Marlis, 2015 PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI
D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
menggunakan metode belah dua. Berdasarkan perhitungan didapatkan bahwa reliabilitas soal pemahaman konsep sebesar 0.85 termasuk kedalam kategori sangat tinggi.
G. Teknik Analisis Data
Ada beberapa jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu : data posttest konsistensi konsepsi siswa, pretest-posttest pemahaman konsep, dan keterlaksanaan
pembelajaran inkuiri terbimbing. Langkah-langkah analisis data penelitian ini dilakukan sebagai berikut:
1. Data Tes Konsistensi Konsepsi Siswa
Data hasil tes konsistensi konsepsi siswa dianalisis menggunakan model analisis, dengan langkah- langkah sebagai berikut Tongchai dkk. 2011:
a. Jawaban siswa dikategorikan sebagai: model konsepsi yang tepat secara ilmiah model
A, model konsepsi yang miskonsepsi model B, dan model konsepsi yang asal menebakkeliru model C. Disajikan sebagai :
1 artinya jumlah jawaban siswa ke-k yang termasuk Model A
2 artinya jumlah jawaban siswa ke-k yang termasuk Model B
3 artinya jumlah jawaban siswa ke-k yang termasuk Model C
Dimana . Dengan m = jumlah soal dalam satu seri pertanyaan
terkait satu konseptopik yang sama. b.
Dengan menggunakan dan
, disusun sebuah matriks 3x3:
3.8 c.
Seluruh matriks setiap siswa kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan sebuah matriks konsistensi konsepsi kelas:
Marlis, 2015 PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI
D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
3.9 Matriks di atas menyatakan informasi mengenai keadaan konsepsi model states
masing- masing siswa dan seluruh siswa dalam kelas, dengan penjelasan: 1
Elemen diagonal utama menyatakan penggunaan model konsepsi A, B, dan C seluruh siswa secara konsisten. Jika seluruh nilai elemen non-diagonal utama dari
matriks tersebut bernilai 0 maka masing-masing siswa atau seluruh siswa dalam kelas tersebut menggunakan satu model konsepsi secara konsisten, misalnya:
a , maka masing-masing siswa atau seluruh siswa dalam kelas tersebut
dapat dikatakan menggunakan model konsepsi A secara konsisten. Artinya seluruh siswa memahami konsep dengan tepat.
b , maka masing-masing siswa atau seluruh siswa dalam kelas
tersebut menggunakan model konsepsi yang berbeda secara konsisten. Artinya siswa dapat dengan tepat dikelompokkan menjadi :
1 kelompok siswa yang memahami konsep dengan benar siswa dengan model
konsepsi A 2
kelompok siswa yang mengalami miskonsepsi siswa dengan model konsepsi B, dan
3 kelompok siswa yang menjawab pertanyaan dengan cara asal menebak, atau
dapat pula dikatakan tidak memahami konsep siswa dengan model konsepsi C.
Marlis, 2015 PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI
D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
2 Elemen non-diagonal utama menyatakan penggunaan beberapa model konsepsi secara
bersamaan, artinya siswa mengalami inkonsistensi konsepsi, misalnya: , maka masing-masing siswa atau seluruh siswa dalam kelas tersebut
menggunakan ketiga model konsepsi secara bersamaan dan inkonsisten. Artinya tidak seluruh siswa dapat dikelompokkan secara tepat sebagai kelompok model konsepsi
tertentu. Namun, model konsepsi A lebih mendominasi dasar jawaban siswa.
2. Data Tes Pemahaman Konsep
Analisa data yang digunakan untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep, adalah :
a. Memberi skor pada hasil pretest dan posttest
Sebelum di lakukan pengolahan data, semua jawaban pretest dan posttest siswa diperiksa dan di beri skor. Jawaban benar diberi nilai satu dan jawaban salah atau tidak
dijawab diberi nilai nol. Pemberian skor dihitung dengan rumus :
S R
3.10 Keterangan:
S= skor yang diperoleh siswa R= jawaban siswa yang benar
b. Menghitung skor gain yang dinormalisasi N-Gain
Gain yang dinormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain yang diperoleh siswa dengan skor gain maksimum yang dapat diperoleh Hake, 1999, secara matematis
dapat dituliskan sebagai berikut:
S S
g S
S
post pre
m ideal pre
3.11 Keterangan:
Marlis, 2015 PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI
D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
g = gain yang dinormalisasi
S
post
= skor tes akhir yang diperoleh siswa S
pre
= skor tes awal yang diperoleh siswa S
m ideal
= skor maksimum ideal c.
Menentukan skor rata-rata gain yang dinormalisasi Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa pada materi fluida statis
digunakan data skor rata-rata gain yang dinormalisasi yang diolah dengan menggunakan persamaan yang dikembangkan oleh Hake 1999, yaitu sebagai berikut.
S S
g S
S
post pre
m ideal pre
3.12
Keterangan: g = skor rata-rata gain yang dinormalisasi
S
post
= skor rata-rata tes akhir yang diperoleh siswa S
pre
= skor rata-rata tes awal yang diperoleh siswa S
m ideal
= skor maksimum ideal Kategori N-gain disajikan pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10 Kategori N-gain
Kategori Perolehan N-gain Keterangan
N-gain 0,70 Tinggi
0,30
gain
N
0,70 Sedang
N-gain 0,30 Rendah
Pengolahan data dan análisis data dengan menggunakan uji statistik dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1 Uji Normalitas Data
Marlis, 2015 PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI
D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Data berdistribusi normal apabila data akan
mengikuti bentuk distribusi normal. Dimana data memusat pada nilai rata-rata atau dikenal dengan median. Selain itu data yang terdistribusi normal bila jumlah data yang di atas dan
di bawah rata-rata adalah sama, begitupula dengan simpangan bakunya. Pada penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov-
Smirnov Test melalui SPSS 22 dengan taraf signifikansi α = 0.05, penggunaan ini
dikarenakan jumlah sampel 30 orang. Bentuk hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:
H : data berasal dari populasi yang terdistribusi normal
H
1
: data berasal dari populasi yang tidak terdistribusi normal Dalam pengujian hipotesis, kriteria penerimaan H
, jika sig α, sedangkan jika sig
α maka H ditolak.
2 Uji Homogenitas Data
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari kedua kelompok memiliki kesamaan varians atau tidak. Pada penelitian ini uji homogenitas
dilakukan dengan menggunakan Uji Levene melalui SPSS 22 dengan taraf signifikansi α =
0.05. Hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut : H
: σ
1 2
= σ
2 2
H
1
: σ
1 2
≠ σ
2 2
dengan H adalah skor kedua kelompok memiliki variansi homogen dan H
1
adalah skor kedua kelompok memiliki variansi tidak homogen. Dasar pengambilan keputusan, jika sig
α maka H diterima sedangkan jika sig
α maka H ditolak,
α = 0.05. Namun jika seandainya data yang didapat tidak terdistribusi normal maka uji homogenitas antara kedua
kelompok tidak perlu ditentukan.
3 Uji Hipotesis
Marlis, 2015 PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI
D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Uji hipotesis atau uji rerata bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh mengalami peningkatan yang signifikan atau tidak. Jika data berdistribusi normal maka
dilakukan uji hipotesis parametrik. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t satu pihak. Uji-t ini menggunakan software SPSS Statistics 22.0 dengan Independent-sample t-test.
Uji-t menggunakan SPSS Statistics 22.0 mempunyai dua keluaran. Jika syarat kedua varians sama besar equal variances assumed terpenuhi, maka kita menggunakan hasil
independent-sample t-test dengan asumsi kedua varians sama equal variances assumed dengan hipotesis H
: µ
1
≤ µ
2
terhadap H
1
: µ
1
µ
2
. Jika kedua varians sama besar tidak terpenuhi equal variances not assumed, maka kita menggunakan hasil independent-
sample t-test dengan asumsi kedua varians tidak sama besar equal variances not assumed dengan hipotesis H
: µ
1
≤ µ
2
terhadap H
1
: µ
1
µ
2
. Pada hasil uji tes ini terdapat keluran nilai t dan p-value sehingga untuk mengetahui
hasil hipotesis dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama dengam membandingkan nilai t
hitung
dengan t
T abel
. Jika t
hitung
t
T abel
maka H diterima, H
1
ditolak, begitupun sebaliknya. Cara kedua dengan membandingkan p-value signifikansisig. dengan tingkat
kepercayaan yang digunakan yaitu . Signifikansi yang dihasilkan merupakan uji
dua sisi, sehingga hasil signifikansi tersebut harus dibagi dua dan dibandingkan dengan tingkat kepercayaan yang kita gunakan
. Jika sig2 0,05 maka H diterima dan
H
1
ditolak, begitu juga sebaliknya. Jika data tidak terdistribusi normal maka uji hipotesis yang dilakukan adalah uji
nonparametrik. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji Mann-Whitney uji-U satu pihak. Uji-U ini menggunakan software SPSS Statistics 22.0. Nilai signifikansi yang diperoleh
dari keluaran SPSS Statistics 22.0 adalah untuk uji dua sisi two-tailed, sehingga untuk uji satu sisi membagi dua menjadi sig.2 dan hasilnya dibandingkan dengan nilai kepercayaan
= 0,05. Jika sig.2 0,05 maka H diterima atau H
1
ditolak, begitu juga sebaliknya.
3. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Marlis, 2015 PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI
D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Data observasi keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dianalisis dengan menggunakan persentase keterlaksanaan. Pengolahan data diambil dari banyaknya
skor yang diperoleh dari setiap poin keterlaksanaan aktivitas guru kemudian diambil persentase keterlaksanaan aktivitas secara keseluruhan dengan menggunakan perhitungan
dibawah ini Priyanto,2006. 3.13
Kategori keterlaksanaan aktivitas lihat Tabel 3.11. Tabel 3.11
Interpretasi Keterlaksanaan Aktivitas
Persentase Kategori
80-100 Sangat baik
60-79 Baik
40-59 Cukup
20-39 Kurang
0-19 Sangat kurang
Priyanto 2006
67
Marlis, 2015 PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI
D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan analisis hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh penerapan model inkuiri terbimbing terhadap konsistensi konsepsi dan peningkatan
pemahaman konsep fluida statis siswa, maka dapat disimpulkan bahwa: 1.
Hasil analisis konsistensi konsepsi masing-masing siswa, menunjukkan bahwa jumlah siswa yang konsisten dalam menggunakan model konsepsi ilmiah pada kelas yang
mendapatkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih banyak dibandingkan dengan kelas yang
mendapatkan pembelajaran
konvensional. Sehingga
indeks konsistensi
penggunaan model konsepsi ilmiah untuk siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang
mendapat pembelajaran konvensional. Namun hasil konsistensi konsepsi siswa secara keseluruhan menunjukkan bahwa, siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan
model inkuiri terbimbing dan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional, masih inkonsisten dalam menggunakan model konsepsi mereka. Hal ini dikarenakan
siswa yang mendapatkan pembelajaran inkuiri terbimbing masih menggunakan secara bersamaan model konsepsi ilmiah dan miskonsepsi untuk konsep tekanan hidrotatis,
dan hukum Pascal, serta menggunakan model konsepsi ilmiah, miskonsepsi, dan hanya menebak untuk hukum Archimedes.
2. Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing secara signifikan dapat lebih
meningkatkan pemahaman
konsep fluida
statis siswa
dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional. Hal ini dikarenakan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengkonstruk atau
membangun secara mandiri sebuah konsep melalui kegiatan penyajian permasalahan, merumuskan
hipotesis, mengumpulkan
data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.