Subjek hukum dalam UU No. 5 tahun 1999

produksi dan pemasaran barang atau jasa dalam iklim usaha yang sehat dan kondusif bagi pertumbuhan ekonomi dan bekerjanya mekanisme ekonomi pasar secara wajar. Ketiga, secara tersirat juga dinyatakan bahwa undang-undang ini dimaksudkan untuk mencegah pemusatan ekonomi pada pelaku usaha tertentu. Secara lebih tegas, tujuan UU No. 5 Tahun 1999 ini dicantumkan dalam Pasal 3 yang bersama-sama dengan Pasal 2 berada di bawah bab tentang asas dan tujuan. 76 Tujuan UU No.5 Tahun 1999 sebagaimana tercantum dalam Pasal 3 adalah: 77 1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. 2. Mewujudkan iklim usaha kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil. 3. Mencegah praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan oleh pelaku usaha 4. Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha. Asas UU No. 5 Tahun 1999 secara tegas dicantmkan dalam Pasal 2. Menurut pasal tersebut, asas kegiatan usaha di Indonesia adalah, “demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara pelaku usaha dan kepentingan umum.”

4. Subjek hukum dalam UU No. 5 tahun 1999

76 Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002, hlm. 75- 76 77 Pasal 3 UU No. 5 Tahun 1999 Universitas Sumatera Utara Pembawa hak, yaitu sesuatu yang mempunyai hak dan kewajiban disebut subjek hukum sesuai dengan yang dimaksud dengan kata “orang” dalam KUHPerdata Buku I Bab I. 78 Jadi, dapat dikatakan bahwa tiap manusia baik warga negara maupun orang asing dengan tidak memandang agama atau kebudayaanya adalah subjek hukum. Di samping manusia pribadi sebagai pembawa hak, terdapat badan-badan kumpulan manusia yang oleh hukum diberi status “persoon” yang mempunyai hak dan kewajiban seperti manusia yang disebut Badan Hukum. 79 Dikaitkan dengan UU No.5 Tahun 1999 sebagai landasan kebijakan dari Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, maka yang dapat dikatakan subjek hukum adalah pelaku usaha Subjek hukum ini dapat mengadakan hubungan hukum yang akan menimbulkan hak dan kewajibannya dalam lalu lintas hukum. 80 Definisi pelaku usaha tersebut tidak membedakan antara perusahaan terbuka dan perusahaan tertutup. Sepanjang pelaku usaha itu melakukan kegiatan ekonomi di wilayah Repulik Indonesia, Undang-Undang Antimonopoli dapat , di mana menurut Pasal 1 angka 5 UU No. 5 Tahun 1999 merupakan setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi. 78 R. Soeroso, Perbandingan Hukum Perdata, Jakarta: Sinar Grafika, 1995, hlm. 139 79 R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2004, hlm. 227 80 M. Udin Silalahi, Perusahaan Saling Mematikan Bersekongkol, Bagaimana Cara Memenangkan, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia, 2007, hlm. 279 Universitas Sumatera Utara diterapkan jika pelaku usaha melanggar ketentuannya. 81 Selain itu, pelaku usaha ini melakukan kegiatannya dalam pasar yang pada terminologi ekonominya dapat disamakan dengan pelaku dalam pasar. Produsen perusahaan adalah pemegang peranan kunci dalam memproduksi barang yang akan dijual di pasar untuk para konsumen. Dimana pelaku dalam pasar atau ekonomi ini akan berupaya mencapai keuntungan yang maksimal dari transaksi yang dilakukannya dengan mempertimbangkan variabel biaya atau cost yang harus dikeluarkan. 82

5. Penegakan hukum persaingan usaha di Indonesia

Dokumen yang terkait

Peranan Notaris Dalam Persekongkolan Tender Barang/Jasa Pemerintah Terkait Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

6 47 130

ANALISIS PERJANJIAN WARALABA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

1 3 13

ANALISIS EFEKTIVITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT TERHADAP PEMBATASAN PRAKTEK KARTEL DI INDONESIA.

0 3 10

MERGER, KONSOLIDASI, DAN AKUISISI PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI HUKUM PERSAINGAN USAHA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT.

0 0 13

PENETAPAN TINGKAT SUKU BUNGA DALAM PEMBIAYAAN KONSUMEN DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT.

0 0 2

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

0 0 19

UU 5 1999 Larangan Praktik Monopoli Persaingan Usaha Tidak Sehat

0 0 47

PASAR PERSAINGAN TIDAK SEMPURNA MONOPOLI

0 2 21

PERANAN KPPU DALAM MENEGAKKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

0 0 8

BAB II TINJAUAN UMUM PERJANJIAN DAN HUKUM PERSAINGAN USAHA A. Tinjauan Umum Perjanjian 1. Pengertian perjanjan dan syarat-syarat sahnya perjanjian - Perjanjian Pelaku Usaha Dengan Pihak Luar Negeri yang Bertentang Dengan Undang-Undang nomor 5 Tahun 1999 T

0 0 21