan tidak meleleh. Suhu dalam oven ini diatur sesuai dengan tipe part yang di cat. Jika part yang di painting warna merah, putih dan silver maka suhunya diatur 700 - 800C karena part ini dilakukan oleh 5 pos

sehingga cat yang dihasilkan lebih tebal, sedangkan untuk warna hitam suhunya diatur 600-700C karena pada part ini hanya dilakukan oleh 3 pos.

Suhu pada oven ini harus sesuai dengan standar yang ditetapkan karena jika suhu terlalu panas maka part akan meleleh dan jika terlalu rendah maka part akan lembab. Part dipanaskan kurang lebih 40 menit akan tetapi antar satu tag waktunya bergerak selama 40 detik. Setelah part keluar dari oven room, part yang sudah dipasangi tools dilepaskan dari stand dan diletakkan di lantai dan terjadi proses cooling time. Proses ini untuk mendinginkan part beberapa saat setelah proses oven. Setelah cooling time selesai part akan diletakkan di rak yang tersedia untuk selanjutnya di bawa ke touch up.

12. Touch up

Setelah proses di oven,part di bawa ke touch up untuk dilakukan pengecekan proses painting yang dilakukan oleh Quality Control (QC). Proses ini berguna untuk mendapatkan kualitas terbaik sehingga pelanggan tidak kecewa. Pemeriksaan biasanya dilakukan QC dengan cara visual yaitu melihat secara langsung part yang telah selesai diproses. Setelah di periksa oleh QC akan dipilah apakah part yang sudah di painting OK, repair atau repaint

Ada 2 jenis defect yaitu repair dan repaint. Repair adalah defect ringan seperti part bernoda, part beda warna dan part meleleh. Repair dapat diperbaiki dengan pengamplasan dan buffing menggunakan alat buffing setelah itu akan di


(46)

cat kembali di ruang touch up dan akan diperiksa kembali oleh QC dan jika sudah memenuhi standar QC, maka part akan diberikan label OK.

Repain adalah defect berat sehingga part tidak dapat langsung masuk ke ruang touch up untuk diperbaiki tetapi akan dibawa ke proses sanding yaitu pengamplasan dengan menggunakan amplas dan air. Sanding berguna untuk meratakan part dan membuka pori-pori cat sehingga pada saat dilakukan cat ulang, cat baru tidak mengelupas. Setelah dilakukan proses sanding, part akan kembali ke proses persiapan dan di cat kembali.

Part yang sudah dinyatakan OK oleh QC akan langsung disusun pada hambalan dan diletakkan ke rak hambalan untuk dikirim ke tempat penyimpanan di KDS yang nantinya akan dikirim ke PT. Astra Honda Motor (AHM). Proses produksi pada plastik part Honda OEM dapat dilihat pada Lampiran 5.

4.3.Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Bahan baku merupakan salah satu satu faktor yang menentukan baik buruknya produk yang dihasilkan. Bahan baku dengan kualitas yang baik dan dengan jumlah yang tepat akan menghasilkan produk yang berkualitas, begitu juga sebaliknya.Bahan baku juga merupakan faktor yang menentukan kelancaran proses produksi. Dengan adanya bahan baku yang cukup dan sesuai dapat melancarkan proses produksi dan perusahaan dapat mengirimkan produk kepada pelanggan tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Bahan baku yang terdapat pada PT. XYZ terbagi dua, yaitu:

1. Bahan baku versi ATPM berupa bahan baku CKD (Completly Knock Down).

Raw material langsung diterima dari Agen Tunggal Pemilik Merk (ATPM) untuk bahan utama dalam perakitan seperti raw material untuk Honda berupa plastik part yang langsung dikirim PT. AHM. Raw material terdiri dari mainpipe, visor speedometer, cover side, cover body, cover handel, cover tail, cover speedometer, front top, fender dan louver.Bahan baku ini langsung dikendalikan dan tanggung jawab oleh ATPM, dan PT. XYZhanya bersifat menerima dan mengecatraw material tersebut yang nantinya akan dikirim kembali ke PT. AHM.


(47)

Bahan baku yang termasuk PT. XYZ yaitu berupa bahan baku yang terdapat di gudang consumable dan gudang tools seperti cat, thinner,masking tape,sand paper, dan sebagainya. Bahan baku ini sepenuhnya dikendalikan oleh PT. XYZkhususnya bagian inventory PPC. Bahan baku ini merupakan bahan utama dalam proses produksi khususnya painting.

Pengendalian bahan baku PT. XYZ dilakukan dengan memperhatikan prosedur pembelian bahan baku, prosedur penerimaan bahan baku dari vendor, dan prosedur pemakaian bahan baku. Adapun proses pengendalian tersebut, yaitu: 4.3.1 Prosedur Pembelian Bahan Baku

Bahan baku yang cukup diperlukan untuk melancarkan proses produksi. Perusahaan diharuskan membeli bahan baku yang dibutuhkan agar proses produksi berjalan lancar. Jumlah yang dibeli pun harus sesuai agar tidak terjadi penumpukan barang di gudang yang nantinya akan menambah cost perusahaan. Bahan baku yang dibeli PT. XYZuntuk proses produksi painting plastik part Honda telah ditentukan oleh ATPM yaitu PT. Nippon Paint Pacific. Sedangkan untuk raw material seperti masking tape dan sand paper dikirim oleh PT. Sentral Warna Primajaya, majun dikirim oleh PT. Anggi Jaya, sarung tangan oleh PT. Kenbel.

PT. XYZmenerapkan sistem MRP (Material Requirement Planning) sebagai sistem pengadaan bahan baku, hal tersebut didasarkan pada jadwal produksi yang telah di-input pada SAP(System Application and Product for Data Processing). Namun dalam realisasi produksi tidak selalu sama dengan rencana, oleh karena itu diterapkan sistem safety stock, dimana perusahaan akan memesan sejumlah barang pada saat persediaan di gudang telah dibawah ROP (Reorder Point). Safety stock yang digunakan di perusahaan merupakan stok selama 1 shift kerja atau 8 jam kerja.

Waktu pembelian bahan baku ditentukan olehPPCbagian inventory saat persediaan bahan baku di bawah ROP. Bagian inventory akan membuat PR (Purchase Requisition)yang kemudian diperiksa dan ditandatangani oleh supervisor, deputy manager, dangeneral manager. Jika PR sudah ditandatangani maka PPC akan membuat PO (Purchase Order) kemudian diberikan ke bagian Purchasing dan nantinya akan dikirim ke supplier. Setelah diperiksa dan


(48)

ditandatangani oleh user, supervisor, kepala departemen dan kepala divisi, PO tersebut dikirim dengan faximile ke supplier yang telah dipilih oleh ATPM. Prosedur pembelian bahan baku untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 5 dibawah ini :

Gambar 5. Prosedur pembelian bahan baku 4.3.2 Prosedur Penerimaan Bahan Baku

Setelah PO dibuat dan dikirim ke supplier maka supplier akan mengirimkan barang yang diminta dan akan diterima oleh bagian gudang consumable. Bagian gudang consumable akan menerima bahan baku tersebut sesuai dengan nomor PO, waktu pemesanan, delivery date, dan kondisi fisik bahan baku yang datang. Perusahaan menentukan delivery date yaitu satu minggu setelah dibuatnya PO. Pemeriksaan fisik barang diperlukan untuk melihat kondisi barang apakah sesuai atau tidak dengan barang yang diminta. Apabila bahan baku tersebut tidak sesuai dengan kriteria maka bahan baku akan dikembalikan dan akan meminta bahan baku yang sesuai. Apabila sudah sesuai kemudian dilakukan pencatatan penerimaan bahan baku atau good receipt dan di input ke SAP.Setelah selesai, bahan baku dilakukan pemeriksaan kembali oleh bagian quality dan diuji kelayakannya berdasarkan standar perusahaan. Selanjutnya bahan baku disimpan menggunakan sistem FIFO (first in first out) maksudnya bahan baku yang pertama datang akan terlebih dahulu keluar untuk diproduksi. Sistem ini


(49)

dilakukan dengan tujuan agar bahan baku tidak mengalami perubahan karena lama disimpan.Selain menerima, bagian gudang consumable juga mempunyai tanggung jawab untuk menyimpan dan mendistribusikan bahan baku ke jalur produksi. Prosedur penerimaan bahan baku dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Prosedur penerimaan bahan baku 4.3.3 Prosedur Pemakaian Bahan baku

Bahan baku yang telah datang dari vendor dan disimpan di gudang consumable akan diambil oleh orang jalur produksi untuk dilakukan proses produksi. Pengambilan barang ini disebut dengan istilah pengebonan.Bahan baku yang diambil menggunakan metode FIFO (first in first out). Orang jalur produksi harus mengambil barang di gudang sesuai dengan bukti pengebonan. Bon pengambilan barang akan diperiksa oleh administrasi gudang dan akan diambilkan barang yang dibutuhkan sesuai dengan kuantitas yang ada di bon pengebonan. Setelah barang diambil bon tersebut langsung di entri datanya oleh administrasi gudang.Prosedur penerimaan bahan baku dapat dilihat pada Gambar 7.


(50)

Gambar 7. Prosedur pemakaian bahan baku 4.4. Penentuan Bahan Baku Prioritas dengan Analisis ABC

Analisis ABC merupakan analisis yang membagi persediaan kedalam tiga klasifikasi dengan basis volume dolar tahunan. Analisis ABC memiliki tujuan yakni untuk membuat kebijakan-kebijakan persediaan yang memfokuskan persediaan pada bagian-bagian persediaan bahan baku yang penting dan sedikit, bukan pada yang banyak tetapi sepele (Heizer dan Reinder, 2010). Perhitungan analisis ABC dibantu menggunakan software POM dan hasil analisis ABC dapat dilihat pada Tabel 3.

Bahan baku yang digunakan untuk proses painting plastik part Honda OEM setidaknya terdapat 26 jenis bahan baku yang diperhitungkan untuk persediaannya. Namun dalam kenyataannya yang harus diperhitungkan adalah bahan baku yang memiliki volume paling besar dengan biaya yang besar untuk menekan persediaan dalam jumlah yang terlalu besar. Tabel 3 merupakan hasil perhitungan analisis ABC, dimana penentuan tersebut berdasarkan volume penggunaan bahan baku paling banyak dan menghasilkan biaya dalam jumlah yang tinggi. Bahan baku yang termasuk kedalam kelas A dengan presentasi kumulatif biaya yang digunakan 50%-75% agar mendapat perhatian lebih dalam pengendalian persediaan.

Berdasarkan Tabel 3. terdapat lima jenis bahan baku yang termasuk kedalam kategori A, yaitu Nippe Acryl HM NH/103, Nax Superio Base AHM


(1)

Lampiran 3. Layout PT. XYZ

Keterangan: 1. Pos Satpam 2. Gerbang 3. Masjid 4. WH 2 5. Office

6. Engine Plant 7. WH 1

1

1 1

1

2

3 4 PLANT 2 PLANT 3

PLANT 1

7 6


(2)

Lampiran 4. Layout Small Part KDS

KET: A : RAK OK SANDING F : OVEN ROOM 4 : B/C DASAR I : DOCKING

B : LEADER/FORMAN G : PART OK, To T/UP 5 : B/C FINISH II : BLOWING TOOL

C : RAW MATERIAL 1 : WAPING PART 6 : C/C DASAR III : SETTING PART

D : RAK TOOL 2 : BLOWING PART 7 : C/C FINISH IV : STRIPING

E : SETTING ROOM 3 : TAG RAG 8 : MIXING V : SANDING

E

F

G A

V B

2

1

3 4 5 6 7

III

D II I

IV C


(3)

Lampiran 5. Peta Proses operasi paintingplastik part Honda OEM

PETA PROSES OPERASI Nama Objek

Dipetakan oleh Tanggal dipetakan

Painting Plastik Part Honda OEM Wahyu Tri Utami

11 Juli 2012

O-13 O-12 O-11 O-10 I-2 O-9 O-8 O-6 O-5 O-4 O-3 O-2 O-1 O-7 I-1 Base Oven Finish C/C C/C dasar Finish B/C B/C dasar Tagrag Blowing Wapping Setting Part Striping Raw Material Mixing cat dengan tinner Penyimpanan Docking Mixing cat dengan tinner Ringkasan Kegiatan Jumlah Total Operasi Inspeksi Penyimpanan 13 2 1 16 Clear


(4)

Lampiran 6. Hasil perhitungan bahan bakuNippe Acryl HM NH/103

Lampiran 7. Hasil perhitungan bahan bakuNax Suprio Base AHM Thinner (New)


(5)

Lampiran 9. Hasil perhitungan bahan bakuF/C R258 Winning Red


(6)

WAHYU TRI UTAMI H24104079. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada PT XYZ, Jakarta (Studi Kasus pada Painting Plastik Part Honda OEM). Dibawah bimbingan ABDUL BASITH

Pemesanan dan penyimpanan barang merupakan kegiatan yang sangat penting pada bagian pengendalian persediaan barang dalam suatu perusahaan, baik barang tersebut merupakan bahan baku yang digunakan sebagai bahan produksi suatu perusahaan ataupun sebagai barang yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari. Pengendalian persediaan barang yang tepat diperlukan perusahaan untuk menghasilkan jumlah barang yang yang optimal dan mengeluarkan biaya seminimal mungkin. PT. XYZ merupakan perusahaan general assembling yang salah satu kegiatan produksinya adalah painting plastik part Honda OEM (Original Equipment Manufacturer). Dalam kegiatan produksi perusahaan sering mengalami claim karena tidak ratanya plastik part yang dicat. Hal ini menyebabkan jumlah bahan baku yang direncanakan tidak sama dengan pemakaian aktualnya. Oleh karena itu, diperlukan manajemen persediaan yang baik untuk pengendalian persediaan bahan baku yang optimal.

Tujuan penelitian adalah : (1) Mengkaji sistem persediaan bahan baku saat ini pada PT. XYZ; (2) Mengoptimalkan persediaan bahan baku pada PT. XYZ; (3) Menganalisis efisiensi total biaya persediaan bahan baku pada PT. XYZ.

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer yang digunakan diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan, khususnya wawancara dengan bagian PPC dan purchasing. Data sekunder diperoleh dari data dokumen perusahaan yang telah ada.

Metode dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data kualitatif dilakukan secara deskriptif, meliputi gambaran dan kondisi perusahaan. Pengolahan data kuantitatif meliputi analisis ABC dan perhitungan model Economic Order Quantity (EOQ). Pengolahan tersebut menggunakan software POM for Windows 3. Hasil dari penelitian berdasarkan analisis ABC dapat disimpulkan bahwa dari 26 jenis bahan baku terdapat lima jenis bahan baku baku yang termasuk kedalam kelas A, yaitu Nippe Acryl HM NH/103, Nax Superio Base AHM Thinner (New), Wip Up Solvent, F/C R258 Winning Red, dan T/C Clear Base. Total biaya model EOQ lebih hemat dibandingkan total biaya perusahaan. Hasil total biaya selama satu tahun dengan menggunakan model EOQ adalah Rp 1.298.380.800, sedangkan total biaya perusahaan sebesar Rp 1.663.849.400, sehingga menghasilkan penghematan sebesar Rp 365.468.600 atau sekitar 21,96 % dalam satu tahun.