Penegakan hukum persaingan usaha di Indonesia

diterapkan jika pelaku usaha melanggar ketentuannya. 81 Selain itu, pelaku usaha ini melakukan kegiatannya dalam pasar yang pada terminologi ekonominya dapat disamakan dengan pelaku dalam pasar. Produsen perusahaan adalah pemegang peranan kunci dalam memproduksi barang yang akan dijual di pasar untuk para konsumen. Dimana pelaku dalam pasar atau ekonomi ini akan berupaya mencapai keuntungan yang maksimal dari transaksi yang dilakukannya dengan mempertimbangkan variabel biaya atau cost yang harus dikeluarkan. 82

5. Penegakan hukum persaingan usaha di Indonesia

Dalam pembahasan mengenai pengawasan atau penegakan hukum persaingan usaha di Indonesia maka tidak terlepas dari lembaga independen 83 atau non-struktural 84 yang diberi nama Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU. 85 Dalam menangani dugaan pelanggaran dan upaya penegakan hukum, KPPU dapat memperoleh sumber-sumber informasi atau bukti-bukti, baik dari luar, misalnya laporan dari pihak ketiga, maupun yang dilakukan dari dalam yang berdasarkan inisiatif anggota KKPU sendiri. 86 Apabila informasi adanya pelanggaran itu diperoleh dari pihak luar, maka KPPU berkewajiban memprosesnya untuk melakukan pemeriksaan pendahuluan dalam waktu selambat-lambatnya 30 tiga puluh hari dan ia diwajibkan pula 81 Ibid, hlm.280 82 Ningrum Natasya Sirait, Hukum Persaingan di Indonesia, op.cit, hlm. 50-51 83 Pasal 30 ayat 2 UU No. 5 Tahun 1999: “Komisi adalah suatu lembaga independen yang terlepas dari pengaruh dan kekeuasaan pemerintah serta pihak lain ” 84 Pasal 1 ayat 2 Keputusan Presiden Republik Indonesia No.75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha: “Komisi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 merupakan lembaga non-struktural yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah serta pihak lain.” 85 Pasal 30 ayat 1 UU No. 5 Tahun 1999 86 Pasal 38 UU No. 5 Tahun 1999 Universitas Sumatera Utara menjaga kerahasiaan pihak yang melaporkannya. 87 Inisiatif pemeriksaan tentang dugaan adanya pelanggaran undang-undang ini juga dapat dilakukan oleh KPPU meskipun tidak didahului adanya laporan dari siapapun. 88 Jika terjadi pelanggaran, maka pihak yang diduga melakukannya itu berkewajiban memenuhi panggilan KPPU, termasuk pula menyerahkan bukti- bukti yang diperlukan dalam penyelidikan dan atau pemeriksaan, apabila KPPU menganggap alat bukti itu merupakan dokumen yang penting dan dapat membuktikan terjadinya atau tidak terjadinya pelanggaran. Dan bagi pihak yang menolak bekerjasama maka akan dikenakan sanksi. 89 1. Pemeriksaan Pendahuluan Tahapan-tahapan pemeriksaan di KPPU dapat dibagi menjadi dua tahap pemeriksaan, yaitu: Pengertian pemeriksaan pendahuluan dapat ditemukan dalam Pasal 1 ayat 14 Peraturan Komisi No. 12006 90 2. Pemeriksaan Lanjutan , yang berbunyi sebagai berikut: “pemeriksaaan pendahuluan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Tim Pemeriksa Pendahuluan terhadap laporan dugaan pelanggaran untuk menyimpulkan perlu atau tidak perlu dilakukan Pemeriksaan Lanjutan.” Pemeriksaan lanjutan pertama kali disebutkan di dalam ketentuan Pasal 39 ayat 2 UU No. 5 Tahun 1999, dan dijelaskan secara detail dalam Pasal 1 ayat 15 yang berbunyi sebagai berikut: “serangkaian kegiatan yang dilakukan 87 Pasal 39 UU No. 5 Tahun 1999 88 Pasal 40 UU No.5 Tahun 1999 89 Pasal 41 ayat 3 UU No. 5 Tahun 1999 90 Peraturan Komisi Nomor 1 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penanganan Perkara di KPPU Universitas Sumatera Utara oleh Tim Pemeriksa Lanjutan terhadap adanya dugaan pelanggaran untuk menyimpulkan ada atau tidak adanya bukti pelanggaran.” Pemeriksaan lanjutan biasanya dilakukan apabila KPPU telah menemukan indikasi adanya praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat, atau apabila KPPU memerlukan waktu yang lebih lama untuk melakukan penyelidikan dan pemeriksaan secara lebih mendalam mengenai kasus yang ada. 91 Setelah KPPU menyelesaikan pemeeriksaan lanjutan, KPPU diwajibkan untuk memutuskan telah terjadi atau tidak pelanggaran terhadap UU No. 5 Tahun 1999 dalam tenggang waktu 30 hari terhitung sejak selesainya pemeriksaan lanjutan. 92 Adapun putusan tersebut harus dibacakan dalam persidangan yang terbuka untuk umum, yang juga harus diberitahukan kepada pelaku usaha terkait. Apabila terbukti bersalah dan pelaku usaha tersebut tidak menerima putusan tersebut, maka dapat diajukan upaya keberatan selambat-lambatnya 14 hari setelah menerima pemberitahuan putusan dari KPPU. 93 91 Destivano Wibowo Harjon Sinaga, Hukum Acara Persaingan Usaha, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005, hlm. 19 92 Pasal 43 ayat 3 UU No. 5 Tahun 1999 93 Pasal 44 ayat 2 UU No. 5 Tahun 1999 Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dokumen yang terkait

Peranan Notaris Dalam Persekongkolan Tender Barang/Jasa Pemerintah Terkait Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

6 47 130

ANALISIS PERJANJIAN WARALABA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

1 3 13

ANALISIS EFEKTIVITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT TERHADAP PEMBATASAN PRAKTEK KARTEL DI INDONESIA.

0 3 10

MERGER, KONSOLIDASI, DAN AKUISISI PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI HUKUM PERSAINGAN USAHA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT.

0 0 13

PENETAPAN TINGKAT SUKU BUNGA DALAM PEMBIAYAAN KONSUMEN DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT.

0 0 2

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

0 0 19

UU 5 1999 Larangan Praktik Monopoli Persaingan Usaha Tidak Sehat

0 0 47

PASAR PERSAINGAN TIDAK SEMPURNA MONOPOLI

0 2 21

PERANAN KPPU DALAM MENEGAKKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

0 0 8

BAB II TINJAUAN UMUM PERJANJIAN DAN HUKUM PERSAINGAN USAHA A. Tinjauan Umum Perjanjian 1. Pengertian perjanjan dan syarat-syarat sahnya perjanjian - Perjanjian Pelaku Usaha Dengan Pihak Luar Negeri yang Bertentang Dengan Undang-Undang nomor 5 Tahun 1999 T

0 0 21